"Ssttt. Kamu Floria, 'kan? Jangan takut, ikut aku supaya aku bisa anterin kamu pulang."
Sebenarnya saat aku ditahan oleh perawat lainnya, Xeira tiba-tiba muncul dan mengambil alih. Jadi disini lah kami sekarang. Di luar rumah sakit.
Aku sempat ragu untuk mengikuti Xeira, tapi dia tahu namaku, apa dia mengenalku?
"Em, siapa kamu sebenarnya?" tanyaku kepadanya. "Kamu tahu darimana nama aku?"
Dia diam dan masuk ke dalam mobil. Aku duduk di bagian belakang, sementara dia mulai sibuk memasang sabuk pengaman. Setelah selesai, dia menoleh ke belakang.
"Aku ... Clementine."
"Apa...? Kamu temannya Maudet?"
Dia mengangguk. "Ya. Aku Clementine, yang ngasih kamu novel waktu itu. Ngomong-ngomong, kaki aku sakit banget tadi. Parah, kamu nginjaknya sembarangan. Untung aja nggak keseleo." Dia menunjuk-nunjuk kakinya.
Aku meringis. "Eh, maaf.... Aku nggak tahu itu kamu."
"Tapi ... kamu tahu darimana aku Floria? Dan kenapa kamu malah pindah ke dunia ini?" Aku menanyakan hal ini karena untuk berpindah ke dunia ini diperlukan novel. Dia memberikannya padaku, lalu kenapa dia bisa berpindah kesini?
Aku pikir pertanyaanku tidak terjawab karena ia berbalik badan dan mulai menyalakan mesin, lalu menyetir dengan tenang.
Suasana mobil menjadi hening.
...
Triing triing
"Eh, tolong cek dong siapa yang telepon," kata Clementine tiba-tiba. Dia tidak menoleh ke belakang sama sekali, masih fokus menyetir.
Aku melirik hapenya yang tiba-tiba berdering di samping tempat dudukku.
Jujur, aku hampir melompat kaget. Cuma aku berhasil mengendalikan ekspresi ku.
Kenapa hape Xeira bisa tiba-tiba berada di dekatku, ya?
Ini aku yang tidak sadar kalau hape itu memang ada disana sejak tadi atau... hape itu memang tidak seharusnya berada disana sejak awal?
Aku menggeleng-gelengkan kepala.
Stop! Jangan mikir yang seram-seram.
Mobil tiba-tiba berhenti.
Kami tiba di sebuah rumah. Mungkin itu tempat tinggal Clementine. Aku baru ingat belum memberitahukannya alamatku.
Dia berbalik dan melihat hape yang sudah berhenti berdering.
"Kenapa diam, Flo?"
Dia mengulurkan tangannya ke arah hape dan aku membantu memberikan hape miliknya itu.
Aku menggeleng. "Nggak apa-apa."
Dia mengangguk pelan lalu melirik hapenya. "Hm...." Aku meliriknya sekilas. Dia sedang mengetik sesuatu.
Setelah itu, dia menutup hapenya dan berkata, "Aku ambil barang dulu ya. Habis itu aku antar kamu pulang."
Aku mengangguk.
Dan dia melanjutkan, "Oh iya, soal aku bisa muncul di dunia ini gara-gara kesalahan mesin. Padahal aku nggak mau masuk dunia ini dari awal."
"Oh... Aku ingat, kamu larang aku jadi Jesna. Itu kenapa? Apa Jesna kena sial atau semacamnya?" Soalnya aku jadi sering terkena 'sial' semenjak menempati tubuhnya.
Clementine mengangguk. "Tepat."
"Oh iya, jangan ke rumah sakit lagi. Disana bahaya." Hapenya berdering lagi dan dia mengeceknya sekilas. Setelah itu dia buru-buru berkata, "Aku ambil barang dulu."
Tidak memakan waktu lama, menunggunya mengambil barang yang dimaksud.
Kupikir itu sesuatu yang penting, tapi ternyata itu hanya jaket.
Melihatku menatap jaket tersebut dia tertawa canggung, "Sebenarnya ini aku pinjam dari teman pemilik tubuh ini. Habis antar kamu aku mau langsung kesana sekalian balikin."
Aku hanya mengangguk pelan.
"Oh iya, Flo. Kamu harus bertindak kayak peran asli. Bahaya kalau sampai ketahuan. Karena aku curiga ada yang kendalikan dunia ini."
Aku mengangguk. "Kenapa sih dunia ini aneh!" seruku frustrasi.
Aku memberikan Clementine alamatku dan dia mengantarku hingga ke rumah. Setelah itu, aku turun dari mobil dan sebelum aku menutup pintunya, dia mengingatkan ku, "Kalau ketemu dokter Krivan, sebaiknya kamu jauhi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrated Into a Novel [√]
Fantasy*DON'T DO ANY PLAGIARIZE!!!* [boleh lho, di follow dulu sebelum baca.] Zaman semakin berkembang dan berbagai macam teknologi baru muncul mengimbanginya. Penemuan baru di lab sekolahku membuat satu negara gempar. Mesin yang baru dibuat itu, dapat mem...