36. Traitor

9 3 0
                                    

Jili menjadi penghubung antar kedua kerajaan. Namun, hanya satu sisi dari mereka yang benar-benar memperlakukannya sebagai prajurit pada normalnya, sedangkan para petinggi kerajaan Yu diam-diam hingga secara terang-terangan menganggap pria itu sebagai pengkhianat bermuka dua.

"Mereka yang sibuk berkoar-koar alih-alih menyusun strategi adalah pengkhianat sesunguhnya," bisik Yuan sinis.

Jili menarik nafas, setelah melalui diskusi alot dan perdebapatan panjang. Kedua kubu, tepatnya kerajaan Yu menyetujui kerjasama untuk berperang. Dengan sebuah persyaratan menjebak, Suyin diharuskan turun tangan mengantikan jendral perang yang terlalu tua untuk bertempur.
Ia dan Yuan, beranjak pergi mendengar seruan prajurit lain.

Itu juga menjadi kesempatan untuk para pengkhianat, menyingkirkan para kerabat raja tanpa mengotori tangan. Sungguh, kegelapan sudah membutakan banyak kalangan.

Benteng Xiaodan menjadi tempat persiapan sementara setelah berita badai hari itu menyebar. Sesuai kesepakatan, kedua pasukan terbaik bergabung dalam dua kepemimpinan.

Dengan balutan pakaian perang kombinasi putih-merah, Suyin dengan sabar menunggu kedatangan jendral yang ditunjuk dari kerajaan Ignis. Derap langkah terdengar dari belakang, pasukan Ignis berlutut hormat sambil menyerukan sepenggal lirik nyanyian perang.

Suyin tidak melirik sedikitpun sosok yang menjadi rekannya di medan pertempuran nanti. Hingga, suara yang sangat ia kenal membuat hatinya seketika resah.

"Cuaca akan sulit ditebak, Ignis ataupun Yu harus saling bahu-membahu tanpa memikirkan latar belakang kerajaan. Peperangan ini bukan hanya untuk mempertahankan dua kerajaan, tapi semua kehidupan."

Bukan hanya Ignis, semangat pasukan Lanying terpantik. Lebih berkobar dari sebelumnya dengan tatapan menyiratkan penuh keyakinan.

"Aku tak akan membiarkamu berperang sendirian, Suyin. Ini bukanlah janji, melainkan pernyataan."

Panah berapi dilepaskan ke angkasa, pertanda strategi yang telah diatur segera dilaksanakan. Prajurit dari kedua kubu membubarkan diri ke wilayah yang telah ditentukan, menyisakan daerah benteng menjadi sepi.

"Seharusnya kau tetap bersembunyi," ucap Suyin pelan.

Hugo terdiam untuk sesaat. Menimang apakah ia harus mengatakan yang sesungguhnya, tetapi waktu sudah sangat menipis.
Kenyataan yang semula berbentuk kepingan teka-teki berada dalam kesatuan yang jelas.

Di masa lalu, mereka mencegah Lucius mati lalu bisikan penyeru kematian menyambut ketika kaki kembali menginjakkan kemari.
Di masa ia sebagai sosok Lucius, kematian di hari yang tak tepat akan memperlambat peningkatan kegelapan yang seharusnya menyingsing tepat di usianya kelimabelas tahun.

Saat dirinya adalah sosok Hugo, bisikan menyambut. Mempengaruhi lelaki itu untuk bunuh diri, tujuan mereka semakin jelas seiring memorinya kembali. Pada awalnya, kegelapan menganggap Lucius akan berguna, tetapi Lorgan dan Serephina bertindak cepat. Ketika Lucius memutuskan mengakhiri hidup saat pihak kegelapan menginginkan ia tetap hidup. Hugo, dituntut untuk mati karena ia menjadi ancaman setelah sebelumnya menjadi harapan bagi bangsa kegelapan. Sasaran yang sebenarnya bukanlah dirinya, melainkan Li Suyin. Keturunan pangeran mahkota, Li Shilin.

Cincin bulan, kristal putih berujung kehitaman bekas serangan Benjamin di masa silam adalah saksi bisu kutukan.

"Mereka mengincar kalung kristalmu." Hugo menatap Suyin intens. "Apa Mingxia datang? Lalu, apakah Xiaoli masih mengusikmu?"

Suyin membalas tatapan lelaki itu tak kalah intens. Hugo menjadi sosok Lucius, dengan kedua tangan terulur mengenggam tangan kanan wanita itu.

"Maaf ... maafkan aku...." Wajah Hugo memerah menahan isak. Iris birunya mencerminkan kesedihan sekaligus rasa bersalah.

IgnisYu: Jade Of Fire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang