28

46 8 5
                                    

Suara langkah kaki seseorang menyusuri bandara Soekarno Hatta dengan koper yang sedang diseret dengan tangannya dan high heels yang mengetuk lantai seirama dengan koper yang diseretnya.

Inoo Kei. Perempuan berperawakan tinggi layaknya model, rambut panjangnya diikat berbentuk pony tail, jangan lupakan high heels merah yang sangat cocok dengan tubuhnya yang ramping. Dia memakai baju atasan berwarna putih dengan lengan baju sependek siku tangannta, dia juga memakai celana pendek berwarna hitam sependek lutut.

Tidak lupa Inoo memakai kacamata hitamnya, dia tidak mau matanya tersorot sinar mentari—padahal masih pagi hari. Ok Inoo terlalu berlebihan, tapi menurut dia itu yang paling cocok dengan style Amerika-nya.

"Lo harus jemput gue, Ryosuke" sapa Inoo di telfon, entah sejak kapan ponsel dia sudah menempel di telinganya dan lebih parahnya terhubung ke ponsel Yamada

"Gue gak bisa, sibuk. Lagian dari mana sih lo tau nomer hp gue? Ngapain pulang ke Jakarta? Masih inget sama 'mantan' pacar ternyata" sarkas Yamada, sedikit menaikkan volume suaranya

"Gue udah lupa sama daerah-daerah di Jakarta, ryo. Tolong kali ini aja lo jemput gue, ini terakhir kalinya. Please?" mohon Inoo sambil menyenderkan tubuhnya ke pada kursi yang dia duduki

"Fine! Ini terakhir kalinya, lo yang bilang tadi. Tapi please lo berhenti panggil gue Ryosuke, kita udah putus. Lo panggil gue Yamada" -Yamada

"Iya iya gak usah banyak ngomong, cepetan Jakarta panas" dengan tangan lentiknya, Inoo mematikan telfon dengan sepihak.

Sebenarnya Inoo sangat hafal Jakarta, kota dimana dia lahir. Ini hanya alasan Inoo agar dia bisa dekat-dekat dengan Yamada, membangun chemistry seperti saat pacaran dulu. Inoo juga sebenarnya gak mau putus dari Yamada, kata putus hanya sebagai alasan agar dia bisa melanjutkan study-nya ke luar negri. Tapi ternyata cara Inoo salah, inilah yang membuat Yamada benci padanya—dan Inoo memaklumi.

Selama beberapa menit sibuk dengan pikirannya sendiri, Inoo tak sadar kalau di depannya seseorang sedang berdiri. Inoo yang menyadarinya langsung mendongak menatap orang tersebut

"Ryosuke— eh Yamada? Kapan datangnya? Kok lo tau ini gue?" tanya Inoo dengan ekspresi bingungnya

Yamada menatap datar cewek di depannya dan menyentil dahi Inoo, "banyak tanya, ayo mau gue anter pulang gak?"

"Lo gak berubah ya" -Inoo

"Ya gak lah, gue gak transgender" -Yamada

Inoo memajukan bibirnya seraya berdiri dari kursi, "maksud gue tuh tetep ganteng, oh jangan lupakan kalo lo tetep pendek hahaha"

Inoo mengakhiri kalimatnya dengan tertawa, lalu berjalan di depan Yamada. Yamada menahan emosinya dan berjalan menghampiri Inoo untuk berjalan beriringan bersama 'mantan'-nya itu

Setelah berada di depan bandara Soekarno, Yamada buru-buru masuk ke dalam mobilnya tanpa sepatah kata pun. Inoo yang melihat hal itu menghentakkan kakinya.

"Lo ngapain masih disana? Buruan masuk, gue habis ini masih ada urusan" suruh Yamada yang menongolkan kepalanya di jendela mobil

Inoo menggeleng cepat, "gak mau, bukain dulu pintu mobilnya"

"Gak usah manja, lo punya tangan" -Yamada

"Tangan gue lagi sakit" bohong Inoo sambil mengelus-elus tangannya

Ck. Yamada berdecak, lalu dia membuka pintu mobil yang ada di sebelahnya.

"Nah gitu dong, baru bisa masuk" Inoo buru-buru masuk ke dalam mobil. Inoo menaruh ponsel ke dalam tas kecil yang ada di pundaknya, lalu menaruh tas itu di sebelahnya.

Hate to Love • YamaChiiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang