°Prologue

9.7K 711 91
                                    

Floria POV

"Eh? Floria, sini!"

Aku berjalan mendekat ke arah temanku yang sedang melambai-lambaikan tangannya. Hari ini adalah hari dimana beberapa murid terpilih akan menguji alat yang dapat memindahkan seseorang ke dunia lain secara langsung.

Tentu saja itu tidak akan mudah.

Karena ini penemuan baru, banyak yang tidak setuju jika alat tersebut diuji oleh murid-murid.

"Eh? Buku apa tuh?" tanyaku, melirik buku yang dipegang Maudet.

Maudet menunjukkan cover buku tersebut. "Ini novel yang lagi populer. Kamu belum baca?" Aku melirik judulnya. 'Akhiran Raelli Sang Penjahat Bodoh'. Setelah itu, aku menggeleng pelan. "Kalau bodoh, kenapa jadi penjahat?"

Maudet tertawa pelan. Kemudian satu siswi lain menghampirinya. Dia menunjukkan buku lain dan aku menatap mereka bingung. Aku baru menyadari, semua murid yang terpilih membawa buku novel masing-masing...

"Aku mau masuk novel ini!" Dia berkata ke Maudet. Aku tidak mengenalnya, dan dia tidak mengajakku bicara juga. Jadi, aku memutuskan untuk diam.

"Kalau aku sih pengen masuk novel ini," kata Maudet, menunjukkan novel tadi.

Melihatku hanya diam, orang yang baru saja berbicara dengan Maudet menatapku bingung. "Kamu ... nggak bawa novel?"

"Eh? Buat apa?"

Dia menepuk dahinya. "Kamu pasti Floria, 'kan? Aku kemarin udah share ke grup tentang info terbaru. Dan aku perhatikan, tadi pagi kamu masih belum baca. Jadi wajar aja sih kamu nggak tahu..."

"Info apaan? Aku nggak sempat ngecek hape. Tadi malam aku isi daya baterai buat hari ini."

Dia mengecek tas ranselnya, mengeluarkan beberapa novel dan memberikannya kepadaku. Aku menatapnya bingung, tak mengerti untuk apa semua novel yang dikeluarkannya ini.

"Pilih! Ayo pilih!"

"Buat apa?"

"Pilih dulu. Nanti aku jelasin."

Aku melirik sekilas judul-judulnya.

Dari beberapa novel itu, aku hanya mengenali satu novel.

Aku memang jarang mengoleksi novel. Jadi tidak banyak yang kutahu. Aku menunjukkannya salah satu novel yang kupilih. Dia meliriknya sekilas lalu menghela nafas, dan tampak lega... "Untung aja kamu nggak milih ini!" Dia mengambil novel lain yang tidak kupilih. "Yang ini favorit aku soalnya."

Setelah berkata seperti itu, dia mulai menjelaskan, "Info baru yang aku bilang tadi itu, kita bisa masuk novel juga."

Uhuk uhuk

"Apa...?"

Masuk ke novel? Sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku.

Dia memutar bola mata. "Intinya gitu. Makanya banyak yang bawa novel. Nah, karena kamu udah pilih novel Retta-Aga ini, nanti kamu masuk ke novel ini aja."

Maudet mengangguk. "Cerita Retta-Aga seru juga kok. Tapi ... kamu mau jadi siapa?"

Aku menatap buku yang kupegang. "Jesna, mungkin...?"

Maudet dan orang disampingnya menggeleng cepat. "Jangan!"

Dia memberiku novel, dan aku bahkan belum tahu namanya sama sekali. Aku juga tidak bisa melihat label nama, karena kami menggunakan pakaian bebas rapi.

Dia melirik Maudet, seolah-olah menyuruhnya menjelaskan. Maudet mengangguk pelan, dan menatapku serius. "Intinya jangan Jesna! Kamu belum baca cerita keduanya? Masih baru beberapa chapter sih di aplikasi."

Aku menggeleng. "Belum. Memang kenapa? Apa jangan-jangan Jesna sebenarnya jahat dan pura-pura dukung Retta yang ngejar-ngejar Aga? Hm... nggak mungkin sih. Mereka temanannya kan udah lama, dari kecil malah. Di cerita ini juga Retta akhirnya nggak sama Aga. Padahal aku udah berharap banget Aga terima Retta..." Aku mengangkat novel yang kupegang. "Aku sempat kesal karena mereka pemeran utama tapi nggak jadian diakhir."

Maudet menepuk dahinya, dan orang disampingnya menggeleng kuat. "Bukan!" Dia menjelaskan dengan raut serius, "Jesna itu--"

"Ayo teman-teman! Kesana semua, disuruh kumpul. Cepetan!! Mau ngambil nomor undian."

Semua orang di sekelilingku langsung berlari berebutan, menuju arah yang dimaksud. Aku yang terdorong beberapa kali hanya menghela nafas dengan sabar.

"Floria! Maudet! Clementine! Kenapa masih diam aja? Sini, cepat! Kalian belum ambil undian."

Oh... jadi yang memberiku novel tadi namanya Clementine...

Aku berjalan menuju arah yang dimaksud, mengambil acak kertas. "Eh? Nomor satu?"

"Akhirnya!" Satu orang yang tidak kukenal mendekati ku. "Kamu nomor satu, kan? Masuk sana. Aku nggak sabar nih..." Dia menunjukkan kertasnya. "Aku diurutan kedua. Setelah kamu, itu giliran aku."

Maudet dan Clementine selesai mengambil undian dan menghampiriku. "Oh iya, soal Jesna tadi--"

Ucapannya terpotong ketika orang yang berada diurutan kedua menarikku. "Cepatan!"

Aku menghempaskan tangannya dan berusaha tersenyum, menahan sabar. "Iya..." Kemudian aku menoleh ke Maudet dan Clementine. "Aku duluan ya." Setelah itu aku mengangkat kertasku sekilas, menunjukkannya ke mereka.

Aku buru-buru ke ruangan yang disiapkan.

"Oke, urutan pertama... Floria?"

Aku mengangguk.

Bu Halley--wakil kepala sekolah tersenyum tipis dan mencatat namaku di sebuah buku. "Baik. Kamu sudah tahu info mengenai kalian bisa masuk ke dunia novel, kan?"

Aku mengangguk antusias.

Aku penasaran bagaimana dunia novel...

Kurasa tidak sulit beradaptasi di novel Retta-Aga. Lagipula latar waktunya modern. Jadi aku pasti bisa menyesuaikan diri dengan cepat!

Aku juga sudah membaca buku itu beberapa kali di rumah.

Dan novel itu, termasuk favoritku.

"Tubuh kamu akan tetap berada disini." Sambil menjelaskan, Bu Halley menekan beberapa tombol di mesin. Dia melirikku sekilas. "Kamu ingin menempati tubuh siapa?" tanyanya, mengulurkan tangan, meminta novel yang kupegang.

Untungnya ini bukan milikku, kalau iya, aku tidak mungkin memberikannya begitu saja.

Dia membuka mesin, memasukkan buku tersebut. Dan di layar mesin tertera beberapa nama...

Retta
Jesna
Chloe
Maggie
Xeira
Leya

"Hanya tokoh ini yang dapat kamu masuki. Pilih salah satu."

Aku tidak mau menjadi pemeran utama. "Jesna..."

"Oke. Semoga perjalanan ini berhasil. Selamat ke dunia novel, Floria."

"Eh, gimana cara saya kem--"

Aku menutup mataku dan rasa pusing menyerang. "Akh--" Kepalaku sakit. Mungkin ini efek berpindah tubuh...

Transmigrated Into a Novel [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang