15. a Woman With Darkness

13 4 0
                                    

Cedro berlutut pasrah. Ia menginginkan kematian. Lambat laun kebaikan yang ia jadikan senjata untuk melarikan diri dari kegelapan menipis akibat ulah kedua orang tuanya.

Ia membenci mereka layaknya mengutuk hidupnya sendiri.

Ketika kematian hendak memeluk, seseorang mencegahnya. Suatu perlakuan yang tak pernah ia dapat dari orang manapun, menumbuhkan sisi motivasi untuk tetap hidup tanpa ia sadari. Pemuda berwajah lembut nan rupawan telah membawa setitik cahaya. Cedro ingin dekat dengannya, ia membutuhkan seorang teman yang tulus tanpa memikirkan betapa kelamnya dirinya.

Orang itu Lucius, sang pemberi pil yang mencegah kematian bagi Cedro. Senyumnya nan tipis sekalipun mampu meluluhkan puluhan gadis, si ramah yang menyukai pantai. Teman baik Suyin. Namun, nahas. Niat Cedro pupus sudah. Lucius menghadapi sesuatu yang di luar kendalinya, kematian.

Suatu kematian yang telah direncanakan. Cedro mengetahuinya, tetapi ia begitu takut mengatakan kepada orang-orang.

"Akhirnya aku mati." Kata-kata terakhir yang sungguh tak biasa ketika diambang sekarat. Lucius merenggang nyawa dengan cara menusuk jantungnya sendiri. Sebelah tangannya yang semula menggenggam cincin perak terbuka, ada darah kering tersisa di sana.

Satu surat terselip di pakaian pemuda itu. Bertuliskan pesan terakhir dan penyelesalan. Kata-kata didominasi untuk ditujukan kepada Suyin. Betapa Lucius bersalah sekaligus tak mampu lagi mengendalikan diri.

Sebelum kesadaran diambil alih total, Lucius tahu jika salah satu orang terdekatnyalah yang membawanya ke titik ini. Apa daya, kepercayaan ayahnya hancur akibat ia terlalu sering berbohong, walau ditujukan untuk kebaikan. Ibunya dan Suyin pasti sangat terpukul.

Hingga ia jatuh pada perangkap. Muntah darah tak terelak, jantung berdebar dan juga sensasi panas membakar tubuh. Lima orang bertopeng tertawa bersamaan, lalu sebilah belati ia tusukkan. Membungkam mereka.

Lucius merasa dirinya sangat egois, ia sadar akan hal ini. Membiarkan dirinya lemah tanpa perlawanan. Ia harus apa?
Mereka mengincar dirinya seorang. Mengincar sesuatu yang tidak ia ketahui apa itu.

"Aku akan membunuh mereka yang sudah menyakitimu."

Lucius merenggang nyawa di dekat pantai. Di pangkuan Cedro yang menangis.

"Tuan," sambungnya lirih.

Sorak dan tepuk tangan pelan mengiringi Suyin yang menepikan diri ke salah satu ruangan tempat yang biasa ia kunjungi sekedar memetik liuqin---mandolin empat senar berbentuk buah pir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorak dan tepuk tangan pelan mengiringi Suyin yang menepikan diri ke salah satu ruangan tempat yang biasa ia kunjungi sekedar memetik liuqin---mandolin empat senar berbentuk buah pir. Ia duduk sendirian, menyesap rasa perbaduan manis serta pahit dari arak.

"Nona Li ada di sini?"

"Mungkin di belakang."

Suyin memegang dada kirinya yang berdenyut sakit. Ia bangkit, ia tahu siapa pemilik suara yang tengah mencarinya. Suyin tidak dalam keadaan mabuk, ia hanya tengah dalam keadaan belum pulih. Ia terlalu bosan dan memutuskan keluar, walau terkadang tubuhnya menuntut untuk dibaringkan. Ia merasakan salju pertama di bulan ini turun, orang-orang menyingkir dan berteduh.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang