2. At Some Place

98 14 31
                                    

Serangan mendadak dari sekelompok bertopeng membunuh puluhan pasukan Bluster.

Mayat bergerlimpangan, bau amis darah menusuk indera penciuman.
Kemudian, tiga ratus meter dari tempat kejadian. Dua orang lelaki berpenampilan hingga latar belakang berbeda tengah berdebat sengit. Salah seorang dari mereka bahkan bersiap menarik pedang.

"Memuakkan," gumam pria berjubah putih kusam.

Di antara keduanya, ada lagi seseorang yang menjadi pemicu perdebatan mereka.

Kepala dililit beberapa lapis kain hitam. Setelah kesadarannya kembali, ia dapat merasakan asin dan amis darahnya sendiri. Ia bahkan kesulitan bernafas akibat lilitan yang terlalu erat di bagian wajahnya.

"Seharusnya kubunuh saja kau hari itu!" ancam pria berambut cokelat.

Sambil menahan ngilu di salah satu kaki. Ia berdiri dengan susah payah
Mendengar suara tak asing tersebut, ia pun melepas lilitan di kepalanya.

Cahaya matahari membuat penglihatannya buram untuk sesaat. Lalu, salah seorang dari kedua pria itu menunduk penuh hormat.

"Apa yang terjadi?" Pertanyaan tercetus begitu saja. Ia sungguh tak mengetahui apa yang telah menimpa dirinya hingga terlihat begitu berantakan. Tangan dipenuhi sayatan kecil, bibir perih hingga bajunya sobek.

"Yang terpenting saat ini Tuan sudah bangun," ucap pria berambut cokelat dengan kameja lusuh dipenuhi lumpur, James.

"Biar kubantu." Jili melepas jubahnya lantas memakaikannya kepada Hugo. Tanpa menunggu jawaban, pria itu langsung memapahnya. Antara percaya dan tidak, semua sudah terjadi. Apa yang dikatakan ibu dan ayahnya melalui cacatan beraksara Hanzi---aksara Tionghoa, menjadi kenyataan. Hugo berada di dunia yang berbeda.

Ia diam-diam melirik James, tetapi memori terukir begitu saja bak dongeng yang menceritakan sosok James secara rinci. Lelaki itu adalah pengawalnya. Lalu, sekilas tentang pria berjubah putih kusam yang memiliki wajah khas Asia, rambutnya hitam lurus hingga menyentuh punggung. Di beberapa bagian pakaiannya, terdapat jahitan berwarna emas serta pedang digenggam erat. Ia mendadak pusing, ingatan abstrak tak teratur bak permainan paling sulit diterka.

"Siapa kalian?"

Salah satu dari mereka tersedak, lalu berdehem. "Saya James Smith dan orang ini ... Zhang Jili."
James melirik Jili dengan malas.

"Lalu siapa aku?" Hugo menyadari tingkahnya berubah, ia menjadi suka bertanya. Yah, ia memang tidak mengetahui apa-apa, bukan?

"Anda Tuan saya, Hugo Benjamin," jawab James sambil mengulum senyum.

Hugo terdiam, ia tak tahu harus bagaimana selain mengikuti jalan setapak yang membawanya ke depan gerbang berukiran naga kembar. Perempuan hingga laki-laki seperti Jili keluar-masuk dengan jubah beragam warna.

"Jaga tuanku dengan baik atau kupenggal kepalamu," ancam James.

Jili memutar bola mata malas, sedangkan Hugo menahan senyum. Ia merasa aneh melihat James di dunia ini, sangat berbeda. Ia terlihat seperti ksatria nan setia, dewasa sekaligus agak protektif.

"Jangan terlalu dipikirkan, saudaraku. Inilah hidupmu yang sesungguhnya."

Hugo tersenyum disela langkahnya yang terpincang. Jili mendadak berhenti ketika melihat sosok wanita mengenakan hanfu---pakaian tradisional Cina, mendekat.

Rambutnya ditata sederhana, sebilah pedang lengkap dengan sarung berada di genggaman tangan kiri, kulitnya seputih porselen. Melihat ke sekitar, orang-orang menundukkan kepala hormat lantas kembali melangkah. Waktu terasa melambat, Hugo merasa asing sekaligus mengenal wanita itu.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang