7° Panic

1.8K 268 16
                                    

Hari ini aku sudah siap.

Siap untuk menyamar menjadi mereka.

Intinya mulai hari ini, aku harus bertindak persis seperti mereka semaksimal mungkin. Aku harus berjaga-jaga agar tidak ketahuan.

Dan sekarang, aku sedang di kantin duduk sendirian, menatap datar ke sekeliling.

Aish, mataku perih melihat mereka semua.

Aku baru saja berniat menikmati makanan yang kubeli, tetapi dua orang asing mendekatiku.

Aku mengepalkan tangan melihat mereka begitu berani mengganggu waktuku untuk makan. Tetapi aku tetap menunjukkan raut datar, melihat mereka dengan tak peduli.

Mereka memperkenalkan diri dan ternyata salah satu darinya adalah polisi dan yang lainnya merupakan detektif.

Untuk apa mereka ke sini?

Aku langsung kepikiran Retta...

"Apa kamu tahu benda ini?"

Aku mati-matian menahan agar dahiku tidak mengernyit. Apa itu? Aku tidak tahu! "Tidak."

"Tapi benda ini merupakan milikmu."

Apa? Darimana mereka menyimpulkan hal ini? Itu benar-benar bukan milik Jesna. Aku tidak pernah melihat gantungan aneh itu.

Aku tetap berusaha terlihat tenang walau di dalam pikiranku mulai muncul berbagai pemikiran yang membuatku diriku panik sendiri.

Apa aku akan dituduh lalu berakhir di penjara?

Bagaimanapun dunia ini aneh, aku tidak bisa memprediksinya...

"Aku baru pertama kali melihat gantungan itu."

Aku hanya melirik gantungan itu sekilas lalu menatap mereka acuh tak acuh. Tapi... aku mulai keringat dingin.

Jangan tuduh aku.

Polisi itu melirik sekilas ke detektif disampingnya dan aku mendengarnya berkata pelan, "John, sepertinya bukan orang ini."

Yang disebut John menatapnya tidak yakin. "Dave, saya yakin dia orangnya. Bukankah tadi kamu juga yakin? Bagaimanapun kita tidak dapat mempercayainya begitu saja."

Kenapa mereka berdiskusi di depan ku?

Aku menggerutu di dalam hati.

"Sepertinya kamu salah orang. Mungkin gantungan ini memang bukan miliknya," kata John. Dave menatapnya tidak percaya. "Bukankah kamu yang mengatakan bahwa gantungan ini miliknya? Kamu bilang kamu memiliki buktinya...."

John menggeleng. "Bukankah itu kamu?"

"Bukan." Dave mengusap wajahnya dengan kasar. "Apa kamu mencoba menipuku!?"

Kenapa mereka berkelahi di depan ku...

"Lihat ini, lihat! Kamu yang memberiku pesan ini," kata John, meletakkan hapenya diatas meja. Aku diam-diam melirik layar hape yang gelap itu...

Hape itu mati total.

Dave menatapnya dan menggaruk-garuk kepala. "Tapi aku tidak pernah mengirimkan pesan seperti ini...."

Aku mencoba melirik hape itu lagi.

Itu benar-benar mati total.

Kenapa mereka seolah-olah melihat sesuatu darinya?

Aku mengusap-usap mataku. Mataku tidak bermasalah, 'kan?

Untunglah aku tahu dunia ini tidak masuk akal...

Mereka masih memperdebatkan hal tidak jelas dan aku memutuskan untuk kabur.

Tidak masalah, mereka tidak menyadarinya sama sekali.

Dan aku kembali ke kelas dengan aman.

Namun, aku tiba-tiba merasa haus dan botol minum ku tertinggal di rumah.

Terpaksa, aku harus kembali ke kantin.

Aku bertemu dengan mereka lagi, tetapi mereka hanya melewati ku seolah-olah kami tidak pernah berbicara sebelumnya.

Dan kali ini...

"Apa kami bisa berbicara sebentar dengan anda?"

Mereka mendatangi siswi lain.

Nasib siswi itu kurang lebih sama sepertiku.

Bedanya, dia tertuduh karena kepanikannya.

Transmigrated Into a Novel [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang