Cahaya lentera membelah kegelapan malam. Deru nafas mengiringi setiap langkah, menjelajahi hutan nan rimbun. Cahaya bulan telah ditelan gerombolan awan hitam pekat dan hawa dingin tidak normal turut menusuk kulit.
Ini adalah medan perang, sesuatu tak terduga selalu datang sekalipun merasa aman dan penuh akan persiapan. Yuan kembali berlari seorang diri, ia terpisah dengan Jili ketika memasuki hutan.
Bibirnya bergetar, ia mengambil jalan sembarang arah. Yuan panik, hatinya tak tenang. Ketakutan menyelumbungi, bukan betapa pada gelapnya hutan ini melainkan kepada mereka, Hugo dan Suyin.
Gadis itu memang tidak mengetahui konflik apa yang terjadi selain kegelapan menyerang daratan Yu.
Di titik ini, ia merasa kembali menyesal. Ketika lebih memilih menghabiskan masa kecil di istana daripada hidup bersama keluarganya. Ada banyak hal yang ia tidak ketahui tentang klan Li, bahkan kakaknya sendiri. Entah mereka sengaja menyimpannya, ataukah memang belum terungkap.Yuan, tak lagi merasakan sesak ketika tubuhnya merasakan aura kegelapan. Ada jejak kekuatan Hugo yang tersisa di pundaknya, hangat. Serta ada godaan kuat, memaksanya untuk berpaling. Namun, Yuan dapat menahan diri, ini adalah medan perang. Lengah sedikit saja, ilusi menghadang dan mungkin langsung menghancurkan perjuangan.
Lentera mendadak mati, lalu suara dentuman terdengar tak jauh dari posisinya berdiri. Ia mematung dengan jantung serasa hendak melompak dari tempatnya.
Beberapa pohon tumbang, diikuti percikan api melambung ke angkasa.
Suara petir juga membelah keheningan nan mencekam."Yuanjun!"
Yuan tersentak, Jili muncul di sisi kirinya dengan penampilan tak kalah kacau. Api dari obor digenggaman pria itu meliuk-liuk dihembus angin yang perlahan menguat.
"Ini lebih kacau dari yang kita bayangkan." Jili mengatur nafasnya, lalu melirik ke sekitar, mendeteksi kekuatan asing yang menguat seiring hembusan angin menghantam wajah. "Ini di luar kendali, kau dan aku tidak bisa pergi ke sana." Matanya terarah ke cahaya kebiruan di depan, sekitar tiga ratus meter dari posisinya.
Kedua tangannya mengepal kuat, Yuan menghirup udara perlahan-lahan lalu duduk bersila dengan mata tertutup. "Kalau begitu aku akan melihatnya dari sini."
"Kau gila? Kau akan celaka, Nona Muda. Ini---"
Petir menyambar pohon besar tak jauh dari mereka, api langsung melahap dari ujung ke ujung.
Telinga berdengung hebat, bahkan sesaat mereka menjadi tuli.
Bersamaan dengan kilatan petir, sekelabat bayangan hitam melesat, menciptakan bunyi samar daun yang tidak sengaja tergesek. Pepohonan kecil bak rumah lapuk, turut memunculkan tanda-tanda hendak tumbang.Jili mencabut pedang dari sarung yang tergantung di pinggangnya, kemudian membantu Yuan berdiri.
"Aku tahu itu dirimu, Pengkhianat!"Yuan tersentak, ketakutan teramat sangat membuat tubuhnya bergetar. Ia meneguk ludah susah payah, bukankah hal normal jika ia takut akan kematian?
Tetapi ini mungkin bukan suatu kematian normal, jauh dari hal biasa. Kematian yang dapat membangkitkan sosok berlawanan semasa hidup, baik berubah jahat dan yang sudah terlahir jahat semakin menjadi-jadi. Tidak kenal ampun, dibutakan kegelapan. Kematian seperti itulah yang sangat ia takuti.
"J-jili ... t-tolong...."
"James?" Sebelah tangan bernoda lumpur kering menahannya lengan kanannya. "Maaf," gumam Yuan dengan nada lirih. Nyaris ia melangkah maju, mencari suara itu.
Bagaimanapun juga ia masih sulit melupakan sosok James.Bagi Yuan, sosok James lebih dari sekedar teman. Ia adalah keluarga, tak peduli jika pria itu berasal dari Ignis. Tetapi Yuan juga tidak dapat menyangkal rasa sakit hati atas fakta tentang sosok James yang sesungguhnya. Berstatus teman menjadi lawan. Sang pengkhianat dan yang lebih buruk lagi ia adalah bagian dari kegelapan. Secara kasar, Yuan menyebutnya sebagai sang penghubung kehancuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
IgnisYu: Jade Of Fire [END]
FantasyHugo Aleksandrov menjadi salah satu pejuang yang diberi dua pilihan. Melawan dengan segala resiko kehancuran ataukah melarikan diri saat orang-orang menderita oleh kejamnya kegelapan. Mereka yang jahat semakin menggila, sedangkan pihak baik merasa t...