Nikmatilah konsekuensi akhirnya, ketika perbuatan buruk dibalas dengan rasa penyesalan.
***
Suara kedatangan mobil terdengar dari arah depan. Christof melangkah ke dalam rumah dengan jalanan yang tergopoh-gopoh, raganya seperti telah pergi meninggalkan tubuhnya.
Malam Ini Christof masih gagal menemukan keberadaan Jesi. Sudah berkeliling ke seluruh penjuru tempat, namun hasilnya tetap sama, Jesi belum bisa ditemukan sampai sekarang. Christof mengaku lelah, tapi bagi cowok itu ini belum cukup untuk menebus dosa-dosanya pada Jesi.
Saat telah berada di dalam kamar untuk beristirahat, Christof hendak tidur sebelum Ketrin memanggilnya.
"Christof!"
Christof diam, tidak menyahut sama sekali karena ia masih kesal dengan perkataan ibunya yang tadi.
"Bagaimana keadaan Jesi? Apa dia udah ketemu?" tanya Ketrin.
"Peduli apa mama sama Jesi? Bukannya mama senang ya liat dia menghilang?" jawab Christof menatap ibunya emosi.
"Mama yang salah, seharusnya kata-kata itu gak pernah mama ucapin."
Christof tertawa pelan. Mendengar Ketrin mengatakan ucapan itu menurutnya adalah hal yang mustahil. "Sejak kapan mama sadar? Bukannya dendam mama sama Jesi begitu besar? Christof gak percaya kalo mama peduli sama keselamatan Jesi." ucap Christof.
Ketrin memang sudah membenci Jesi sejak lama dengan alasan insiden kematian Kanny. Ketrin yang telah terlanjur membenci Jesi malah tiba-tiba ikut khawatir mengenai kondisi gadis itu, entah mengapa hatinya berbeda dengan isi otaknya.
Christof emosi, jika Ketrin sudah memisahkan dia dan Jesi malah berubah menjadi orang yang pimplan, sehingga rasa bersalahnya kepada Jesi kian membesar. Di sisi lain, Christof juga semakin yakin bahwa kepergian Jesi sepenuhnya merupakan kesalahan dia.
"Kalau mama udah gak benci lagi sama Jesi. Tapi kenapa saat itu mama minta sama Christof buat pergi!" geram Christof.
"Itu karena mama khilaf, itu hanya kesalahan. Lagipula mama sudah menyadari kesalahan ini kan? Mama mau Jesi kembali dan membuat kamu bahagia," kata Christof.
"Harusnya kata-kata itu keluar dari dulu. Harusnya Christof nggak ngusir Jesi waktu itu. Kalau Christof terus sama-sama dengan dia, Jesi gak bakalan hilang, Jesi gak bakalan pergi, ma."
Ketrin tiba-tiba menangis. "Maafkan mama, sayang. Mama janji, setelah Jesi ketemu, mama akan merestui hubungan kalian. Mama gak akan pernah menghalangi kamu lagi untuk mencintai Jesi."
Christof mengacak rambutnya, frustasi. "Percuma, ma, percuma. Dia udah pergi dan Christof gak bakalan pernah bisa bersatu dengan dia. Semuanya terlambat. Christof nyesel udah nyia-nyian Jesi."
Dengan sentuhan lembutnya, Ketrin memeluk Christof, memberikan ketenangan untuk anak semata wayangnya saat ini.
"Berdoa sama Tuhan biar dia kembali. Mama yakin, kalo Jesi emang jodoh kamu, dia pasti pulang lagi, nak. Jesi itu gadis yang kuat, dia gak akan menyerah hanya karena masalah. Jesi pasti kembali." Riana menyemangati anaknya untuk terus berharap.
"Tapi gimana kalau dia nggak kembali?" Christof memastikan kerisauannya. Orang yang diculik memang sedikit kemungkinannya untuk selamat. Apalagi penculiknya adalah seorang psikopat.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)
Любовные романы[Fanfiction/Romance] [Follow akun author, karena seorang penulis bijak akan tahu bagaimana caranya menghargai sebuah karya!] Senja akan selalu siap siaga, ketika harus menggantikan Fajar. "AKU BUKAN PEMBUNUH YANG KALIAN MAKSUD!" teriak gadis remaja...