Fredella _21_

215 8 2
                                    

Setelah kejadian tadi pagi, Galen lebih sering menghubunginya lewat telefon atau lewat pesan biasa. Entah mendapat nomernya dari siapa, Della tidak tahu. Yang jelas, hidupnya semakin tak tenang semenjak bertemu dengan laki-laki itu.

"Del?" panggil Lio menatap bingung ke arah Della yang terus saja melamun sedari tadi. Entah apa yang tengah dipikirkan gadis itu sekarang. Bagaimana pun juga, ia ingin mengetahui nya. Siapa tahu, ia bisa membantu gadis itu jika memang benar gadis itu mempunyai masalah baru.

"Ya?"

"Lo kenapa sih?"

"Gue?" tunjuk Della pada dirinya sendiri.

"Iya, Fredella yang gendut!" geramnya mencubit kedua pipi Della yang chubby.

"Enak aja ngatain gue gendut!"

"Lah emang benar kenyataannya gitu ko," ujarnya tetap pada pendiriannya.

"Lo tuh ya, sekali aja nggak ngeselin bisa? Dari kemarin ngeselin terus! Bosen hidup lo ya?"

"Ngapain bosen hidup? Kalo bagian dari hidup gue ada di samping gue?"

Perkataan Lio berhasil membuat pipi Della merah merona. Lagi, laki-laki itu berhasil membuat dirinya kembali salah tingkah.

Lio terkekeh, lucu sekali gadis di depannya ini. Pikirnya.

"Cewek emang gitu ya? Kalo digodain cowoknya dikit langsung salting?" goda nya menaik-turun kan kedua alisnya.

Della menatap wajah laki-laki itu yang seolah tengah mengejeknya. Demi apa pun, wajahnya benar-benar membuatnya ingin menimpuknya dengan sesuatu. Tapi tak mengapa, karena laki-laki itu, Della senantiasa untuk tertawa.

Sedetik kemudian, raut wajah laki-laki itu berubah menjadi serius. Ada hal yang ingin sekali ia tanyakan pada gadis di depannya. Tapi, apakah gadis itu akan menjawabnya? Ia akan mencobanya.

"Eum, Del?"

"Apa? Mau ngetawain gue lagi, huh?"

"Nggak, gue serius."

Memang benar, Della dapat menangkap itu dari manik mata Lio, tidak ada kebohongan. Laki-laki itu terus menatapnya seolah meyakinkan dirinya bahwa sekarang benar-benar serius.

Merasa Della cukup mengerti dan merubah juga raut wajahnya, Lio mengatur posisi duduknya menjadi menghadap gadis itu. Memposisikan kedua tangannya untuk menggenggam tangan gadis itu.

"Cowok yang tadi pagi nggak sengaja lo tabrak, itu siapa?" tanya nya hati-hati.

Kini, Della memalingkan pandangannya ke arah lain. Tatapannya berubah menjadi sendu. Entah mengapa mengingat wajah Galen keadaan hati nya berubah seketika. Hatinya berdenyut sakit, merasakan kembali pedihnya kisah cintanya bersama dengan laki-laki bernama Galen.

"Apa gue boleh minta lo jujur sekarang?"

Lio berharap, Della mau mengatakan apa pun sejujur nya sebagai jawaban dari pertanyaannya.

"Dia Galen, mantan aku," ujarnya lirih. Lio cukup terkejut mendengarnya.

"Lo masih suka sama dia?" Della menggeleng tegas.

"Ya sudah, nggak usah dilanjutin," ujar Lio yang tak tega menatap mata Della yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Gue nggak masalah kalo dia itu masa lalu lo, gue pastiin, gue yang bakal jadi masa depan lo."

Perkataan Lio berhasil membuatnya tersenyum dan sejenak melupakan Galen.

"Ya sudah, gue pulang dulu," pamitnya pada Della. Sedari pulang sekolah Lio mampir dimana Della tinggal. Karena itu juga, Della diam-diam meminta izin untuk tidak masuk bekerja di Cafe milik Arie. Lio memang belum mengetahui fakta bahwa gadis itu bekerja setiap sepulang sekolah.

FredellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang