26

54 11 2
                                    

Esok paginya, hari sabtu. Ya, hari ini hari sabtu—hari setelah jumat—yang artinya Chinen bisa bermalas-malasan di kasur empuknya. Tapi hal itu mendadak sirna di benak Chinen karena suara bundanya mengharuskan Chinen menggeliat dari posisi enak tidurnya.

"Aduh apa sih bund? Chii masih ngantuk ah!" rengek Chinen begitu bunda membuka pintu kamarnya

"Ada temen bunda mau ke rumah, ayo kamu bangun dong. Malu bunda punya anak udah SMA, eh masih malas-malasan di tempat tidur" ceramah bunda yang membuat Chinen menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut

"Yuri Chinen!" bunda menarik selimut yang menutupi tubuh Chinen

"Apa sih ih bunda? Kan yang mau dateng temen bunda bukan temen aku, kenapa aku harus ikut bangun dan bersiap?" tanya Chinen sambil memposisikan tidurnya menjadi duduk

"Karena temennya bunda bawa anaknya, Chinen. Ayo buruan mandi" -bunda

"Ya terus kalo temen bunda bawa anaknya aku harus gimana bundaaaa ih? Aku aja gak kenal sama anaknya" kata Chinen sambil bangkit dari duduknya dengan ogah-ogahan

"Kamu ajak anaknya temen bunda itu ngobrol, kasian dia dianggurin" kata bunda sambil melipat tangannya di depan dada dan menggelengkan kepalanya melihat sikap anaknya

"Ya suruh Daiki kek, siapa gitu kek. Ah tau ah males berdebat sama bunda, bunda selalu menang" Chinen masuk ke dalam kamar mandi kamar dan membanting pintunya

"Hadeh dasar anak muda, sukanya malas-malasan di hari libur" bunda keluar dari kamar Chinen dan berjalan menuju dapur untuk masak.

15 menit kemudian Chinen keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melingkar di pinggangnya, membiarkan dada ratanya terumbar. Ya maklumlah walau Chinen laki-laki, dia ogah banget kalo disuruh membentuk sixpack atau apalah itu sebutannya.

Chinen memakai baju rumahannya, tampak sedikit imut sih untuk ukuran laki-laki semungil Chinen. Setelah memakai baju, Chinen membuka gorden kamarnya dan merapikan kasurnya. Chinen bukan tipe orang yang suka kamarnya acak-acakan, padahal dia sendiri yang sering mengacak-acaknya.

Setelah selesai, Chinen berjalan keluar kamar menuju ke ruang TV. Chinen menemukan bundanya sedang memasak sesuatu di dapur

"Wah wah anak bunda udah rapi nih, gitu dong dari tadi" puji bunda sambil menaruh semua makanan di meja. Tentunya bunda dibantu dengan Daiki

"Kok tumben bunda masak? Kan yang datang cuma temen bunda? Biasanya aja gak seheboh ini" tanya Chinen yang melihat banyak sekali makanan di atas meja.

"Oh ini? Dia sahabat bunda sejak bunda masih umur 5 tahun, dan kita masih sering bareng sampai umur kita kepala 4. Jadi ya bunda mau masak yang spesial buat dia" jelas bunda sambil tersenyum ke arah Chinen, membuat Chinen ikut tersenyum

Tok. Tok. Tok

"Itu kayaknya mereka deh bund" kata Daiki yang menyadari bunyi ketukan pintu

"Chii, bukain pintunya dong" suruh bunda, chinen hanya mengangguk dan langsung membuka pintu

"Halo tante, ayo silahkan masuk" kata Chinen sambil mempersilahkan teman bundanya untuk masuk ke dalam rumah. Kalian penasaran sama temennya? Kalian pasti udah bisa menebak lah ya. Ya, temennya itu Ny. Yamada—maminya Yamada. Dunia ini sempit ya...

"Anakmu baik sekali ya Miki, berbeda sekali dengan anakku" kata Ny. Yamada begitu duduk di sofa ruang tamu. Bunda hanya tertawa menanggapinya

"Apaan sih mami?" sewot seseorang yang daritadi berdiri di depan Chinen, enggan duduk di sebelah Ny. Yamada

Suara itu begitu familiar di telinga Chinen, Chinen yang tadinya menunduk langsung mendongakkan kepalanya.

"Kak Yama?" tanya Chinen kaget. Tentu saja kaget, orang yang berdiri di depannya adalah doinya. Masa Chinen gak kaget bro? Ya kaget lah, doinya ternyata anaknya temen bundanya.
Chinen mau senang, tapi kayaknya bukan saat yang tepat.

Hate to Love • YamaChiiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang