47. 👈👉

30 9 14
                                    

Meskipun mereka telah melukai hatimu, bukan berarti kamu kehilangan kewajiban untuk membantu sesama.

***

Di dalam perjalanan yang melelahkan, Jesi berlari menyusuri seluruh kota, pikirannya bingung harus singgah dimana, tak ada lagi tempat untuk berteduh, tak ada lagi rumah kebahagiaan, semuanya sirna dalam sekejap.

Sepanjang jalan Jesi termenung dan berjalan melepaskan segala senda pilunya. Hingga dimana sebuah objek terlihat membuatnya sadar, dia melihat seorang pria aneh dengan pakaian serba hitam tengah membuntuti seorang gadis, oh tidak, Jesi mengenal gadis itu, dia adalah Julia.

Seolah tergerak hatinya untuk membantu, Jesi berlari ke dalam toko pakaian untuk membeli pakaian sama dengan kakaknya itu. Dan setelah semuanya beres, Jesi pun cepat-cepat menyusul kepergian Julia.

Merasa ada hal yang mencurigakan, Julia memutuskan untuk menoleh ke belakang. Julia melihat pria itu dengan tangan gemetaran dan wajah yang pucat.

"Mau apa lagi dia? Sudah ku katakan untuk tidak mengganggu ku, tapi kenapa dia seperti ingin membunuhku?" gerutu Julia lalu dengan langkah cepat ia berjalan.

Julia semakin takut dengan gerak-gerik pria itu, ketika kakinya berjalan cepat ke arah terminal bus, pria itu kian menyusulnya dengan tenaga yang dua kali lipat.

Wanita yang memakai baju berwarna putih itu berlari ke arah restaurant dan bersembunyi dengan hati-hati. Namun saat ia hendak meneruskan perjalanan, wanita itu menemukan jalan buntu.

Tidak bisa melarikan diri lagi. Seorang psikopat itu telah berdiri di belakangnya lalu dengan segera ia menyekap wanita itu menggunakan karung goni.

"Kamu adalah milik saya sekarang," ucap psikopat itu lalu memukul tulang leher wanita itu hingga ia pingsan.

Sedangkan, saat ini muncullah seorang gadis yang memakai baju berwarna putih, ia menghembuskan nafas tersenggalnya dengan sangat cepat. Julia, yah dia selamat, namun siapa yang ditangkap psikopat itu?

Saat ini, Julia tengah berdiri di dekat lampu persimpangan jalan, hatinya belum tenang namun ketika sadar psikopat itu telah hilang ia sedikit lega.

Julia tiba-tiba meneteskan air matanya, padahal baru saja ia lolos dari kematian, namun entah kenapa hatinya seketika rapuh.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Gimana kalo dia dibunuh?" Julia cemas lalu memukul hatinya dengan keras.

"Gak, ini gak boleh terjadi. Dia terlalu baik buat aku, bahkan aku belum sempat minta maaf."

Julia menjatuhkan tubuhnya ke lantai lalu memeluk lutut kakinya.

"Aku harus mencari situasi aman. Aku gak boleh buka mulut, kalau dia diculik. Aku harus diam, pokoknya kejadian ini gak boleh ada yang tau." ucapnya lalu pergi meninggalkan lokasi kejadian.

Bahkan saat ia berjalan, Julia pun terus mengacak rambutnya merasa frustasi. "Julia, kamu harus tenang. Ingat, gak boleh ada yang curiga soal ini. Kamu harus tenang, okay?"

***

Area gudang tua.

Wanita yang di sekap itu tak dapat melihat gambaran si penculik dengan jelas. Sejak tadi, jantungnya terus bergetar kencang karena merasa takut.

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang