Fredella _06_

225 10 5
                                    

Lo terlalu lugu untuk sekedar menerima rasa sakit itu.

~Arrayan Madava Emery~

<>

Della pulang dengan keadaan mata yang sudah sembab. Tangannya digenggam erat oleh Dava, Dava tahu jika adiknya masih memikirkan kejadian yang terjadi di sekolah hari ini.

Tanpa mereka sangka, ternyata Kinan sudah berada di rumah, mereka berdua menghampiri Kinan untuk mencium punggung tangannya, hal yang membuat kakak beradik itu terkejut ialah uluran tangan mereka yang masih berada di udara. Kinan seolah tidak menganggap kehadiran mereka, kening mereka berkerut, apa yang terjadi? Apa yang membuat Kinan jadi seperti ini? Pikir mereka.

"Bunda," panggil Dava.

Kinan masih tak bergeming.

"Bunda," panggil Della yang tetap saja tidak digubris olehnya.

"Bunda kenapa sih?" tanya Dava langsung duduk di sebelah Kinan begitu juga Della yang ikut duduk di samping kiri Dava.

Kinan menoleh ke arah kedua anaknya, tatapannya terlihat seperti menahan marah yang hendak meluap. Mereka menelan salivanya dengan susah payah, tatapan apa yang diberikan untuk mereka? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa mereka membuat kesalahan yang fatal sehingga Kinan seperti itu?

"Kenapa kamu bilang? Kenapa?! Justru Bunda yang seharusnya nanya sama kamu, kenapa kamu melakukan itu?" tanya Kinan dengan nada yang tidak bersahabat.

"Melakukan itu? Maksud Bunda?" bingung Dava dengan apa yang dibicarakan oleh sang bunda.

"Kenapa kamu melakukan itu di sekolah? Kamu mau jadi sok kuat?" sinis Kinan.

Oke, sekarang mereka paham kemana arah pembicaraan Kinan. Tapi tunggu, kenapa Kinan bertanya seperti itu dengan ekspresi datar? Nada bicaranya juga terdengar seperti tidak bersahabat.

"Bun, Bunda tahu nggak? Kenzie udah ngelakuin kesalahan besar, Bun."

"Ya kamu tidak perlu sampai segitunya!" teriak Kinan.

"Bun, kenapa Bunda jadi marah-marah gini sih?"

"Gimana bunda nggak marah, kalian berdua udah bikin bunda malu!" gertak Kinan.

"Malu? Bunda malu punya anak kayak kita?" tanya Dava.

"Ya, Bunda malu. Kalian nggak bisa dibanggain, bisanya cuma bikin malu aja!!" bentak Kinan.

Sedangkan di samping Dava, seorang perempuan sudah menangis sesenggukan mendengar perdebatan antara kakak dengan bundanya. Ia tidak menyangka bundanya berani mengatakan hal se-menyakitkan itu. Ini baru pertama kalinya Della melihat bundanya membentak Dava di depannya.

"Della permisi," dingin Della langsung berlari menuju kamarnya dan langsung mengunci pintu dari dalam, tidak membiarkan siapapun menganggu dirinya, ia ingin sendiri untuk saat ini.

Masuk ke dalam kamar mandi, membasahi tubuhnya dengan shower  yang menggantung di atasnya, bukan mandi yang dilakukan oleh Della saat ini, ia hanya ingin menenangkan pikirannya di bawah guyuran air. Menangis selama yang ia suka. Tidak peduli dengan teriakan-teriakan kakaknya yang terus memanggil namanya di depan pintu. Dia ingin sendiri. Hanya sendiri.

<><><>

Saat malam tiba, suasana di meja makan terlihat seperti menegangkan. Semuanya diam, tidak ada yang berani angkat bicara. Ivan sudah mendengar kasus yang diterima Dava di sekolahnya, jujur saja ia juga kecewa saat mendengarnya, tapi ia juga tidak bisa marah kepada kedua anaknya. Berbeda dengan Kinan, Ivan tahu jika istrinya itu marah kepada anak-anaknya. Terlihat jelas pada raut wajahnya.

FredellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang