32° Meet Agathias

692 141 73
                                    

Aku harus kabur!

"Jangan berpikir untuk kabur," kata seseorang dari belakang ku.

Itu bukan Raelli.

Aku menoleh dengan terkejut.

Clementine?

Apa yang ia lakukan di.sini?

Sementara Clementine menghadang ku, dari dalam kelas terdengar suara langkah yang perlahan mengarah ke luar. Aku harus memikirkan cara untuk kabur.

"Maaf sebelumnya. Aku bukan Clementine. Aku memang Xeira dan tidak ada kesalahan sama sekali dengan mesin yang dibuat sekolah mu. Aku hanya Xeira dan kebetulan, Raelli menawariku sesuatu yang menarik. Karena itu, aku hanya memerankan peran 'Clementine' selama ini."

"Kamu penipu!" seruku marah. Kenapa aku tidak bisa menyadari keanehannya sejak awal!? Jadi apa benar Thomas penulis asli cerita ini dan dia malah kutuduh?

"Hahaha. Salahkan dirimu tidak dapat berpikir dengan baik. Seharusnya kamu tidak cepat mempercayai seseorang, terlebih lagi dia orang yang baru saja kamu kenal. Bukankah begitu? Raelli telah mengatakan bahwa alasannya menyuruhku mengambil peran ini, karena kamu belum terlalu mengenal Clementine. Tidak mungkin kan aku harus mengambil peran sebagai teman akrabmu? Aku takut kamu cepat menyadarinya ...."

"Sekarang, ucapkan selamat tinggal, Floria," Kata Xeira, memasang senyum lebar.

Aku mengepalkan tanganku yang berkeringat, menatap Xeira dengan waspada. Suara langkah kaki semakin mendekat, itu sepertinya sengaja diperlambat dan tiba-tiba berhenti. Aku berbalik, membelakangi Xeira dan menoleh ke arah kelas. Raelli belum keluar.

"Xeira ... beri dia hadiah."

"Baik!" seru Xeira, terdengar bersemangat. Dia melanjutkan kembali dengan nada ragu, "Hm ... dengan apa aku harus memukulnya?"

"Palu? Tongkat kayu? Atau--"

BUKK

Suara nyaring terdengar dari belakang ku. Itu suara pukulan, tapi tidak mengenai diriku. Aku menoleh, menatap Thomas yang langsung menarik ku.

"Lari," bisiknya, dengan cepat.

Tanpa berpikir lagi, aku mengikutinya berlari. Raelli di belakang pasti menyadarinya, karena dia langsung mengejar kami sambil terbang. Tapi dibandingkan dengan mengejar, dia lebih terkesan main-main, seolah kami tidak layak dimatanya. Dia mengejar dengan santai sambil tertawa puas.

"Khi khi khi. Karena kalian masih ingin berlari, silahkan saja. Aku akan datang mencari kalian lagi nanti. Khi khi khi. Kalian tidak mungkin bisa kabur dari dunia ini. Bahkan pemilik dunia ini, Laef, tidak dapat berbuat apa-apa~"

Deg

Pemilik dunia?

D-dia bukan hantu?

"Itu karena sihir Laef masih lemah. Asal kalian tahu, kekuatan sihir itu sangat penting. Khi khi khi. Sampai jumpa lagi, lanjutkan pelarian kalian. Anggap saja aku memberi kalian waktu untuk mengelilingi dunia ini, sebelum mati."

Raelli benar-benar pergi. Tapi langkah kami tidak melambat. Aku mulai lelah. Aku lirik Thomas, tapi dia masih terlihat biasa saja, tetap fokus berlari. Tidak lama kemudian dia berhenti, lalu melepaskan pegangan tangannya.

"Apa kamu lelah?" tanyanya.

Aku mengangguk pelan, mengusap keningku. Thomas menuruni anak tangga, pergi ke suatu arah dan aku hanya mengikutinya. Ternyata dia pergi ke UKS.

"Untuk sementara lebih baik di sini dulu."

Aku hanya mengangguk pelan, sebagai pengganti jawaban.

Transmigrated Into a Novel [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang