Warning!!
Chapter ini lebih panjang!Happy reading!
<>
Della mulai bosan karena menunggu terlalu lama kedatangan seseorang. Sesekali ia melihat ponsel nya, berharap ada notif dari orang yang sedari tadi ditunggu nya, tetapi nihil.
"Nunggu siapa?" tanya Arsa. Della menoleh ke samping, tangannya menepuk kursi yang tak bertuan di sampingnya, menyuruh Arsa untuk duduk.
"Lio." Arsa menghentikkan gerakannya yang hendak menyeruput teh hangat. Laki-laki itu mendaratkan cangkir yang tadi digenggamnya berada di atas meja.
"Oh ya, Bang. Ngapain Abang ngasih aku kredit card?" tanya Della.
"Oh itu, supaya kamu punya pegangan. Abang juga udah nambah uang disitu buat kamu." Della memutar kedua bola matanya malas.
"Bang, nggak perlu gini lah. Tadi juga Kak Dav ngasih kredit card punya Lala sama uang yang kelupaan di sana, Nih." Della menunjukkan Kredit card miliknya pada Arsa.
"Ya udah sih, kamu pegang aja. Nanti Abang transfer ke kamu tiap bulan ya?"
"Bang. Nggak usah, Lala kan masih punya simpenan."
"Udah kamu nurut aja sama Abang. Gini-gini Abang juga udah kerja di perusahaan Daddy, ya bantu-bantu lah, terus dapet uang deh."
"Ya mending uangnya Abang kumpulin buat Nikah. Hahaha!"
"Itu ejekkan atau dukungan?"
"Dua-dua nya."
"Kamu ini, udah nanti Abang transfer uang ke kamu tiap bulan. Nggak boleh bantah, kualat nanti kamu." Della menghela nafas lelah. Gadis itu meng-iya-kan saja tanpa ingin berdebat lebih panjang.
"La, kamu masih sama Lio?"
Della terkekeh, "Nggak, Bang."
"Lah terus kok nunggu Lio? Mau jalan sama dia kan kamu?"
"Jadi gini, pagi tadi tuh Veli ngajak kita buat jalan bareng malam ini. Dia sama Gibran, Lala sama Lio. Itung-itung ini yang terakhir lah sama Lio." Della terkekeh pelan.
"Kamu yakin?"
"Yakin."
Yakin kalo Lala nggak sanggup. Imbuhnya dalam hati.
Tak lama setelah itu, sebuah mobil terparkir tepat di depan gerbang. Seorang laki-laki terlihat berjalan menghampiri Della dan Arsa yang berada di teras rumah.
"Bang. Gue pergi dulu sama Lio." Arsa mengangguk, tangannya memusut kepala Della. Gadis itu berjalan terlebih dulu meninggalkan Lio yang masih bersama Arsa.
"Gue tau hubungan lo berdua. Gue juga tau lo berdua udah putus."
Arsa mencoba untuk mengatur nafasnya.
"Gue tau lo masih sayang sama Della. Tapi gue harap, lo bisa ngertiin dia sebagai sosok yang pernah singgah di hati lo."
Arsa dapat melihat jelas tatapan terluka dari sorot mata Lio. Arsa juga paham, Lio bahkan Della masih sama-sama menaruh rasa.
Tangan Arsa terulur untuk menepuk pelan bahu Lio. Arsa paham betul bagaimana rasanya ditinggal oleh seseorang yang berarti dalam hidupnya.
"Jaga Della buat malam ini." Lio mengangguk.
"Gue pamit, Bang. Permisi." Arsa tersenyum, lalu membiarkan laki-laki itu berjalan menjauh dari nya. Arsa menatap punggung Lio dengan nanar.
Arsa menilai, tidak ada yang diuntungkan disini. Della juga Lio sama-sama terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...