19° Laef

842 160 16
                                    

Bel masuk belum berbunyi. Daripada aku harus menunggu di kelas dengan orang-orang aneh, lebih baik aku keluar sebentar.

Saat aku berjalan menuruni anak tangga--sebentar, biar ku jelaskan sedikit mengenai tata letak sekolah ini. Lantai pertama itu merupakan tempat parkiran, jadi kalau mau ke ruang kelas harus naik ke lantai dua atau tiga. Itu terbagi lagi, lantai dua khusus kelas dua belas dan sebagiannya kelas sebelas, sementara lantai tiga khusus kelas sepuluh dan sisa dari kelas sebelah.

Kantin terdapat di lantai bawah. Ruang guru terdapat di lantai dua, di ujung kelas dua belas dan Perpustakaan terdapat di lantai tiga, di ujung kelas sepuluh. Di setiap lantai terdapat toilet. Sementara ruang Tata Usaha, ruang Serbaguna, dan UKS terdapat di lantai satu, di area tengah. Jadi tidak hanya ada parkiran di sana, tetapi ada ruang-ruang khusus lainnya. Hanya saja letaknya cukup berjauhan karena sekolah ini luas ...

Aku turun ke lantai dasar, berjalan ke parkiran sekolah. Di sana lantainya terbuat dari semen. Karena sepi, aku memutuskan duduk di sana sambil menunggu bel masuk. Tapi saat aku menoleh sekilas ke arah lain, aku melihat sebuah kardus.

Kalau dulu aku lihat kardus, ya tidak ada apa-apa. Aku akan mengabaikannya. Tetapi di dunia ini ada orang--ralat, hantu yang menyamar menjadi manusia dan selalu membawa kardus. Kalau tidak diangkutnya, pasti kardus itu diletakkan di sudut kelas atau kantin.

Jadi, melihat kardus itu tanpa pengawasan di sini, membuatku perlahan melangkah mendekati benda itu.

Kira-kira apa yang ada di dalamnya hingga Laef menjaganya begitu hati-hati?

Tapi seingatku Laef pergi tiga hari ... seharusnya dia belum pulang. Mungkin kardus ini sengaja ditinggalkan di sini karena orang-orang hanya akan menganggapnya sebagai kardus biasa dan mengabaikannya.

Begitu sampai, aku mengarahkan tanganku untuk membuka kardus di hadapanku ...

dan ...

"Apa yang kamu lakukan?"

Aku buru-buru berbalik dan yang kulihat Thomas berdiri di sana sambil melirik-lirik ke kardus.

Aku menghela nafas. Untung saja bukan Laef.

"Kardus apa ini?" tanya Thomas, mengetuk-ngetuknya.

"Eh, jangan! Ini kardus keramat," kataku sembarangan.

"Apa kamu masih di alam mimpi?" tanyanya, mengetuk-ngetuk kembali kardus itu. "Ini sepertinya hanya kardus biasa. Tetapi karena kamu tampaknya penasaran, kenapa tidak langsung diperiksa?" tanyanya, langsung membuka kardus, dan ...

Kosong?

Eh tidak ... ada kata-kata yang keluar. Itu meluncur dari kardus!

Membentuk sebuah kalimat, 'Rasa penasaran bisa membunuh kucing.'

Setelah membaca itu, aku yakin itu adalah kata-kata dari Laef. Tapi kenapa? Kalau dia memperingati ku seperti ini, berarti itu bukan kardus biasa! Atau jangan-jangan ada kunci untuk kembali ke dunia asal dari kardus itu? Eh, tidak mungkin. Kalau seperti itu, kenapa Laef tidak memberitahuku, dia jelas memaksa ku kembali ke dunia asli secepatnya.

Prok prok prok

Suara tepukan tangan mengalihkan perhatian ku. Aku menatap Thomas dengan heran. Dia balik menatapku, "Apa itu kekuatan sihir?"

Aku menatapnya serius. "Bukan, ini pasti kekuatan gaib." Laef kan hantu. Tetapi aku baru tahu hantu bisa membuat hal-hal ajaib seperti mengeluarkan kata-kata dari dalam kardus. Sepertinya dia sudah memprediksi aku akan membuka kardus itu.

"Saya tidak percaya."

"Apa kamu belum pernah melihat hantu?"

Thomas menggeleng. "Saya rasa hal-hal yang terjadi di sini, termasuk kesialan mu itu berkaitan dengan kardus ini," katanya santai, lalu menendang kardus yang dimaksud.

Aku terdiam melihat kardus itu terbaring. Seharusnya tidak ada masalah, kan? Lagipula sepertinya itu bukan kardus Laef yang asli ...

Transmigrated Into a Novel [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang