42. 👈👉

34 7 15
                                    

Berhentilah untuk saat ini, tapi jangan bersembunyi dalam masalah.

Berhentilah untuk saat ini, tapi jangan bersembunyi dalam masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(_____________Substitusi________________)

Pagi ini Jesi sudah siap dengan seragam sekolahnya seperti biasa, tetapi hanya ada satu keanehan dalam dirinya pagi ini, Ayahnya tidak ada di sana untuk mengantarnya berangkat karena sejak kemarin Glen ditugaskan ke luar negeri. Dia sangat sedih saat tidak bisa melihat wajah Glen selama sebulan, dia sudah lama berpisah dengan Glen dan hari ini hal itu kembali terjadi lagi.

Saat Jesi selesai, dia melihat Ando keluar dari kamarnya, yang juga sudah siap untuk berangkat kuliah. Jesi melirik Ando sekilas lalu melenggang pergi. Buru-buru Jesi menghadang kepergian Ando.

"Kak Ando," panggil Jesi saat melihat Ando hendak keluar dari pintu masuk.

"Ada apa lagi?" tanya Ando, mata pria itu tampak bengkak, sepertinya semalam dia menangis.

"Kakak udah maafin Jesi, kan?" tanya Jesi.

"Awalnya gue juga gak berniat buat marah, tapi lo tau kan gimana rasanya mencintai seseorang yang pada akhirnya malah berstatus sebagai adik, itu semua gak mudah gue terima," kata Ando.

Jesi tak habis pikir dengan takdir mereka yang berujung sakit, kenapa Tuhan harus mempersatukan dirinya dan Ando dalam dimensi yang sama.

"Jadi kak Ando belum bisa mengubah rasa cinta itu menjadi rasa sayang?" tanya Jesi.

"Gue nggak mungkin sanggup."

Jesi menahan tangan Ando. "Kak, aku mohon berusahalah. Aku yakin kalau kakak bisa melakukannya sama seperti kakak bisa menerima keadaan kaki yang lumpuh. Kakak bisa menerimanya dan nggak mungkin sulit untuk terima aku sebagai adikmu, kak." jelas Jesi.

Ando yakin jika gadis ini sengaja menyindir kondisi tubuhnya. Tentu saja, kondisi lumpuh ini akan membuat Jesi memandangnya remeh.

Ando menjadi lebih sensitif semenjak kecelakaan itu terjadi, tatapan pria itu menilik Jesi tajam.

"Kalau lo jadi gue, apa yang bakal lo lakuin buat terbebas dari masalah ini, bunuh diri atau hidup sebagai manusia lumpuh yang gak berguna?" tanya Ando dengan perasaannya yang kacau.

"Sadar kak, kalau pun aku lumpuh kayak kakak, aku gak bakalan pernah mengatakan hal itu. Bunuh diri itu salah, apalagi ngerasa insecure sama keadaan."

Ando terdiam, benar apa yang diucapkan Jesi, jika ucapannya memang dilarang oleh agama dan sama sekali tidak diperbolehkan untuk dilakukan.

"Gak ada alasan lagi buat gue untuk terus bertahan. Gue capek hidup kayak gini," ucap Ando lalu memalingkan wajahnya dari Jesi.

Sementara Jesi terlihat sedih saat dia menatap semangat hidup Ando yang kian menurun, Ando mendorong kursi rodanya lalu pergi meninggalkan Jesi ke kamarnya. Karena mood Ando sedang rusak, jadi ia putuskan untuk kuliah besok, lagipula dosennya akan paham karena memang kondisi Ando sekarang sedang tidak memungkinkan.

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang