Kehidupan Della saat ini sudah berjalan tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan. Harapnya akan kedamaian dan ketenangan, bahkan kebahagiaan, justru timbul segala luka dan lara bahkan keresahan. Sakit memang, rasa hati ingin menyerah pun ada. Namun, Della harus tetap bertahan karena tidak ingin mengecewakan orang-orang yang masih sayang padanya, terutama Lio.
Della terlihat tengah melamun di tempat kerjanya. Berdiri melihat sepasang kekasih yang tengah duduk menikmati makan malam bersama. Mereka yang bergantian menyuapi, bahkan laki-laki di sana terlihat sangat tulus dengan perempuan di depannya, Della dapat mengetahui itu lewat bagaimana cara laki-laki itu menatapnya.
Della pun pernah di posisi itu, tetapi itu dulu bersama Lio. Sekarang laki-laki itu sudah bersama orang lain, salahnya Della yang masih menyimpan rasa terhadap laki-laki itu, bahkan mungkin akan terus menyimpannya.
Della membuka buku diary yang berada di tangannya. Pelanggan hari ini tak terlalu ramai, sehingga Della masih bisa duduk santai di sana.
Dear, diary...
Salahkah aku karena masih mencintai seseorang yang dulu sempat bersama? Aku yang gagal melupakan, atau semesta yang tengah merencakan sesuatu hingga rasa ini sulit hilang?
"Hayo, kenapa mukanya ditekuk gitu?"
Della yang terkejut dengan keberadaan Ica di sampingnya itu, langsung menutup buku ditangannya dan memposisikan diri menghadapnya.
"Ngagetin aja!"
"Kenapa? Ada masalah sama Lio lagi? Kali ini lebih sakit ya?" tanya Ica, nadanya begitu lembut seolah memahami perasaan Della malam ini.
Della menutup mulutnya rapat-rapat, ia menunduk melihat luka di siku dan lututnya. "Iya, sampai luka sebanyak ini pun kalah rasa pedihnya."
Ica menganga, terkejut melihat luka di tubuh Della.
"Lo kenapa? Kok luka gitu? Kok gue ngga tau?!"
"Hehe, biasa lah, masalah kecil."
"Masalah kecil dari mana, ih ngeri gue kok bisa gitu?"
Della terkekeh melihat raut wajah perempuan di depannya. Lucu memang, padahal Della yang merasakan.
Saat tengah asik-asiknya berbincang, dari kejauhan nampak seorang laki-laki bertubuh jangkung terlihat berjalan menghampiri keduanya. Della menyipitkan matanya, postur tubuh laki-laki itu sangat familiar tetapi ia tidak bisa mengenalinya karena masker dan topi yang dikenakannya.
"Malam!" sapa laki-laki itu.
"Malam, ada yang bisa kami bantu?" tawar Ica.
"Ngga, saya cuma mau ketemu sama Lala aja, Lala ikut abang pulang dulu yuk?"
Della kini paham, laki-laki di depannya ini adalah Arsa, abang yang sudah ia anggap sebagai saudara kandungnya. Della beralih menatap Ica, pasalnya ia tak enak hati meninggalkan Ica sendirian.
Ica yang seolah mengerti situasi sedang genting, memberikan anggukan kecil bahwa Della harus ikut Arsa sekarang.
"Makasih ya, Ca."
Ica mengangguk lantas melempar senyum pada pemuda yang berstatus sebagai anak dari bos nya.
Della melambai pada Ica sebelum ia benar-benar pergi dari sana. Della terdiam di dalam mobil sembari mendengar alunan lagu yang membuatnya memejamkan mata, seolah merasakan makna lagu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...