Della tidak tahu harus melakukan apa di tengah kesendiriannya di dalam apart. Hari ini hari libur, tapi tidak dengan pekerjaannya sebagai karyawan cafe. Della berangkat ke cafe setiap sore seperti biasa.
Della menatap heran perutnya yang keroncongan. Padahal sebelumnya, Della sudah makan nasi goreng yang ia buat sendiri.
Della meraih ponselnya untuk menelfon Galen. Della akan meminta laki-laki itu untuk menemaninya berbelanja.
Della mengetukkan jarinya pada meja ketika Galen tak kunjung mengangkat panggilannya. Hingga detik berikutnya, suara berat seseorang terdengar di telinga Della.
"Kenapa Del?"
Della menautkan kedua alisnya ketika mendengar suara Galen yang terdengar serak. "Lo sakit?"
"Gue gapapa, cuma nggak enak badan aja. Ada apa emang?"
"Nggak jadi. Gue ke rumah lo sekarang ya?"
"Ngapain?"
"Udah, lo diem aja disitu, gue ke sana sekarang, bye!"
Della segera bergegas mengambil cardigan untuk menutup lengannya. Della membuka layar ponselnya kembali untuk memesan taksi online, setelahnya Della bergegas keluar apart.
Della melambai ketika taksi online yang dipesannya sedang melaju ke arahnya. Bergegas masuk dan mengatakan alamat yang dituju kepada driver nya.
"Sudah sampai, neng."
Della menoleh ke samping kiri jalan, melihat rumah Galen yang tidak berubah sama sekali.
"Pak Dirman!"
"Kayak pernah liat neng, tapi dimana ya?" Pak Dirman yang bekerja sebagai satpam rumah nampak tengah berpikir dimana ia pernah melihat Della sebelumnya.
"Pak Dirman lupa? Saya Della."
"Oh, neng Della. Yang dulu sering main ke sini ya?"
"Iya, bukain gerbangnya ya, Pak."
Pak Dirman nampak mengangguk. Setelah gerbang terbuka, Della mengambil langkah besar untuk masuk ke dalam rumah yang cukup megah ini.
Seseorang keluar dari dalam setelah Della memencet bel rumah sebelumnya. Itu Bi Yati, orang yang sudah bekerja puluhan tahun untuk membantu mengurus rumah Galen.
"Bi Yati, saya Della. Galennya ada?"
"Ada, Aden di dalam. Dia lagi nggak enak badan katanya."
"Della boleh masuk, Bi?"
"Boleh, Non. Masuk aja," ujar Bi Yati yang melempar senyum ke arah Della.
Della berlari kecil menuju kamar Galen yang sudah Della hafal sejak dulu ketika masih bersama Galen. Della menggerakkan tangannya untuk memutar knop pintu yang bercat putih itu.
Setelah pintu terbuka, pemandangan yang Della lihat adalah Galen yang tengah meringkuk di atas kasur dengan selimut yang menyelimutinya.
"Galen?"
Galen yang mendengar namanya dipanggil, langsung merubah posisinya menjadi telentang. Galen tersenyum ke arah Della yang masih berdiri di ambang pintu.
"Masuk, Del. Lo mau disitu terus?"
Della menggeleng, langkah kakinya Della gerakan untuk menghampiri Galen yang berada di atas kasur.
Della melihat mangkuk yang berisi bubur di atas nakas masih banyak. Sepertinya Galen belum memakannya sedikit pun.
"Lo belum makan?"
Galen menggeleng, kedua sudut bibirnya terus tertarik ke atas. Galen menarik tangan Della untuk digenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...