Aku menutup kedua telingaku, lalu menatap Thomas dengan jengkel, "Jangan berlebihan."
"Apa dia hantu gentayangan?" tanya Thomas dengan ekspresi santai.
"Kenapa reaksimu santai sekali?"
"Memangnya saya harus bereaksi seperti apa? Saya tidak pernah bertemu hantu."
Aku menghembuskan nafas kasar. "Tidak tahu."
Ekspresi Thomas langsung berubah. Dia menatap ke belakangku dengan terkejut. Aku mengernyitkan dahi, melihatnya menunjuk ke belakangku.
"HANTU!"
Deg.
Aku menoleh ke belakang, dan menemukan bahwa itu kosong. Tidak ada apapun di sana. Itu membuatku berbalik dengan wajah masam.
"KAMU HANTUNYA!"
Thomas tertawa keras. "Hahaha, kenapa kamu takut sekali dengan hantu?"
"Diam!"
"Memangnya ada hantu di dunia ini?" tanya Thomas tidak yakin.
"Ada. Kamu hantunya!"
"Ya sudah, karena saya tidak percaya hantu, kenapa kamu tidak membawa saya bertemu hantu itu? Saya ingin melihatnya secara langsung."
"Tadi waktu upacara aku tidak terlalu memperhatikan barisan. Mungkin dia sudah masuk hari ini ...."
"Kalau begitu tunggu waktu istirahat saja," katanya, melirik jam tangannya. "Sebentar lagi."
Aku mengangguk pelan.
"Kalau dia hantu, berarti dia menyamar sebagai murid di sini?" tanya Thomas.
"Ya."
"Apa yang dia lakukan di sekolah ini? Hm ... mencurigakan sekali."
Aku memutar bola mataku. "Semuanya memang mencurigakan di sini. Kecuali aku."
"Kecuali saya juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrated Into a Novel [√]
Fantasy*DON'T DO ANY PLAGIARIZE!!!* [boleh lho, di follow dulu sebelum baca.] Zaman semakin berkembang dan berbagai macam teknologi baru muncul mengimbanginya. Penemuan baru di lab sekolahku membuat satu negara gempar. Mesin yang baru dibuat itu, dapat mem...