Kilasan memori bertubrukan. Kemarin ia dihajar habis-habisan oleh sekawanan berandal. Suara teriakkan orang-orang lalu sekilas tentang penglihatan dalam ruangan putih polos yang membuat sakit mata. Kepalanya berdenyut, jika memaksa menyatukan seluruh dari beragam hal tersebut saat ini.
Ia mengigil walau pakaiannya tak basah. Meringkuk sambil memeluk kedua lutut, berharap mengurangi hawa dingin di tubuhnya. Padahal cuaca bersahabat dan angin juga bertiup tenang. "Ini musim panas, ataukah musim dingin mematikan?"
Disela kebingungan, memutuskan musim di sekitar yang menipu. Ia mengusap tangan diusap beberapa kali untuk mencari kehangatan. Lalu diusapan kesekian, percikan api muncul hingga ia terlonjak kaget dari duduk.
Kehangatan tiba-tiba memeluk, ia tidak lagi menggigil. Dalam diam, mengikuti jalan setapak yang semakin jauh dari pantai, lalu mendapatkan jawaban jelas tentang musim apa sekarang.
Salju tebal menutupi jalan nyaris sepinggang. Rumah-rumah tertutup rapat tanpa seeorang pun diluar selain dirinya. Ini bagaikan desa berhantu yang sudah ditinggalkan puluhan tahun lamanya. Sepi serta agak mencekam. "Apa mereka akan baik-baik saja? Ini musim dingin yang buruk kurasa."
Perlahan salju meleleh ketika ia menginjaknya. Sihir, sesuatu yang tak pernah terlintas untuk dimiliki. Ia tidak pernah berlatih agar mendapatkannya, sesuatu datang hanya karena ia mengusap kedua tangan untuk menghangatkan diri. "Takdir, kutukan, warisan ... mungkin beruntung. Entahlah...."
Keadaan berubah tenang tanpa ancaman. Di sisi lain, ia bingung mengapa bisa sampai di sini ketika terbangun. Namun, pemikirannya seketika berubah seolah di sinilah takdirnya dimulai. Mengikuti alur asing tanpa banyak protes terlontar.
Jangan terkejut dan menuntutnya untuk ingat segalanya dalam sekejap. Sosok itu adalah Hugo. Tidak, ia bukanlah Hugo yang dulu. Ini adalah sang pemilik identitas asli. Ah, mereka sama namun perannya akan berbeda mulai saat ini. Kenangan yang lalu menjadi samar, memori dan kesan baru segera tercipta. Bagaikan terlahir kembali, tetapi itu bukanlah hal yang pasti. Karena ia meniti di atas seutas benang alur takdir yang dapat mengguncang setiap pilihan.
Perlu ditekankan, bukan berarti semuanya telah berakhir. Tidak, ini awal dari segala awal mencari cara untuk mengakhiri sesuatu.
"Orang asing!"
"Kaum Ignis, mereka adalah penjajah!"
Entah otaknya terbuat dari apa, ataukah hatinya sekuat baja. Hugo mengingat hal itu sangat jelas, semua hinaan. Ia seorang pemikir yang terkadang secara tidak sadar terlena dengan dunianya sendiri. "Berapa lama aku pergi?"
Ada ingatan sederhana terlukis, meyakinkan sisi Hugo untuk mempercayai sang pemilik identitas asli dalam satu tubuh.
Langkahnya pelan namun menyiratkan ketegasan, ia tak tahu arah mana yang harus ia ambil. Hugo mengedepankan nalurinya saat ini, yang tanpa ia sadari itulah ingatannya yang memburam walau terlihat seperti orang yang berjalan sesuai kehendak tanpa tahu tujuan.
Salju tipis turun, ia memijakkan kaki di depan gerbang besar yang tertutup. Ukiran naga nan khas menyambutnya dalam sepi. Pintu berderik, sosok bertudung muncul tergesa-gesa.
Mereka berpapasan.
Hingga salah satu dari mereka menghentikan langkah tanpa menoleh ke belakang. "Ini hanya kebetulan."Dengan ragu, Hugo membuka gerbang yang cukup untuknya masuk. Sisi penasarannya tak tertahankan. Lagi, tumpukan salju meleleh ketika di dekatnya. Tentu, sekarang ia mengerti bagaimana kinerja kekuatan yang ia miliki. Melindungi serta dapat diberi perintah sesuai keinginan dalam hati. "Semoga ini bukanlah sesuatu bagaikan pedang berkepala dua."
KAMU SEDANG MEMBACA
IgnisYu: Jade Of Fire [END]
FantasyHugo Aleksandrov menjadi salah satu pejuang yang diberi dua pilihan. Melawan dengan segala resiko kehancuran ataukah melarikan diri saat orang-orang menderita oleh kejamnya kegelapan. Mereka yang jahat semakin menggila, sedangkan pihak baik merasa t...