1. a Drop of Blood

191 24 34
                                    

Rambut dark blonde dibiarkan tergerai dengan wajah yang mulai memerah terpapar sinar matahari. Orang-orang terlihat berhamburan, berlalu-lalang sekedar melepas penat setelah jam kuliah berakhir.

Bau parfum bercampur keringat mengusik penciuman, seorang lelaki turut berjalan di sisi kirinya.

Beberapa perempuan yang melintas mulai berbisik, mengagumi betapa kerennya kedua lelaki itu. Salah seorang dari keduanya terlihat tersenyum ramah, tetapi yang lebih menjadi daya tarik adalah lelaki berambut sebahu. Tingginya semapai, sepasang alis setajam lirikannya dan tentu saja tak banyak bicara menjadikannya sebagai sosok misterius yang menarik perhatian kaum hawa di manapun ia berada.

Sang penarik perhatian kaum hawa tersebut mendadak menoleh ke belakang, bukan karena ingin melihat siapa pelaku yang berbisik penuh puja padanya. Melainkan ia merasa ada seseorang yang tak ia ketahui tengah memperhatikannya. Entah sudah yang keberapa kali ia menoleh layaknya mencari seseorang hari ini.

Ya, tentu saja ini adalah tempat umum, banyak orang memperhatikannya secara terang-terangan maupun diam-diam, tetapi apa yang ia rasakan adalah hal berbeda. Tidak terusik melainkan penasaran.

"Wajahmu merah sekali, kau sakit?" tanya James.

"Tak apa, ini sudah biasa."

Seorang wanita muda yang berstatus kekasihnya memutuskan hubungan tepat di depan semua orang. Baiklah, tidak masalah baginya.

Ia sudah menduga ini. Hidup ini memang penuh kekalutan, justru ia akan merasa heran jika tiba-tiba berjalan sesuai rencana.

Ia tersenyum sebagai tanggapan setelah kata putus terucap. Kekayaan dan popularitas, harta adalah sumber dari segalanya. Untuk apa menjadi populer jika harta tak lagi dimiliki, begitulah orang-orang memandangnya.

Orang-orang kembali berbisik-bisik, mungkin setelah ini rumor menyebar seakan-akan itu adalah hal yang sangat penting untuk dibahas.

Setelah semua berakhir, ia kembali berjalan, lantas tertawa. Membuat James merinding seketika. Entah maksud tawa itu adalah rasa kebahagiaan terbebas dari wanita materialis atau merasa miris terhadap dirinya sendiri. Hubungan berumur tiga bulan itu berakhir dengan cara cepat. Yah, ia memang tak pernah menjalani hubungan lebih dari hitungan bulan.

Alasan klasik dan omong kosong. "Maaf, hubungan kita berakhir di sini. Kau terlalu pendiam dan tak menarik lagi."

Lalu, apa?
Ia menjadi pendiam karena memang tak menyukai wanita itu. Ia tidak pernah mengejar apalagi mengemis dicintai, salahkan sang perempuan.

Mendeklarasikan hubungan sepihak ke publik, harga diri siapa yang terkikis?

Dirinya? Tentu saja tidak. Hanya perempuan itu. Seandainya ia mau, sekarang juga ia katakan apa yang sedang terjadi. Namun, ia selalu saja diam. Membiarkan semua kata-kata tak berdasar terucap oleh seseorang.

"James Carter! Masih ingat dengan kami?" Lagi-lagi, masalah tak ada hentinya menghampiri. Kali ini jatuh pada sang teman, James. "Saatnya hari pembalasannya, huh?"

Lima orang lainnya muncul, dua di antara mereka menahan tangannya. Bagaimanapun, James harus pergi sebelum mereka mulai beraksi.

"Ah ... siapa ini? Hugo Aleksandrov?"

Hugo, lelaki berambut sebahu itu tak sedikipun merasa terintimidasi maupun takut. Dalam beberapa gerakan, dua laki-laki di belakangnya ditumbangkan.

"James cepat lari!" ujarnya, lantas melayangkan satu pukulan ke perut salah satu anak buah Dallas yang ingin menahan James.

"Sialan, kejar mereka!" perintah Dallas kepada anak buahnya yang lain.

James mengambil jalan yang berbeda dari Hugo. Tepatnya Hugo meminta agar tak mengikutinya, alhasil perhatian Dallas dan anak buahnya hanya kepada Hugo seorang.
Ia berlari hingga terhenti di ujung gang buntu. Mereka tertawa, satu melawan tiga. Dallas terlihat begitu percaya diri.

Lagi, Hugo merasakan seseorang tengah memperhatikannya. Namun, siapa? Kemudian di mana sosoknya?

Lengah dan mulai merasa lelah, ia anggap ini sebagai cara melindungi James. Pukulan dilayangkan tanpa berniat melawan, terakhir ia menyerang balik seseorang harus dirawat berminggu-minggu di rumah sakit. Tak apa, Hugo telah terbiasa. Sejak dulu hidupnya begitu keras setelah orang tuanya menghilang tanpa jejak.

"Dallas, kau berlebihan!"

Tak ada gunanya. Ia tidak akan selamat hari ini, semua sudah sesuai jalan hidupnya yang sesungguhnya. Melawan balik juga akan sia-sia. Jelas hari ini adalah waktunya untuk menuju suatu tempat.

Ia menyeringai, tubuhnya mati rasa dengan darah membasahi perut hingga aspal berdebu dipenuhi koran bekas.

Hugo pikir, ia pernah merasakan rasa ini. Namun, jauh lebih menyakitkan dari tusukan sebilah pisau.

Maaf adalah gumaman terakhir yang ia ucapkan di bibir yang penuh dengan darah. Segalanya mungkin akan berubah mulai saat ini. Dunia ini bukanlah tempat yang seharusnya ia tempati.

Jalan hidup mungkin berkelok, setetes darah sama dengan ratusan nyawa dan perjalanan segera dimulai....




Bersambung
14 september 2020

So, ini bukan cerita bergenre fantasi pertama yang aku tulis di note hp hahaha. Cerita pertama itu ... stuck, beku, gk bisa maju-mundur:') usianya udah setahun, tapi malah cerita berumur beberapa bulan yang post duluan😂

Jadi inilah, IgnisYu: Jade Of Fire

Jangan jera bertamu😂

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang