LA | 5

341K 20K 1.8K
                                    

Mereka memasuki Apartment kembali sekitar pukul tiga sore sehabis dari basecamp geng Aregar tadi. Zee menghempaskan tubuhnya ke sofa setelah melepaskan sepatu dari kakinya.

"Lo gak mau makan lagi, kan?" tanya Al membuat Zee mendelik tajam.

"Ya enggak lah! kan tadi udah makan, yakali makan lagi. Gue gak serakus itu kali." jawab Zee dengan kesal, sedangkan Al hanya mengedikkan bahu acuh.

"Yaudah deh gue mau mandi dulu, gerah. Mau mandi bareng gak?" tanyanya dengan menggoda membuat Al menyentil keningnya. "Tadi pagi aja lo minta mandi bareng." sinis Zee membuat Al terkekeh.

"Kebawa suasana. Kalo sekarang, gak mau. Susah di gue."

"Gaya lo, susah di lo. Susah di gue yang ada." sengitnya membuat Al tertawa terbahak-bahak. "Jangan ketawa gitu deh, Al. Takut gue liatnya. Mending lo kayak hari pertama aja tuh, kalem."

"Emang gue kalem."

"Iyain. Yaudah gue mau mandi dulu."

"Iya."

Al memandangi tubuh Zee yang menghilang di balik pintu. Ia mulai merebahkan tubuhnya ke sofa dengan kedua tangannya yang menjadi bantalan. Pikirannya menerawang ke belakang, bagaimana jika waktu itu dia tak ketahuan sedang berada di house party milik temannya, dengan para gadis mengelilinginya, dan tentu dengan minuman berada di atas meja.

Waktu itu ada yang mengedarkan ganja disana, walaupun dia tak memakainya, bahkan meyentuh barang itu saja Ia tidak sama sekali. Tapi tempat itu sudah di datangi polisi terlebih dahulu, mungkin yang mengedarkan sudah menjadi buronan. Entah nasib sial apa, dia dan teman-temannya ikut di bawa ke kantor polisi untuk melakukan pemeriksaan.

Tes urine, salah satunya. Negative, Jelas. Dia memang sama sekali tidak pernah memakai barang haram itu.

Kalau mungkin saja dia tidak melakukan hal semua itu, mungkin dirinya tak akan pernah bertemu dengan gadis cantik di Apartment ini, Rebecca Zoey. Bibirnya terangkat sedikit lalu matanya terbuka dan menoleh ke arah kamar yang tadi di masuki oleh Zee.

"Zee, I'm coming!" teriaknya.

Zee yang sedang berendam di bathup nya itu merasa terkejut saat air bergoyang, pertanda ada seseorang yang masuk kedalamny. Zee membuka matanya dan melotot kaget saat tau Al tengah memasang senyum menyebalkannya ke arah, Zee."

"Bareng." ujarnya.

"Tadi aja sok-sokan nolak, lo."

"Kan tadi, sekarang berubah pikiran." balasnya santai membuat Zee mengedikkan bahunya acuh. Al merangkak mendekati perempuan itu, tangan yang berada di dalam air nakal menyentuh titik sensitif gadis itu membuatnya merapatkan kakinya membuat tangan Al terjepit.

"Jangan di jepit." ucapnya membuat Zee melebarkan kakinya, itu di jadikan kesempatan bagus olehnya dan menyambar bibir Zee dengan gemas.

Lagi-lagi benda kenyal itu saling bertautan dengan kedua tangan Zee berada di kedua pipi Al, dan dengan Al merengkuh tubuh itu dengan sebalah tangannya, sebelahnya lagi menekan tengkuk, agar memperdalam ciuman mereka.

Dengan sekali hentakan, Zee sudah berada di atas pangkuan Al dengan bibir mereka yang tak terlepas sama sekali. Al, meremas dada Zee membuat sang empunya tambah merapatkan tubuh mereka dengan gelisah. Tubuhnya maju, mundur di atas Al membuat sesuatu terbangun di bawah sana.

"Ah.."

Al terus menciumi leher Zee, menggigitnya membuay bekas kemerahan berada disana. Zee, memeluk leher Al seraya meremas rambut pria itu dengan mulut yang terbuka kecil. "Al.."

Al dengan segera menggendong tubuh itu untuk keluar dari bathup dan membawanya ke bawah shower. "Gue mandiin." katanya membuat Zee mengangguk seraya mengalungkan kedua tangannya di leher Al.

Al menyabuni tubuh itu dengan gerakan pelan, dengan posisi Zee membelakanginya, tubuh Zee menyandar kepadanya. "Emm.." gumam Zee saat dadanya di remas-remas oleh kedua tangan Al dengan sangat lembut. "Oh, gosh."

"Enak, hm?"

"Lebih kuat." ujarnya membuat setan dalam diri Al langsung melakukannya. Desahan demi desahan keluar dari mulut Zee membuat Al semakin gencar menyentuh tubuh itu. "Gue juga pengen." kata Al membuat Zee langsung membalikkan badannya dan mengambil sabun. Ia menuangkan sabun itu di tangannya lalu menyabuni tubuh Al dengan gerakan sensual. Bibirnya sengaja Ia gigit membuat Al menahan nafas.

Zee hanya terkekeh melihat ekspresi Al seakan menahan sesuatu dalam dirinya untuk tak berbuat lebih di dalam kamar mandi ini. Zee menuju ke area bawah, yang sudah tegak sempurna. Ia mengambil sabun lagi lalu menyabuni benda itu dengan gerakan maju mundur membuat Al mendesah nikmat.

"Shit. Zee, you're really bad bitch."

"I am, sir."

"Ah.. Zee. This is so crazy, fuck you."

Zee sengaja mendesah tepat di telinga Al dengan tangan yang terus bergerak di bawah sana membuat Al langsung menarik tubuh Zee dan menyudutkan tubuh perempuan itu lalu menciumnya dengan menggebu-gebu. Tubuh mereka saling menempel, tak berjarak.

Setelah melakukan kegiatan mandi plus-plus, tadi. Berlangsung sekitar satu jam lebih, mereka keluar dengan handuk melilit di tubuh. Mereka langsung masuk ke kamar masing-masing untuk berganti pakaian.

Zee kembali ke kamar Al setelah memakai kaos oversize nya dan dengan rambut yang masih berbaluur handuk. "Bantu gue ngeringin rambut dong, Al." ucap Zee membuat Al bangun dari tidurnya menuju ke depan meja rias tepat Zee berada.

"Besok gue ada kerja kelompok." ucap Zee membuat gerakan Al yang sedang mencolokkan kabel hair dryer terhenti. "Dimana?" tanyanya lalu melanjutkan kegiatannya kembali dan mulai mengatur suhu lalu mengarahkannya ke rambut perempuan di depannya ini.

"Cafe sih, kayaknya."

"Sama?"

"Apaan sama?" tanya Zee bingung.

"Sama siapa kerja kelompoknya."

"Oh. Sama temen gue lah."

"Cewek atau cowok?" Al menatap Zee dengan datar dengan tangannya yang tak berhenti bergerak dari rambut itu.

"Dua-duanya ada." balas Zee membuat Ak mengangguk.

"Gue ikut." finalnya membuat Zee menyerngit.

"Gak usahlah. Lagian gue kan mau kerja kelompok bukan mau ketempat aneh-aneh."

"Ada cowoknya."

"Oh jadi cemburu, Mr. bodyguard nya aku?"

"Gak." elaknya lalu menaruh hair dryer itu ke meja saat telah selesai mengeringkan rambut itu. "Pede."

"Biarin. Kalo gak cemburu terus apa dong namanya."

"Mau jagain lo dari cowok-cowok nakal."

"Lo lebih nakal, Al! sadar dong."

"Nakal sama lo doang mah gakpapa."

"Iya, bilang aja cemburu kan." goda Zee seraya menyusul Al yang telah kembali berbaring di ranjangnya.

"Gak."

"Huu, gak mau ngaku. Gak asik." katanya lalu menindih tubuh Al dengan entengnya membuat sang empu berdecak malas. Zee mengelus dagu Al dengan lembut lalu mereka bertatapan membuat senyum di bibir Zee tercipta.

Al segera mencuri kecupan tepat di bibir. "Iya, gue gak mau liat lo sama cowok lain. Selain gue."

...

Love in Apartment [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang