41. (Not) The Real Ending

26 6 0
                                    

Seorang wanita masuk ke suatu ruangan yang tidak semestinya.
Tanpa siapapun menyadari, bahkan curiga. Alat bantu hidup yang tertempel di dada seorang lelaki dilepaskan. Satu jam lalu jantung tidak lagi berdetak. Kini kehidupan menyapa, tanpa luka tersisa di tubuhnya sedikitpun. Lalu sadar mengapa itu bisa terjadi. Mungkin sesuatu yang harus dibayar dengan setimpal.

Ia bangkit. Berlari menjauhi dari sana, tanpa rasa sakit secara fisik. Tangan kiri menggengam erat untuk meredam cahaya kemerahan dari sebuah permata. Tak peduli berapa kali menabrak dokter hingga orang-orang di sekitar lobi.

Hugo, sang foniks yang terbang bebas. Menyusuri jalanan tanpa rasa lelah hingga terhenti di depan rumah beraksitektur klasik-modern. Suasana magis terasa, meski dikelilingi lingkungan nan hangat. Sebelum tangan menyentuh knop, seekor burung elang hitam mendarat di pundak kiri. Lalu sekejap masuk ke sebuah kamar. Padahal ia tak melangkah sedikitpun.

Bau ramuan tercium, peta dari suatu wilayah asing entah dari bumi atau bukan terbentang sepanjang setengah meter di dinding kayu kecokelatan.

Satu kotak kaca beraliran sihir tergeletak di meja panjang berbahan sama. Berisikan sesuatu yang memantik segala hal berbau hidup dan mati hingga peperangan. Derap langkah terdengar dari segala penjuru, Hugo menoleh. Tepat, di jendela sebelah kanan, ada siluet samar seseorang.

"Luar biasa," ucapnya.

"Aku tidak mengerti, apa hanya ini ... sebenarnya apa tujuan kita?"

Orang itu tetap setia di sana. "Tentu tidak, anak muda. Tidak semudah itu lari dari semua ini, perang yang sesungguhnya belum dimulai," ujarnya diselingi kekehan pelan.

Inikah awal dari segala awal alur kehidupan? Hal mustahil ditangkap mata, fisik merespon segala hal berbau magis maupun sihir. Rumah berbalut sesuatu tak logis bagi manusia normal, kepalanya sungguh telah dipenuhi oleh spekulasi lain saat ini.

"Jika aku masih hidup, bagaimana dengan mereka?"

"Ada dua kemungkinan," ucap seorang pemuda lainnya yang baru datang. Tepat berada di belakang Hugo, ia berteleportasi tanpa menciptakan guncangan di tempatnya mendaratkan kaki.

Ini sungguh penuh dengan misteri.
Ada banyak cara memecahkan, ada banyak pula rintangan yang harus dihadapi. Setiap pengorbanan menumbuhkan konsekuensi, langkah bertabur teka-teki dan mungkin akan menghadapi suatu tempat di antara bumi dan dimensi asing tak ia kenali.

Permata api diletakkan di tempat semestinya. Tidak ada yang tahu apa lagi setelah ini. Entah kehidupan baru ataukah kematian nan mengerikan. Tugas pilar Araceli tak sampai di sini, mungkin ini hanyalah cara untuk mencegah bencana kecil sebelum hal besar di masa yang akan datang.

Ia berubah pikiran dalam sekejap. Hugo membawa lari permata yang sempat ia letakkan.

"Jika hari itu datang, kau pun ... mungkin tak mempercayau diri sendiri."

Lalu hantaman dampak teleportasi orang itu melempar Hugo ke lokasi gang berbeda.

Garis polisi membentang, bekas darah nampak bercercer. Di tengah kekalutan, ia menatap ke sekitar lokasi yang membawanya ke sebuah awal di dunia lain.

Sekilas, ia ingat. Ketika hari ia dihadang Dallas, waktu itu tepat di tanggal duapuluh Februari. Dan sekarang adalah awal bulan Maret, nyaris setengah bulan tak sadarkan diri hingga terundus bahwasanya ia mati, lalu kembali hidup tanpa sedikitpun luka luar maupun dalam.
Hidupnya terkesan abnormal, Hugo tidak menampiknya. Namun, apakah orang-orang yang gugur di perang tersebut selamat?

Jika ia hidup, apa ada konsekuensi lain yang terjadi?

Perang dirasa berangsur begitu cepat bak alur yang dipaksa agar lekas bertemu akhir. Ini sungguh membingungkan dan buntu tanpa jawaban.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang