Beruntung kalian yang nggak pernah ngorbanin perasaan sendiri demi perasaan orang lain.
~Fredella Karolina~
<>
"Della!"
Della menoleh ketika seseorang menyerukan namanya. Senyumnya mengembang ketika melihat Veli yang baru saja turun dari motor Gibran. Sepertinya hubungan mereka berjalan dengan baik, Della ikut bahagia dengan itu.
Veli terlihat berlari kecil menghampirinya, tangannya membawa sebuah paperbag berukuran sedang.
"Ngapain lo senyum-senyum? Gila ya?" tanya Veli memutarkan telunjuk nya di depan wajah Della.
"Nggak."
"Gue bercanda elah. Nih buat lo dari Bunda gue," ujar Veli menyodorkan paperbag yang dibawa nya. Della menerima nya.
"Hoodie?" Veli mengangguk mantap.
"Iya hoodie, bunda pesen sih itu maka nya dikasih nama DELI disitu. Della dan Veli, bagus kan?" Della mengangguk. Senyumnya mengembang dengan mata yang berbinar.
"Gue suka. Makasih ya, tau aja lo kalo gue suka biru."
"Apasih yang nggak gue tau tentang lo?" goda Veli yang berhasil membuat Della terdiam.
"Ada satu hal yang nggak lo tau tentang gue, Vel."
"Apa?"
"Nanti gue ceritain."
Veli mengangguk, tangannya terulur untuk merangkul Della. Keduanya berjalan menuju kelas. Selama di perjalanan, keduanya bersenandung ria dengan tawa yang menjadi bumbunya.
Begitu sampai di kelas, Della melihat Lio yang terus saja memainkan ponselnya. Telinganya terpasang headset.
"Del? Kok bengong?"
"Hah? Enggak." Veli mengangguk ragu.
Keduanya berjalan menuju tempat duduk masing-masing. Tidak ada Nita di sana.
Della duduk tanpa menoleh ke arah Lio, laki-laki itu pun sepertinya juga sama, sama-sama terlihat tidak peduli walau memiliki perasaan yang sama.
Lio sendiri masih memikirkan perkataan Della semalam yang terus bersarang di otaknya. Bagaimana Lio bisa bersama dengan orang yang jelas-jelas tidak disukainya sama sekali.
"Lio, lo disuruh ke ruang kepsek sekarang," ujar Elang dari ambang pintu.
Tanpa mengatakan apa pun, Lio beranjak dari duduknya.
"Bukannya dia pake headset ya? Ko bisa denger?" gumam Della yang masih bisa didengar oleh Lio.
"Gue cuma pake," ujar Lio kemudian melenggang.
Della menggeleng tegas, tidak ingin terlalu memikirkan apa pun yang bersangkutan dengan laki-laki itu. Ia akan belajar melepasnya.
Bersamaan dengan itu, Nita masuk dengan wajah angkuh nya. Veli dan Della tidak peduli akan hal itu. Bahkan sekarang Veli sudah menempatkan diri di kursi milik Lio.
"Oh ya lo mau cerita apa?"
Della terdiam sebentar, berpikir apakah harus ia menceritakan pada Veli? Della menatap lekat manik mata Veli, gadis itu begitu baik dan tulus berteman dengannya.
Della tersenyum, sepertinya ia harus menceritakannya pada Veli. Veli saja percaya dengannya, mengapa Della tidak?
"Gue putus sama Lio." Mata Veli membulat sempurna, terkejut dengan perkataan Della.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...