20. The Exam Then Cedro

8 3 0
                                    

Refleks ia melemparkan buku bersampul merah kusam ke luar jendela. Nafasnya memburu, percikan api muncul di sela-sela jari tangan. Semenit kemudian bak melahap tangannya tanpa membakar pakaian maupun kulitnya.

Ia menoleh ke sudut ruangan, sang ayah---Lorgan duduk tanpa raut menyesal ataupun khawatir. Seakan-akan lucius adalah orang asing yang pantas menderita.
Tanpa belas kasihan, membiarkan pemuda itu menahan sakit teramat sakit seiringnya kobaran api berwarna keungguan berkobar di kedua tangannya.

Lucius memendam amarah yang teramat sangat, seandainya hati nuraninya turut lenyap dilahap api kutukan. Ia akan meledak dan menghancurkan apapun di dekatnya.

Pintu dibuka secara kasar. Serephina masuk bersamaan kobaran api yang mulai meredup dari kedua tangan Lucius. Suasana lebih memanas karena mereka tidak baik-baik saja dalam hubungan kekeluargaan.

"Mengapa kau tidak membunuhku saja untuk mengakhiri semua ini?"

"Seandainya aku bisa, sejak kau dilahirkan aku akan membunuhmu!" Lorgan berteriak masih dalam posisi duduknya. "Satu-satunya yang dapat membunuhmu hanya dirimu sendiri."

"Lorgan!"

Sejenak Lucius terdiam, lalu tertawa sinis. Lantas meninggalkan ruangan itu dengan emosi tertahan.
Ketika ia ingin beranjak pergi dari kediaman Leonidas, sosok Suyin menunggunya di depan gerbang.
Sekejap ekspresinya berubah, kemudian memeluk gadis itu.

Jantungnya berdebar, merasa terkejut ketika Lucius memeluknya untuk yang pertama kali. Dengan canggung, Suyin mengusap punggung Lucius pelan.

Lucius melepaskan pelukannya. "Astaga, maafkan aku," ucapnya merasa bersalah. Ini adalah pertama kalinya ia memeluk Suyin, ia turut merasa aneh mengapa bisa berbuat seperti ini.

Suyin tersenyum lembut, wajahnya sedikit memerah karena cahaya matahari yang cukup menyengat.
"Ayahmu memberi hukuman lagi? Mengapa kau tidak melarikan diri ke rumahku?"

"Entahlah, sepertinya aku harus mencari tempat persembunyian lain."

Mereka berjalan berdampingan, mengitari pasar yang cukup ramai.
Suyin melirik Lucius dari sudut matanya, pemuda itu terlihat sedih namun menutupinya dengan terus berbicara. Senyumnya selalu hangat, sikapnya seperti biasa, tetapi tidak dengan hatinya. Suyin tak memiliki keberanian untuk bertanya, karena Lucius terkadang menjadi sosok tertutup.

"Kau tidak akan pergi meninggalkanku, bukan?"

"Aku akan meninggalkanmu jika waktunya tiba."

Lagi, jatungnya berdebar keras. Namun ini adalah bentuk rasa gelisah juga ketidaknyamanan atas ucapan Lucius barusan. Apakah ini sekian dari tanda-tanda sebelum kepergian pemuda tersebut?

 Apakah ini sekian dari tanda-tanda sebelum kepergian pemuda tersebut?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suyin memutuskan berkunjung ke sekolah kekaisaran. Sehabis mendapatkan laporan dari Jili tentang sosok Cedro dan ini menjadi momen setelah sekian lama ia tidak menginjakkan kaki di pusat kota.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang