29. 2nd Wave

3 3 0
                                    

Terjadi aksi perdebatan panjang antara Hugo dan Suyin, suatu pemandangan tak biasa. Hugo memang pandai menyembunyikan rasa sakit yang menjalari setengah tubuhnya, tetapi Suyin tidak buta ketika dua orang musuh tangguh sebelumnya sangat sulit dihabisi, lelaki itu telah mengunakan dua kali lipat kekuatannya. Alhasil menguras energi jauh lebih banyak dan lebih buruk lagi, Suyin memiliki firasat kalau kekuatan Hugo berada diambang batas.

"Walau kita berada di desa bahkan kota besar sekalipun, aku tidak yakin akan sempat." Melihat Suyin membuang pandang sambil menenangkan Yuan di dalam dekapan. Hugo berjongkok, ia menekan luka Jili yang terus mengeluarkan darah.

Hawa khas dini hari bercampur dengan keringat dan amis.
"Mengapa tubuhku semakin sakit?"
Ia meringis, sesekali meraba detak jantung Jili yang semakin melemah.
Hugo memejamkan mata, kehangatan bercampur rasa nyeri tepat berada di kedua telapak tangan. Perlahan energinya tersalurkan ke tubuh pria itu.

"Argh, ini---" Tubuhnya terpental sejauh dua meter. Kesadaran masih tersisa. Hugo mencapai batas, kekuatannya. Terlalu banyak sihir digunakan untuk mengobati luka orang lain. Air, lalu sang pengendali angin---Jili. Namun, ada satu hal yang tidak disadari bahkan Suyin sekalipun. Di antara mereka semua, ada satu orang yang dapat melukai satu orang lainnya ketika bersentuhan menggunakan sihir---mengobati maupun membagi energi satu sama lain.

"Luc ... sudah kukatakan...."

Hugo kembali membuang pandang, tatapannya terarah ke sosok Yuan yang tengah membantu Jili duduk.

"Aku benci melihat orang terdekatku menderita." Rasa sakit di tubunya memudar. "Tapi aku juga sangat benci jika kembali kehilanganmu."

Hugo meneguk ludah, bayangan samar dari kejauhan tergambar di dalam kepalanya seorang.

Tanah bergetar, mereka akan terkepung pasukan gelombang kedua jika tidak segera meninggalkan hutan.
Tak ada celah, satu-satunya cara adalah berteleportasi. Namun, Hugo tidak dapat menggunakan kekuatannya. Entah untuk saat ini, atau selamanya. "Yuan, kau pasti melihat apa yang kulihat. Jadi ... jangan menungguku kembali."

Perdebatan nyaris kembali bermula, tetapi Hugo dengan cepat mengakhiri dengan berlari meninggalkan mereka.

"Baiklah, sesuai kehendakmu." Ekspresi Suyin teramat datar, kesedihan mendadak mengubahnya. Waktu membawa segala perubahan, Hugo memang pernah berniat untuk menjadi sosok egois sekali saja, tetapi kenyataannya itu sulit. Apa yang harus ia lakukan untuk menahan lelaki itu?

Jili yang setengah sadar menutup matanya ketika cahaya putih menyelubungi. Sedangkan Yuan menatap punggung sang kakak yang nampak mematung melihat kepergian Hugo. Mungkinkah ini akan menjadi yang terakhir?

Satu di antara mereka adalah kunci. Lalu satu orang lagi menjadi penghancur.

Cahaya matahari pagi menyinari setiap sisi yang bisa dimasuki di hutan yang tidak selebat kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya matahari pagi menyinari setiap sisi yang bisa dimasuki di hutan yang tidak selebat kemarin.
Ya, dalam sekejap keadaan berubah.
Aman bukan berarti akan selalu terbebas dari bahaya, ini adalah pertempuran tiada henti sebelum tujuan tercapai.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang