Fredella _13_

231 11 1
                                    

Kalo nggak mau sakit hati, yaudah nggak usah cinta-cintaan.

~Arsa~

<>

Seorang gadis tengah duduk di sofa panjang yang berada tepat di depan jendela yang mengarah langsung ke luar. Kedua kakinya menjuntai ke lantai dengan pandangan mata yang lurus ke depan. Kicauan burung terdengar mengalun begitu indah.

Alih - alih menikmati pemandangan, gadis itu kembali bergelut dengan pikiran yang terus saja berputar. Soal mulutnya yang mengatakan bahwa dirinya telah jatuh hati pada seorang laki-laki. Namun, hatinya membenarkan hal itu. Hanya saja, setelah mendengar kata cinta, bahkan dirinya sendirilah yang merasakan hal itu setelah bertahun-tahun lamanya, memori tentang dirinya dengan seseorang di masa lalu kembali terngiang di dalam otaknya.

Cinta yang kembali ia rasakan setelah bertahun-tahun berlalu. Cinta yang begitu menyesakkan ketika ia merasakan untuk pertama kalinya. Cinta yang hampir saja merenggut nyawa gadis itu sendiri. Betapa bodohnya ia dulu, pikirnya.

Della tersenyum hambar, hidupnya sudah tidak seindah dulu, matahari di kehidupannya telah sirna. Pelangi di jiwanya telah menghilang. Sosok Della yang dulu sudah berganti menjadi sosok Della yang baru.

Dengan berlinang air mata, gadis itu beranjak dari duduknya. Saat pintu lemari dibuka, menampakkan sebuah kotak yang membuat dadanya sesak, hatinya teriris. Namun tak urung tanganya untuk mengambil kotak tersebut.

Della menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya kotak itu dibuka.
Diangkatnya sebuah kalung dengan liontin kupu-kupu yang menjadi bagiannya. Air matanya tak hentinya mengalir. Membentuk sungai-sungai kecil yang menghiasi wajah mulus gadis itu.

Tanpa gadis itu sadari, seorang pemuda bersandar pada pintu kamar Della. Pemuda itu bahkan masih mengenakan pakaian casual nya. Tas yang masih bertengger pada pundaknya. Saat berjalan menuju kamarnya, tak sengaja ia mendengar isak tangis dari dalam kamar gadis itu.

Betapa terkejutnya ia saat melihat gadis itu menangis sesenggukan dengan wajah yang sedikit sembab. Biarpun gadis itu bukan saudara kandungnya, tapi pemuda itu begitu menyayanginya. Ia bertekad dan berjanji akan melindungi gadis itu kapan pun dan dari siapapun yang menyakitinya.

Arsa. Nama pemuda yang sedari tadi menatap nanar punggung gadis itu.
Matanya menangkap sebuah kalung ber liontin yang berada di udara. Arsa ingat betul kalung itu. Itu pemberian Galen, mantan Della, masa lalu Della.

Pemuda itu melempar tas nya sembarang, kakinya melangkah lebar menuju gadis itu berada. Di dekapnya tubuh mungil Della. Diusap nya punggung gadis itu.

"Kenapa, hm?" tanyanya setelah mencium puncak kepala Della.

"Della takut, bang ... Hiks," jawabnya dengan isakan yang keluar dari mulutnya. Tanganya melingkar pada pinggang Arsa. Menyandarkan kepalanya pada dada bidang Arsa.

"Takut kenapa? Cerita sama abang," bisikan lembut dari Arsa membuat Della sempat terdiam.

Tubuhnya yang jangkung membuat pemuda itu dengan mudah menciumi pucuk kepalanya. Della yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja merasa senang. Sedetik berikutnya, semuanya luntur mengingat bagaimana keluarganya memperlakukannya. Bunda nya yang menampar nya, Ayahnya yang sama-sama mengatakan fakta yang begitu menyesakkan, menyakitkan dan memilukan untuk gadis itu terima.

FredellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang