Bukannya kebanyakan orang minta maaf cuma mau mengulang kesalahan yang sama?
~Fredella Karolina~
<>
"Bang. Bang Arsa!"
"Apasih?"
"Pinjem buku paket panduan Fisika dong. Masih ada kan, Bang?"
"Masih, cari aja di rak buku bagian paling atas. Oh ya, kalo nggak bisa ngambil, panjat aja pake kursi," ejeknya.
"Bodoamat. Pendek pendek gini juga Lio suka. Emang nya abang? Hahaha," balasnya membuat Arsa kesal.
Sibuk menggeledah buku-buku di rak, Della justru terpaku dengan satu buku yang berwarna hitam, lengkap dengan tali pengaman yang melingkar pada sisi buku tersebut.
Ditariknya buku tersebut dari barisan buku yang berjajar rapi, Della mulai membuka nya. Matanya membulat, namun bibirnya tak segan untuk mengulum senyumnya.
"Belum ketemu juga?"
Tubuhnya terasa kaku melihat apa yang berada pada genggaman Della. Bagaimana bisa gadis itu menemukannya? Itu buku pribadi nya. Bagaimana ia bisa ceroboh hingga orang lain bisa mengetahui nya? Biarlah Della adalah sepupu nya. Tetap saja itu buku harian pribadi nya.
"Lala, kamu?" tanya nya tak percaya dengan apa yang ditemukan Della. Della tersenyum lantas berjalan mendekati Arsa. Masalah buku biarlah sebentar, masih ada waktu satu jam sebelum gerbang ditutup.
"Bang. Ini foto Mba Nara, kan?"
"Abang masih suka sama Mba Nara?"
Fyi, dulu Nara adalah kekasih Arsa sebelum insiden dimana Nara meninggal akibat kecelakaan terjadi. Dalam pandangan Arsa, Nara adalah sosok perempuan cantik, berhati lembut, penyayang, juga penyabar. Nara selalu mendukung apapun keputusan yang Arsa buat.
Hingga sampai sekarang pun, Arsa masih mencintai nya. Ia tidak berniat untuk mencari penggantinya. Karena, Arsa tidak akan menemukan sosok seperti Nara pada diri siapa pun.
Untuk itulah, Arsa bersikeras akan melindungi siapa pun yang saat ini berada di sampingnya, menemaninya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti mereka.
"Abang belum bisa move on dari Mba Nara?"
Arsa tersenyum, "Sini, La."
"Kenapa, Bang? Abang marah gara-gara Lala nemu ini?"
"Nggak. Abang sama sekali nggak marah."
"Abang cuma mau ngingetin kamu. Kalo cinta sama orang, cintai sewajarnya aja. Jangan berlebihan. Kita nggak tau takdir bakal mempersatukan kita atau justru memisahkan kita."
"Iya, Bang. Lala ngerti," ujarnya sambil tersenyum. Sebuah uluran tangan bergerak memusut kepala gadis itu. Della berharap, Arsa secepat mungkin akan menemukan seseorang yang bisa selalu membuatnya bahagia, tentu nya seseorang yang menerima laki-laki itu apa ada nya.
"Ya sudah, mau abang anter nggak ke sekolah?"
"Mau!" pekiknya antusias.
"Tapi di depan udah ada Lio yang siap ke sekolah bareng kamu. Hahaha!"
"Tau gitu kenapa tadi nawarin?" kesalnya kemudian berjalan sambil menghentakkan kaki nya. Sedetik kemudian, ia baru teringat buku yang lupa dibawa nya.
"Bang, ambilin buku nya. Cepet!"
"Hahaha. Nih!"
Della mengambil buku yang dipegang Arsa beralih ke tangannya. Lama-lama berada di dekat Arsa bisa membuatnya kesal terus menerus.
![](https://img.wattpad.com/cover/211284481-288-k603531.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...