Fredella _05_

237 11 5
                                    

Gue emang bodoh, udah percaya sama orang yang nggak pernah serius sama gue.

~Fredella Karolina Emery~

<>

"Pulang sama siapa, Del?" tanya Dava mengagetkan Della.

"Kak Dava ih, Della kaget!" omelnya membuat Dava sedikit terkekeh.

"Tadi pulang sama siapa, adik manis?"

Della bergaya seolah hendak muntah mendengar nada bicara kakaknya yang terdengar menggelikan.

"Sama temen, Kak." Dava membulatkan bibirnya membentuk huruf O.

"Kak jangan bilang sama bunda kalo tadi Della nggak pulang sama Kenzie," pinta Della.

"Iya iya. Apa sih yang enggak buat kamu?" gemas Dava mengacak rambut Della, Della girang bukan main. Ia segera berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan badan. Della terus berada di dalam kamarnya sampai akhirnya ia dipanggil untuk makan malam.

"Tangan kamu kenapa, Del?" tanya Kinan melihat tangan kanan Della yang memerah. Lantas semuanya menoleh ke objek yang tengah menjadi perbincangan.

"Oh ini, gapapa kok, Bun," jawab Della berusaha terlihat tenang, ia lupa memakai hoodie. Dava menatap mata Della dengan tatapan yang sulit diartikan. Della tahu tatapan kakaknya itu, ia takut Dava akan tahu penyebab tangannya memerah, Dava tidak akan membiarkan adiknya terluka, barang sedikitpun.

"Hm ... Della ke kamar dulu, Della ngantuk," alibi Della langsung berlari meninggalkan meja makan yang masih dipenuhi oleh orang tua dan juga kakaknya.

"Yah, Bun, Dava ke atas dulu," pamit Dava, ia ingin memastikan adiknya baik-baik saja, ia ingin menanyakan pada Della apa yang sudah terjadi padanya.

"Della, ini kakak," ujar Dava di depan pintu kamar Della.  Della yang mendengar itu langsung berpura-pura tertidur agar kakaknya tidak mengintrogasinya.

Della merasakan ada sebuah tangan yang mengusap kepalanya, lalu turun ke tangannya yang memerah itu.

"Apa yang terjadi sama kamu sih, Del?"

"Siapa yang udah nyakitin kamu?"

"Bilang sama kakak, biar kakak kasih dia pelajaran."

"Kakak tahu kamu belum tidur, nggak usah pura-pura Del."

Runtuh sudah pertahanan Della, ia langsung memeluk tubuh kekar Dava, menangis di dada bidang kakaknya. Dengan penuh kasih sayang, Dava mengusap pucuk kepala Della membuat gadis itu terlihat sedikit tenang.

"Kak, hiks ... hiks."

"Kenapa, hm?" tanya Dava.

"Siapa yang nyakitin kamu? Bilang sama Kakak."

"Kenzie hiks, dia narik tangan Della kuat banget, bahkan dia ... hiks," Della menggantung ucapannya membuat Dava semakin khawatir.

"Dia ngapain kamu?" terdapat nada dingin dalam pengucapannya.

"Dia hiks hampir nampar Della hiks." Tangan Dava mengepal, dia tidak terima adiknya disakiti siapapun. Dava melepas pelukannya, ia menangkup wajah adiknya dengan kedua tangannya. Della menatap mata kakaknya, tatapannya terlihat seperti menahan marah. Della tersenyum, ia menggenggam kedua tangan kakaknya.

"Kakak harus janji sama Della, kakak jangan bikin keributan gara-gara ini ya?" pinta Della memohon. Della menggeleng tegas, dia harus memberi pelajaran pada Kenzie.

"Kak, Della mohon."

"Dia nampar kamu?" Della menggeleng, "Ada temen Della yang berhasil nahan tangan Kenzie." Della tersenyum. Melihat senyum itu, Dava sedikit tenang.

FredellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang