9. Examinus

23 4 0
                                    

Mimpi bermunculan, membentuk peristiwa acak dengan kondisi kehidupan yang berbeda. Bermula dari kelahiran, lalu pertumpahan darah. Gedung bertingkat, kemudian makhluk immortal berkeliaran hidup berdampingan dengan manusia.

Sosok pemuda berwajah murung memancing pertikaian pada anak seumurannya. Satu melawan tiga, ia menang telak dengan sedikit luka.
Wajahnya semakin murung melihat betapa kesepiannya dirinya saat ini, kesenangan sesaat telah berlalu.

Lalu seorang wanita terbangun setelah mendapatkan mimpi yang sama dalam seminggu terakhir tersebut. Ia terduduk lemas di tepian tempat tidur, memikirkan betapa anehnya mimpi itu. Bukan pada gedung dan kehidupannya yang sangat berbeda, melainkan sosok pemuda tersebut.

Di kamar nan sederhana dengan pencahayaan minim. Ia menghabiskan hari demi hari kehamilan pertamanya seorang diri, tanpa sosok laki-laki yang ia cintai.

Peperangan berkecamuk di suatu daerah nan jauh. Api membakar habis tubuh yang bergelimpangan, bahkan hujan seolah menjadi penyulut. Api kebiruan tak dapat dipadamkan tanpa kehendak sang pengendali.

"Demi Luceras!" Lesatan anak panah, sabetan pedang dari kedua kubu semakin menggila.
Debu merah berterbangan diikuti gerhana matahari total.

"Tetaplah hidup," ucap seorang pria berambut hitam melebihi pundak. Tiba saatnya ia berpisah dengan sosok pria berambut pirang gelap, sebuah perpisahan untuk memilih jalur peperangan mana yang harus dibersihkan dari musuh.

"Jangan lupa taruhan yang telah kita sepakati."

Yuan berlarian bak orang dikejar binatang buas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuan berlarian bak orang dikejar binatang buas. Ia nyaris tersandung akibat menginjak pakaiannya, lalu kembali berlari. Ia membuka pintu dengan kasar, membuat dua orang pria menggeram kesal.

Jili berdecak. "Nona, setidaknya biarkan kami berpakaian dengan tenang."

Suatu peringatan tak berguna, Yuan tidak mempedulikan mereka walau telanjang sekalipun.

"Dia tidak ada di manapun, lalu ke mana perginya?" Yuan panik.

"Nona, mengapa tidak mencariku saja?" James mulai bertingkah usil, mencoba menggoda Yuan sambil bertelanjang dada. "Bagaimana?" Ia menaik-turunkan alisnya.

Yuan membalas. "Tubuhmu tak menarik, terlihat seperti pria empat puluh tahunan." Matanya menyusuri dari kepala James lalu terhenti di satu titik.

"Tidak menarik," ucapnya penuh penekanan.

Jili terbahak, menyadari ke mana arah tatapan Yuan tertuju. James mendelik lantas berbalik menahan malu. "Tidak menarik?"

Ia rasa, barusan menjadi korban pelecehan dari seorang gadis remaja.

"Tunggu ... tuanku!"

"Tak ada gunanya, aku sudah mencari ke semua tempat di sini." Yuan menghela nafas lelah.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang