35. Magmis

6 4 0
                                    

Ratusan tahun sebelum kegelapan kembali menyingsing. Benjamin, prajurit perkasa pemimpin pasukan tersohor penguasa lautan, Magmis.
Mereka merompak para pembajak lalu membagikan harta rampasan tersebut ke pulau-pulau dengan tingkat kemiskinan memprihatinkan.

Namun, karena ulah mereka, kumpulan pembajak yang selamat membentuk pasukan lebih beringas dari terdahulunya.  Mendadak, menjadi momok bagi para pedagang yang melintas antar benua, terutama orang-orang daratan Yu.

Benjamin bagaikan hujanan panah berapi yang memantik pertumpahan darah di tengah lautan. Dengan semangat jiwa muda membara, hingga pasukan yang tak kalah beringas. Mereka turun tangan tanpa perintah untuk menyerang delapan puluh kapal perompak di perairan Yu.

Meriam mombardir ke sana dan kemari, banyak kapal tenggelam tak terkecuali milik pasukan kerajaan Yu.
Benjamin mengangkat pedangnya, pertanda pesta sesungguhnya akan dimulai. Anak buah kapalnya melompat ke kapal musuh, sedangkan sisanya menjaga kapal tetap stabil.

"Maaf soal kapal-kapalmu, Pangeran. Tapi sungguh, kau harus mendengarkan saranku. Kapal kalian terlalu lamban untuk peperangan seperti ini."

Sosok pangeran mahkota Yu menutup mulut rapat. Ia menahan ego agar pedangnya tidak memenggal kepala Benjamin.

"Oh, jangan pernah melakukan itu." Benjamin melompat kembali ke kapalanya, seulas senyuman tipis ia berikan kepada pria di seberang. "Aku tahu isi hatimu, Pangeran."

Kapal-kapal yang tersisa menepi, beberapa prajurit nampak bahu-membahu mengobati luka satu sama lain dengan kekuatan mereka.
Sedangkan anak buah Benjamin hanya mengalami luka kecil tak berarti, bahkan semangat mereka sama sekali tak pudar.

Ketika matahari mulai tenggelam, Benjamin memisahkan diri ke dalam hutan pulau kecil tak berpenghuni yang menjadi tempat persinggahannya. Cahaya putih sedikit kebiruan memancar samar dari balik semak-semak setinggi pinggang.

Kekuatan di dalam tubuhnya bergejolak, bagaikan rantai dewa yang menahan agar Benjamin tidak semakin mendekati sumber cahaya.
Namun, pria itu tetap berjalan walau harus menahan diri susah payah agar kekuatannya tak berulah.

"Jangan menyentuhnya tanpa persiapan, Shilin." Suara tegas penuh penakanan terucap sekaligus memperingati Pangeran Shilin yang hendak meraih sumber cahaya samar itu.

Sebuah kristal putih bulat sebesar ibu jari kaki dengan bagian tengah sedikit berlubang, bagaikan cincin bulan di antara hitamnya gerombolan awan badai. Keindahan adalah perisai untuk memperdaya setiap mata hingga keinginan setiap makhluk yang mudah goyah, seperti Shilin yang mulai jatuh hati dengan kristal tak biasa itu.

"Tidak akan kubiarkan ini jatuh ke tangan perompak sepertimu!" Shilin mengira Benjamin turut menginginkan benda itu. Dengan niatan ingin memilik sepenuhnya tanpa mendengar penuturan Benjamin lebih lanjut, ia menggengam kristal tersebut erat di tangan kiri.

"Dasar bodoh!" Kobaran api kebiruan mengalahkan cahaya kristal yang telah mati. Satu serangan secara otomatis melahap tangan kanan Shilin.

Kristal terlepas dari genggaman, bentuknya berubah atau menyusut.
Tubuh Benjamin diselimuti api dan bersiap menghancurkan benda itu, tetapi sayang. Shilin tak menyerah, ia bersikukuh untuk memiliki kristal itu.

Dengan tangan kanan melepuh hebat bekas serangan Benjamin. Shilin menatap bengis pria itu dalam diam, tetapi sensasi menyakitkan sesungguhnya baru saja merasuki. Kutukan.

Benjamin tersenyum mengejek. "Bahkan jika kau membuangnya ke neraka, kristal itu tetap akan menghantui keturunanmu."
Tugasnya tidaklah usai, tetapi tak ada gunanya menyerang kristal itu. Kutukan sudah menemukan tempat terbaik untuk bersemayam, pilihan jatuh kepada Li Shilin.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang