"Lepas!" Aku memberontak ketika Xeira dan Krivan menarik kedua lenganku dan menyeret ku ke sebuah ruangan.
Gila.
Apa mereka akan membedah ku sembarangan!?
Dunia ini tidak normal. Aku khawatir, saat kembali nanti aku akan menjadi orang gila. Tidak! Jangan sampai. Aku tidak mau jadi orang gila!
"Lepas!"
Setelah menutup pintu ruangan, Krivan mengambil sebuah pisau. Aku menggeleng dan memutuskan menginjak kaki Xeira dengan sekuat-kuatnya karena dia menahan kedua lenganku.
"Akh--! Sial, kakiku sakit...." Xeira melepaskan pegangannya dan aku berlari ke luar ruangan.
"Tunggu!"
Suara Xeira terdengar keras dari dalam ruangan walau aku sudah berlari ke luar. "Krivan, cepat kejar dia!"
Aku menoleh ke belakang dan benar saja, Krivan mengejarku!
Aku berlari sekuat tenaga dan berbelok ke sembarang arah.
Sebenarnya aku ingin berteriak minta tolong, tetapi aku ingat fakta bahwa di sini tidak ada yang normal sama sekali, kecuali aku. Kalau aku meminta bantuan mereka, pasti mereka akan mengirimku langsung ke Krivan dan Xeira!
Aku melihat ke belakang lagi dan yang membuatku terkejut adalah Krivan berlari dengan begitu cepat. Aku terpaksa menambah kekuatan berlari sampai ke batas maksimal.
Setelah menemukan sebuah tempat yang cukup aman, aku berhenti dan menyembunyikan diri disana.
Aku bersembunyi dibalik kardus-kardus raksasa yang entah buat apa diletakkan disana. Setelah itu aku duduk dan mengatur nafasku yang tidak teratur. Karena takut ketahuan, salah satu kardus kutarik untuk menghalangi sisi yang terbuka. Anehnya, kardus tersebut ringan...
Sepertinya tidak ada isi sama sekali.
Ketika mendengar suara langkah kaki, aku tanpa sadar menahan nafas dan menutup mata.
Semoga dia tidak menemukan ku.
"Argh! Pergi kemana dia!?"
Waktu berjalan cukup lama dan aku tahu dia masih mencari di sekitar sini. Sesekali langkah kakinya menjauh, dan saat aku ingin keluar dari persembunyian, langkah kakinya terdengar mendekat kembali.
Aku jadi tidak berani keluar untuk sementara.
Jadi aku memutuskan untuk tetap diam. Yang terpenting dia tidak menemukan ku.
Tap tap tap
Langkah kakinya mulai menjauh.
Aku menggerutu pelan. "Huh, harus sampai kapan aku sembunyi kayak gini?"
Itu cukup lama, dan kali ini tidak ada suara langkah kaki mendekat.
Sepertinya dia benar-benar telah pergi.
Tapi, aku ragu...
Ragu untuk keluar dari sini.
Aku menghitung cukup lama di dalam hati dan beberapa menit telah berlalu. Krivan tidak kembali. Jadi, apakah dia benar-benar telah pergi?
Akhirnya aku memberanikan diri, berjongkok dan menggeser kardus perlahan.
Syukurlah, tidak ada Krivan!
Aku keluar sepenuhnya dari tempat persembunyian dan menoleh ke sekeliling. Daerah ini sepi, hanya aku sendirian.
Aku menepuk-nepuk celana ku dan mengembalikan posisi kardus ke semula. Setelah itu aku berbalik dan berniat pergi.
"Ketemu."
"AAA!"
Aku jatuh terduduk dan detak jantungku meningkat pesat. "Ka-kamu--"
"Kenapa kamu sembunyi?"
"Laef...."
"Apa yang kamu takuti?"
Aku menoleh ke sekeliling. "Ti-tidak ada...."
"Lalu? Kenapa kamu menggeser kardus ini sembarangan?" tanyanya, menatapku tajam.
Aku terdiam sebentar. "Hah? Memangnya ... kenapa?"
Dia melambaikan tangannya dan kardus yang kugeser tadi hilang, tetapi kardus lainnya tetap di posisi semula.
"Lain kali jangan menyentuh barang sembarangan."
Walau masih sedikit takut, aku benar-benar bingung. "Kenapa?"
"Intinya jangan menyentuh barang sembarangan."
"Bukankah itu hanya kardus kosong?"
Saat aku mengatakan hal tersebut, angin tiba-tiba menyapu wajahku dengan kencang. Rambutku berterbangan. Aku panik, tidak tahu darimana angin tersebut berasal.
Aku menyapu pandangan ke sekeliling. "Sial. Darimana angin ini berasal!?"
Namun pandanganku terhenti, ketika aku melihat Laef yang terlihat marah. "Itu bukan kardus kosong!"
Apa? Tapi kenapa itu sangat ringan? Dan kenapa juga dia harus semarah itu? Aku tidak merusaknya sama sekali...
Aku kan hanya menggesernya! Setelah itu pun aku kembalikan ke semula.
Dasar aneh...
Melihatku hanya diam dia semakin kesal. "Asal kamu tahu, kardus tadi lebih berharga dari nyawamu. Jadi kuingatkan sekali lagi, lebih berhati-hati, kalau masih ingin hidup."
Setelah itu dia tiba-tiba menghilang.
Aku yang teringat bahwa dia bukan manusia tiba-tiba merasa takut kembali dan tanpa berpikir panjang, memutuskan untuk cepat pulang.
Tapi, lagi-lagi aku bertemu perawat aneh. Bukan yang tadi, tapi tetap saja, dia berusaha memeriksa otakku.
Aku tidak mengerti mengapa.
Yang kudengar, mereka mengatakan bahwa itu adalah perintah dari dokter Krivan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrated Into a Novel [√]
Fantasía*DON'T DO ANY PLAGIARIZE!!!* [boleh lho, di follow dulu sebelum baca.] Zaman semakin berkembang dan berbagai macam teknologi baru muncul mengimbanginya. Penemuan baru di lab sekolahku membuat satu negara gempar. Mesin yang baru dibuat itu, dapat mem...