7. a Threat?

24 5 7
                                    

Walau ia setengah sadar akibat menenggak arak. Jili sepenuhnya menyadari tingkah James semakin berlebihan. Hugo bukan anak perempuan yang harus dijaga ke manapun berada, Jili ragu jika Hugo terlahir sebagai perempuan, James akan membiarkannya ke sana dan kemari. Bahkan Jili merasa terganggu tentang itu.

Namun, ia tidak memiliki wewenang melarang maupun mencegah secara permanen. James---satu-satunya pengawal dan Hugo juga satu-satunya tuan yang dimiliki James.

Dua hari yang lalu, James mengeluh tentang sikap Hugo. Sekarang James sendiri menjadi sosok berbeda, di beberapa kesempatan ia terlihat begitu lusuh seperti bekas mengitari hutan berlumpur. Jili memilih diam, karena ia juga terkena dampak aksi aneh James.

Entah karena terlahir dari budaya berbeda, Jili tak lagi memahami James. Usia pertemanan memang masih terbilang baru, yaitu tiga tahun. Bertemu di kapal yang sama dan diawali dengan pertengkaran. Mungkin dari sana, Jili tidak sepenuhnya mengetahui setiap sisi sosok James.

"Kau mabuk, sudah cukup." Hugo mengambil alih minuman Jili, memindahkannya ke meja lain.

"Aku masih sadar, berikan ... aku minuman," elaknya.

Hugo tersenyum, lalu menuangkan minuman yang ia bawa ke cangkir Jili.

Jili melotot, merasakan rasa yang teramat aneh untuk segelas teh.
"Ini teh? Atau sup air laut?"

Respon yang sama, bedanya Hugo di dalam hati. Jili secara langsung. Teh buatan Yuan teramat asin.

Susah payah ia melarikan diri dari cengkraman Yuan terlebih lagi James. Hugo tak marah, apalagi merasa keberatan atas perilaku Yuan padanya. Untuk apa?
Itu tidak berbahaya, sifat Yuan apa adanya dan juga periang. Ia menyukainya, juga sedikit iri.

Periang sesuatu yang langka di dalam dirinya. Sebelum orang tuanya tiada pun, inilah Hugo. Memiliki banyak musuh dengan sedikit teman. Kekerasan melingkupinya, orang enggan mendekat hingga James Carter satu-satunya teman paling dekat.

Di sini, ada James Smith. Namun, mereka dua orang yang berbeda. Mungkin ada kesamaan, itu manusiawi dan umum. James Smith tetaplah dirinya, begitu pula sebaliknya.

"Aku ... ingin tidur sebentar...." Jili menolak secara halus ketika Hugo ingin membantunya berjalan.

Sesaat setelah Jili menghilang di balik pintu. Suyin datang dari pintu lain, mengambil tempat duduk bekas Jili. Berhadapan langsung dengan Hugo yang sibuk membaca buku berisikan macam pembagian ilmu jurus bela diri milik Dao Ming dan juga Bisikan Naga Malam.

Suyin tersedak. Aroma teh menggodanya, tetapi tidak setelah satu tegukan. "Yuan menjadi manja di dekat orang yang dia rasa nyaman, kuharap kau bisa bertahan dengan itu."

"Bagaimana denganmu?" Hugo menatap Suyin tak biasa.

"Aku---" Suyin terbatuk. Cairan merah memenuhi tangannya ketika menutup mulut. Pandangannya mengabur, tetapi kesadarannya masih penuh. Nampak Hugo melawan keraguan untuk menyentuh tangannya. Lalu telapak tangan nan sejuk itu mengangsurkan sebotol obat yang Suyin berikan kemarin.

"Itu milikmu." Suyin menolak, kemudian kembali terbatuk, ia memuntahkan darah lebih banyak dari sebelumnya, mengotori pakaian putih yang ia kenakan.

Hugo membuka penutup botol obat itu, setelah bergulat dengan keraguan. Pelan, ia membantu Suyin untuk meminumnya.

"Biarkan aku berbaring." Ia benar-benar merasa lemas, sekedar mengangkat kepala sudah sangat terasa sakit.

Tak ada pilihan selain menjadikan pahanya sebagai bantalan, wanita itu terlihat menahan sakit. Hugo tak tega menolaknya. Sisi yang tidak pernah ia bayangkan terhadap sosok Suyin terlihat. Sakit dan lemah. Suatu hal yang manusiawi, tetapi juga aneh karena ia berada di situasi bak tersudutkan.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang