39. Jade of Fire

6 3 0
                                    

Seperti yang dialami yang lainnya, sihir melemah. Namun, untuk Hugo. Itu tak benar-benar lenyap. Butuh waktu untuk memulihkan energinya, alhasil ia tidak berteleportasi untuk sampai ke atas gunung.

Feniks yang menyamar berada di titik medan pertempuran lain. Bak magnet, ada sesuatu yang memaksa Hugo harus naik ke puncak. Tidak mudah, ia nyaris tergelincir berkali-kali. Hingga kedua telapak tangan mengelupas akibat bergesekan dengan batuan kasar.

Satu helaian bulu angsa jatuh menimpa rambut seputih awan.
Kaki bak ditindih batuan, Hugo tertunduk lemas. "Suyin!"

Ia genggaman tangan wanita itu, matanya menelusuri luka menganga yang menguras darah. Aura tajam dirasakan yang bersumber dari Wenxia. "Jangan menutup mata tanpa seizinku!"

Suyin menahan kedua tangan lelaki itu, menolak dengan halus curahan energi. Ia tersenyum lemah dan berbalik menyalurkan kekuatannya.
Genggaman mengerat ketika teman baiknya itu berniat menariknya.

Ia berada di dua jalur, kematian dan hidup penuh rasa sakit. Satu-satunya harapan tersalurkan kepada Hugo yang cemas. Suyin menyerahkan apa yang ia miliki, ia sungguh tak lagi berdaya. "Kau harus hidup."

Satu kilat pertama menyambar, disusul awan muram, lalu badai petir menghujam. Dua permata menjadi satu dengan Hugo sebagai pusat kekuatan. Satu-satunya yang dapat bertahan dari gunjancangan dua kekuatan berlawanan. Air dan api.

Api menguasai air. Lalu Suyin benar-benar pergi. Ia rapuh, selemah helaian bulu angsa yang mengiringi setiap bagian tubuhnya menjadi butiran debu.

Hugo tak mengeluarkan air mata, kesedihan teramat sangat membuatnya nampak begitu tabah. Suyin berkorban, wanita itu mungkin akan tetap hidup seandainya tak menolak bantuannya.

Suyin memilih sebagai perantara, suatu jaminan bagi dua kekuatan untuk bersatu tanpa menghancurkan alam.

Hati bak diremas. Batu bulan yang diincar Wenxia selama ini tepat ada digengaman Hugo, sebuah kristal retak yang ia temukan di dalam gua di hari itu. Awal bermula kehadiran Meilin, lalu di sinilah dirinya sekarang. Menatap tanah tandus di antara hujaman petir.

"Mereka harus tetap hidup." Ia tatap sejenak permata hitam yang telah menyatu dengan kekuatan dari bangsa Yu.

Pengorbanan dibalas pengorbanan. Hugo membuat suatu janji dengan cara menantang sang langit. Jika semua ini berakhir ia akan pergi sebagai gantinya. Skenario kehidupan yang tak pernah terlintas, alur seolah berbelok dalam sekejap.

Darah yang menetes di tanah peperangan menjadi saksi terakhir.
Tiada hidup tanpa pengorbanan dan perjuangan, memori akan mengabur.
Skenario berubah, kenangan tentangnya turut terdampak. Batu hitam bersinar merah menyala, menyiksa sang lawan perlahan. Akhir akan selalu menjadi awal di lain guratan takdir.

Hugo tumbang. Hatinya seolah beku tanpa kesedihan, ia tersenyum dalam pikiran kosong. Itukah hidupnya?
Inikah sang pilar Araceli?
Menyaksikan pengorbanan dan pertumpahan darah, kemudian mengubah lembaran sejarah yang mungkin tidak akan ada di masa depan.

Teriakan di antara kobaran api nan mengganas. Kesia-siaan, cita-citanya menjadi akhir nan mengenaskan. Amarah lantasan mendendam selama ratusan tahun berakhir dengan cara tak terduga. Wenxia dulu sangat percaya diri, karena ia dibutakan untuk menggapai apa yang ada di tangan Suyin. Melupakan kehadiran Hugo yang ternyata lebih mematikan.
Ia sang penjebak yang terjebak dalam serangan balasan.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang