Tapi gue takut, gue takut jatuh untuk yang kedua kalinya.
~Fredella Karolina Emery~
<>
Udara pagi yang selalu dihirupnya setiap gadis itu bangun dari tidurnya masih tetap sama, perasaan dan juga tempat ia terbangun dari tidurnya lah yang berbeda, tidak seperti biasanya. Sebenarnya tidak terlalu berbeda, di rumahnya yang dulu ada Dava, dan sekarang ada Arsa yang menjadi pengganti Dava.
Ngomong-ngomong tentang Dava, gadis itu jadi rindu padanya, biasanya di jam seperti ini, Dava tengah menyuruh dirinya untuk segera sarapan pagi. Tapi tidak berlaku lagi untuk sekarang.
"Lala! Bengong mulu. Mikirin apa sih?"
"Ah, nggak mikirin apa-apa," elak Della berusaha tersenyum.
"Yaudah, ke bawah yuk, pasti momny sama daddy udah nunggu kita di bawah."
Mereka berdua berjalan menghampiri Risa dan juga Arie, dengan Arsa yang merangkul pinggang ramping Della membuat keduanya terlihat seperti sepasang kekasih.
"Makan yang banyak, biar nggak pendek terus," sindir Arsa membuat Della menatap tajam ke arahnya.
"Liat aja, Lala pasti ngalahin tingginya abang," ujar Della dengan percaya dirinya membuat pasangan suami istri itu terkekeh melihatnya.
"Mom, Abang belum punya pacar ya?"
"Uhukkk uhukkk!"
Arsa tersedak makanannya sendiri saat mendengar Della bertanya mengenai statusnya pada Risa. Dengan cepat, Risa mengangguk.
"Pantesan," gumamnya.
"Pantesan kenapa?"
"Pantes keliatan jomblonya." Della tertawa terbahak-bahak melihat muka Arsa yang masam. Sepertinya ia berhasil menjahili abangnya itu.
"Udah, udah. Della kamu cepetan gih sarapannya, abis itu sekolah. Bang, kamu anter Della ya ke sekolahnya? Lagian kamu juga nggak ada jadwal kuliah kan?"
"Berangkat aja sendiri," kesal Arsa mendapat tatapan tajam dari Arie.
"Bang!" tegur Arie membuat nyali Arsa menciut. Dengan pasrah Arsa mengangguk.
<><><>
"Belajar yang bener, kalau udah selesai, Lala telfon abang, biar abang jemput kamu."
"Siap, Abang Arsa."
"Eh mau kemana?" tanya Arsa.
"Masuk lah!"
"Cium pipi abang dulu sini, dulunya juga gitu," ujar Arsa mengingatkan dirinya dulu yang selalu mencium pipi Arsa sebagai ucapan perpisahan. Setelah melakukan hal itu, Della bergegas turun dari mobil untuk masuk ke dalam kawasan sekolah.
"DELLA?!" teriak seseorang. Della membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara. Di sana, Nita dan Veli berdiri sembari melambaikan tangannya ke arah Della, setelah itu keduanya berlari langsung memeluk gadis itu dari samping kanan kirinya.
"I miss you!" celetuk Veli sembari mempererat pelukannya.
Mereka bertiga kembali berjalan menyusuri koridor dengan saling rangkul. Della merasakan sesuatu sedikit hilang dari benak nya, memang semuanya tak lagi kembali seperti dulu, tapi setidaknya ia tidak terlalu dirundung kesedihan, ia akan mengembalikan hidupnya yang telah hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...