Gue emang salah. Tapi gue yakin masih ada kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya.
~Galen~
<>
"Hai Del!" sapa Veli begitu Della melangkah memasuki kelas. Veli merangkul Della, mengabaikan Nita yang terdiam di tempatnya.
Della tersenyum ketika Veli menghampirinya, duduk dengan bertopang dagu di hadapannya.
"Lo tau nggak? Semalem Gibran main ke rumah."
"Lagi?" Veli mengangguk dengan binar mata nya.
"Oh ya, semalem Gibran juga bilang, dia ngajak gue dinner malam ini. Lo mau ya ikut sama gue?" Veli menggenggam tangan Della memohon agar gadis itu ikut bersamanya.
"Lo ajak Lio. Jadi kita pas berempat," imbuhnya.
"Hm."
Keduanya menoleh ke samping, Lio berdiri dengan raut datarnya.
"Nah kebetulan lo udah dateng. Lo ntar malem jemput Della ya? Lo sama Della, gue sama Gibran." Della menatap Lio sejenak. Sedetik kemudian gadis itu menatap Nita yang duduk di depannya.
Veli yang mengerti maksud dari tatapan itu tersenyum kecut.
"Nggak usah mikirin orang lain lah, sekali-kali lo pikirin diri lo sendiri. Gue heran sama lo, hati lo terbuat dari apa sih? Udah disakitin masih aja mikirin orang yang bikin lo sakit."
Nita yang merasa tersindir memilih bangkit keluar dari kelas. Della menatap nanar kepergian Nita, sulit sekali rasanya.
"Nggak usah dipikirin."
Della tertegun ketika usapan lembut terasa di kepalanya. Ia mendongakkan kepala, tatapan mereka bertemu. Veli yang berada di depannya pun tersenyum senang.
"Del, gue curiga deh. Jangan jangan Nita yang bikin rumor nggak jelas di mading waktu itu." Della menoleh, terkejut dengan penuturan Veli.
"Nggak mungkin lah dia sejahat itu sama gue." Della terkekeh berusaha menampis hal itu, walau pun dirinya juga memikirkan apa yang tengah Veli pikir.
<><><>
Tebakannya kemarin tentang Nita itu benar. Nita semakin membencinya ketika Della berada dekat di samping Lio. Laki-laki itu terus menggenggam kemana pun mereka pergi. Veli yang berada tepat di belakang mereka pun terkikik geli melihat keduanya.
"Kenapa lo?!" Della menatap datar Veli, melepas genggamannya pada Lio.
"Gue lucu aja liat kalian berdua." Veli tertawa selepas mengatakan hal itu. Memang benar, sepasang kekasih di depannya terlihat lucu, namun tak urung ia menilai bahwa mereka benar-benar terlihat serasi.
"Del." Della menoleh ke belakang saat seseorang menyerukan namanya.
"Ini dari Bang Arsa, katanya dia tadi lupa ngasih ini ke kamu Del," ujar Dava menyodorkan satu buah kredit card ke Della.
Della mengernyit, tapi tak mengurungkan niatnya untuk menerima itu. Ia akan menanyakan langsung pada Arsa nanti.
"Oh ya, ini juga Kak Dav temuin di kamar kamu, siapa tau dalemnya ada yang penting."
"Makasih, Kak." Della tersenyum menatap tas yang diberikan Dava padanya.
Ia membuka nya, ada beberapa lembar uang berada di dalamnya. Mengapa ia baru teringat akan hal ini? Sedetik kemudian, Della kembali mengernyit merasa ada yang aneh dengan jumlah uang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...