Fredella _07_

230 10 3
                                    

Ternyata, sesakit ini disakiti oleh orang-orang terdekat.

~Fredella~

<>

Semenjak pulang dari sekolah, Della terus berbaring karena tidak tahan dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya, jangankan berjalan, untuk duduk saja rasanya sulit. Beruntungnya Kinan tidak kembali memarahinya. Jelas tidak, karena orang yang ia bangga-banggakan berada di sini dengan tipuan halusnya.

"Nak Kenzie, tante mau ngucapin banyak-banyak terima kasih karena kamu sudah mau menolong Della, nggak tau deh kalo nggak ada kamu," ujar Kinan terkekeh.

"Sama-sama, Tante. Kan ini juga sudah menjadi tanggung jawab saya buat jagain calon saya." Kinan tersenyum, berbeda dengan Della, gadis itu memutar kedua bola matanya jengah, muak dengan ucapan yang dilontarkan Kenzie barusan. Sedangkan pada kenyataannya, Lio lah yang menolongnya tadi. Ingin sekali Della menimpali perkataan Kenzie, namun apalah daya, ia harus mengurungkan niatnya itu.

Di balik pintu kamar Della, seseorang tengah berdiri menatap intens ke arah ketiga nya, tangannya terkepal kuat saat ia mendengar apa yang dilontarkan dari mulut Kenzie, hatinya terbesit untuk menghampiri dan memberikan bogeman mentah pada wajah Kenzie sekarang juga. Baru saja ingin melangkah masuk, Kinan berjalan keluar membuat seseorang itu buru-buru pergi dari sana. Ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan membiarkan adiknya terluka sedikit pun.

Kini, tinggalah Kenzie dan Della di dalam kamar itu. Della hanya diam tanpa mau berbicara pada sosok laki-laki seperti Kenzie.

"Nggak usah lebay lo. Males gue harus pura-pura baik depan nyokap lo," seru Kenzie.

"Ternyata nyokap lo gampang banget gue tipu." Ingin sekali Della berteriak, sungguh ia muak dengan Kenzie.

"LO?!" Setelah lama Della terdiam, akhirnya ia berani membalas Kenzie, tatapan tajam pemuda itu tidak menjadi hal yang perlu gadis itu takutkan. Amarahnya memuncak, mengingat perkataan Kenzie yang seolah merendahkan Kinan benar-benar membuat hatinya mencelos.

Kenzie menyunggingkan senyum smirk. Ternyata Della bukan perempuan yang ia kira akan tunduk padanya, nyatanya itu semua salah. Della berbeda dengan perempuan di luaran sana. Kenzie seperti tertantang dengan sikap gadis itu yang seolah sudah mengibarkan bendera perang untuknya.

"LO PERGI DARI SINI!" bentak Della dengan nafas memburu. Waktu yang seharusnya ia gunakan untuk istirahat terbuang sia-sia. Untung saja kamarnya kedap suara. Jika tidak? Bisa dikatakan Kinan akan kembali memarahinya.

"Dengan senang hati, sayang." Della menangkap tatapan licik dari seorang Kenzie.

<><><>

Della sudah merasa tubuhnya kembali normal, tidak lagi merasakan sakit seperti sebelumnya. Ia yang berniat pergi ke dapur, matanya tak sengaja melihat keluarganya yang berada di ruang tengah, namun tak urung untuk pergi ke dapur untuk sekedar mengambil segelas air.

"Kakak."

Dava dapat mengenali seseorang yang tengah melingkarkan tangannya pada lehernya. Dava tersenyum sebelum akhirnya ia menarik gadis yang memeluknya itu ke hadapannya.

Della dapat merasakan hawa dingin menyelimuti suasana. Melihat Kinan yang kembali terlihat acuh kepadanya membuat hati Della merasa sesak. Kinan sudah berubah, tidak lagi seperti dulu yang selalu memanjakannya. Ah, mengingat itu, Della jadi rindu.

"Bun?" panggil Della yang sama sekali tidak digubris olehnya.

"Bun, Della mau..."

"Apa? Mau batalin perjodohan kamu, gitu hm?!" sinis Kinan yang sepertinya mengerti apa yang ada dalam pikiran Della. Gadis itu tersenyum kecut. Susah sekali ia untuk membebaskan diri dari sosok laki-laki seperti Kenzie. Dava menggenggam erat tangan Della seolah menyalurkan kekuatan pada adiknya yang sedari tadi sudah menunduk.

FredellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang