Gue baru sadar, ternyata gue nggak akan bisa melupakan seseorang sebelum gue berhenti memikirkannya.
~Fredella Karoline~
<><><>
Della duduk bersandar di atas tempat tidur dengan guling yang berada di pangkuannya. Air matanya lolos tanpa disadarinya saat pikirannya tertuju pada kejadian sore tadi.
Della tidak menyangka jika orang-orang yang terlibat dalam perjodohannya tempo lalu bukan murni perjodohan, namun karena harta yang mereka inginkan.
Della jadi tidak enak hati karena tidak bekerja sore tadi. Keadaan lah yang mengharuskan Della untuk beristirahat.
Della meraih ponselnya ketika ponsel itu berdering. Della mengernyit bingung, Arsa menelfonnya. Tanpa ragu, Della mengangkatnya.
"Iya, Bang?"
"Buka pintu ya, Abang di depan."
Kedua bola mata Della membola, untuk apa Arsa datang ke sini?
"Iya, Lala ke sana."
Della mematikan sambungannya sepihak. Tangannya bergerak untuk menghapus jejak air matanya yang masih membekas di pipinya. Setelah memastikan keadaannya terlihat baik-baik saja, Della segera melangkah keluar untuk membuka pintu.
Della tersenyum ketika Arsa melempar senyum padanya. Laki-laki itu bergegas masuk ke dalam apart diikuti Della di belakangnya.
Arsa mendudukan diri di sofa yang terdapat di dalam sana, kemudian menaruh barang bawaannya di meja.
"Kenapa tadi ke rumah? Padahal Mommy sama Daddy udah nunggu kamu lho."
Della menggigit bibir bawahnya. Tidak mungkin Della mengatakan kejadian yang dialaminya sore tadi. Tetapi, kalau tidak mengatakan dengan jujur, Della pun tidak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa? Kok melamun?"
"Itu, Lala bingung mau jawab apa," ujar Della lalu terkekeh.
"Kalau ada masalah, jujur aja. Nggak usah disembunyiin gitu. Nggak baik masalah dipendam sendiri, kena mental yang ada."
Arsa memusut pelan kepala Della dengan sayang. Laki-laki itu terus menatap Della seolah menuntut sebuah jawaban dari gadis yang kini berada di hadapannya.
"Cerita ya sama Abang." Arsa tersenyum ketika Della menganggukkan kepala.
"Tadi Lala ketemu sama Kenzie depan minimarket dekat rumah Mommy."
"Terus?"
"Dia narik Lala ke gang sempit yang jauh dari pemukiman warga."
Tatapan Arsa menajam, "Dia nyakitin kamu?"
Della menggeleng, "Hampir, tapi untungnya ada Kak Candra datang."
"Dia bilang apa aja sama kamu?"
"Kenzie bilang ke Lala kalau Lala penyebab Kenzie nggak jadi dapat harta ayahnya, karena perjodohannya batal."
Della menyeka air matanya yang lolos begitu saja tanpa diminta. Della tersenyum sumbang ketika pikirannya mengulik kehidupannya yang bisa dikatakan hancur.
Arsa menarik Della dan membawa gadis itu ke dalam dekapannya.
"Kenapa sih nasib Lala kayak gini, Bang? Lala sedih tiap kali Lala liat teman-teman Lala yang cerita keluarganya. Mereka bahagia, nggak kayak Lala, Bang."
Arsa menarik diri dari pelukan itu kemudian menatap lurus ke manik mata Della yang kini berada di hadapannya dengan kondisi mata yang sudah sembab. Arsa tersenyum, lalu menggunakan kedua ibu jarinya untuk menyapu jejak air mata Della.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...