13. One Year Later

15 4 0
                                    

Kepalanya terantuk ke tembok, setelah mencoba menghindari serangan bola rotan berlumpur dari anak seusianya. Perbedaan fisik bukanlah halangan untuk menciptakan kedekatan antara orang Ignis dan penduduk Yu.

Lucius, remaja 15 belas tahun melambaikan tangan penuh lumpur kecokelatan. Ia berpamitan pulang, lalu berlari ke sisi kiri pasar. Di sana terjadi keributan. Bukan memasuki musim menjual dagangan murah, tetapi orang-orang berebut meminta sedikit air. Kemarau tahun ini cukup parah, air bersih hanya dapat dinikmati orang tertentu.

Lucius membidik katapel yang setia diselipkan di pinggangnya ke arah salah satu prajurit. Namun, sasarannya meleset. Kerikil memecahkan sedikit bagian tong yang terbuat dari tanah liat, keributan mendadak berubah layaknya kerusuhan. Ia mendesis, tetapi amarahnya sirna melihat seorang gadis melintas di dekatnya.

"Nona, tunggu aku!"

"Agaknya hukuman menunggumu di rumah, Tuan Muda."

Lucius tertawa sambil mengusap tengkuknya. Ya, laporan berbau keonaran akan sampai cepat atau  lambat. Jadi, ia memilih pulang ke rumah Suyin---gadis seumurannya. Bersembunyi di rumah Suyin cukup bagus untuk berlindung dari hukuman sang ayah yang tidak main-main. Terlebih lagi, kediaman keluarga Suyin berada tak jauh dari pesisir dan ia menyukai pantai karena di tempat asalnya pantai sangatlah jauh. "Dihukum berkali-kali juga tidak apa, aku akan melarikan diri ke rumahmu."

Kabar baik, sang ibu berada di rumah Suyin. Kabar buruknya, tempat persembunyiannya itu juga didatangi sang ayah. Habis sudah. Beruntung mereka tak menyadari keberadaan Lucius yang langsung melarikan diri ke dekat pantai bersama Suyin yang setia mengikutinya. "Bagaimana caranya supaya hujan turun?"

Sebelah alisnya terangkat, lalu ia tersenyum. "Buat aku menangis," jawab Suyin.

Lucius duduk di batang pohon tumbang. Lalu mengeluarkan bungkusan berisikan manisan dari saku dalam bajunya. "Kalau begitu biarkan saja dunia ini kekeringan supaya kau tidak menangis."

Suyin tersedak, kata-kata yang terucap dari mulut pemuda itu membuatnya terkejut. Selain berotak berandal, Lucius yang ia kenal juga memiliki banyak kejutan.

"Sudahlah ... hujan akan turun, tapi ini bukan waktunya."

"Kapan?"

Suyin mengangkat bahu. Lucius tersenyum lantas menghela napas. "Seandainya saja aku sekuat dirimu dan setangguh Ayah."

Pemuda itu membiarkan kedua kakinya diterpa ombak yang mulai pasang. "Aku ingin terlahir sebagai orang lain."

Nada getir, membuat hati Suyin tak nyaman. "Jangan pernah mengucapkan omong kosong seperti ini, Lucius!"

Lucius mengernyit heran. Gadis itu meninggalkannya di tepi pantai dengan matahari nyaris sepenuhnya tenggelam. Ia menyadari kesalahan yang telah ia perbuat, tetapi begitulah kenyataannya. Ia tak sekuat sosok Suyin, di dalam tubuhnya tertanam suatu hal sulit diterima dan itu sungguh menyiksa. "Ya, tinggalkan aku. Sebelum kedua tangan ini menyakitimu."

Matanya sebiru lautan berubah menjadi semerah darah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang