LA | 9

293K 15.2K 2K
                                    

Zee dengan telaten mengobati luka-luka Al dan memplesternya dengan hansplas. Zee menyuruh Al berbaring dan mengompres leher Al dengan air hangat, leher itu sudah terlihat agak membengkak kebiruan sekarang.

"Al urut aja ya? ini bengkak lho, badan lo juga anget nih, lo demam." ucap Zee.

Al berbalik lalu menjatuhkan kepalanya di paha Zee dan memeluk perut Zee dengan erat. Zee mengelus kepala Al dengan lembut.

"Gue mau telpon dokter dulu ya, kalo gitu." ucap Zee lagi membuat Al menggeleng.

"Jangan tinggalin." lirih Al seraya megeratkan kembali pelukannya pada Zee.

"Bentar doang, Al." balas Zee.

"Sini aja."

"Yaudah pake hp aja, lo lepasin dulu ini, gue gak bisa gerak."

"Gak mau."

"Al, biar sembuh ih, apa-apa gak mau." kesal Zee dengan nada tinggi.

"Serah." balas Al lalu mejauhkan tubuhnya pada Zee.

"Ngambek tuh." cibir Zee lalu mendekati Al dan memeluk tubuh itu dengan erat, sesekali ia beri kecupan kecil di wajah Al.

"Resek." ucap Al lalu membalas pelukan Zee membuat gadis itu terkekeh pelan.

"Gue panggil dokter kesini ya, biar lo di periksa. Al gue takut lo kenapa-napa ih, itu bengkak soalnya kalo gak di obatin entar parah gimana?" ucap Zee seraya mengelus pelan leher Al.

"Emang mau sakit terus? entar gak bisa jagain gue mau?" lanjut Zee sembari memberikan pengertian kepada Al.

"Hm."

"Apanya yang hm hm, eh!"

"Iya."

"Iya apa, gue panggil dokter ya?"

"Iya."

"Yaudah geseran dulu." ucap Zee lalu berjalan mengambil handphone nya yang berada di atas meja sofa lalu mulai menekankan beberapa digit angka lalu memencet icon call disana.

Setelah berbincang selama satu menit, mungkin. Zee memutuskan pembicaraan setelah mengatakan terimakasih lalu mematikan ponsel itu kembali.

"Besok gak usah sekolah dulu aja ya." ucap Zee pada Al membuat lelaki itu mengangguk. "Biar entar gue bilangin sama kak Bara aja biar absen lo di izinin."

"Iya. Tapi,"

"Kenapa?" tanya Zee.

"Jangan tinggalin, lo juga gak usah sekolah." rengek Al lalu bangkit dan memeluk tubuh Zee. Dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Zee membuat gadis itu terkekeh seraya menepuk-nepuk punggung Al.

"Iya enggak kok, jelek."

"Love you." ujar Al membuat wajah Zee memerah bak tomat sedangkan Al terkekeh lalu menenggelamkan wajahnya kembali di ceruk leher Zee setelah mengecup bibir Zee singkat.

"Ini akibat sakit jadi ngelantur ya, Al? lanturan lo buat gue mau pingsan." ucap Zee seraya memegang dadanya.

...

Pagi ini Zee telah berada di dapur untuk memasak sarapannya dan Al. Tadi Zee sudah memberi tahu teman Al dan temannya untuk mengizinkan nya hari ini untuk tidak masuk ke sekolah.

Zee ingin memasak bubur untuk Al yang sedang demam. Kemarin dokter telah datang memeriksa keadaan Al, dan sudah di beri obat pula.

"Zee!" teriak Al dari dalam kamar yang tak di dengar oleh Zee yang sedang berkutat dengan alat masaknya di dapur. "Zee, dimana?" gumamnya dengan sangat pelan. "Katanya gak mau tinggalin." dengusnya kencang lalu bangun dari tidurnya dan melangkahkan kaki untuk keluar dari kamar.

"Apaansih, Al. Teriak-teriak. GUE DI DAPUR."

Al yang mendengar suara itu langsung manggut-manggut lalu bergegas menuju ke dapur untuk menemui perempuan itu. Zee, pagi ini menggunakan kaos kebesaran miliknya dengan rambut di cepol ke atas, terkesan sangat seksi di matanya.

Ia memeluk tubuh itu dari belakang, menenggelamkan wajahnya di leher Zee, membuat gadis itu menggeliat kecil.

"Duduk sana, gue lagi buatin sarapan buat lo."

"Habis itu minum obat, biar cepet sembuh."

Al hanya berdeham kecil merespons ucapan Zee padanya, membuat gadis itu berdecak malas lalu melonggarkan pelukan Al padanya. Menatap laki-laki di depannya ini dengan malas lalu mengalungkan tangannya di leher itu.

Al, spontan melingkari tangannya pada pinggang Zee, membuat gadis itu menahan senyum.

"Sana duduk, jangan ganggu gue." katanya setelah memberi sekilas kecupan tepat di bibir membuat Al tersenyum senang.

"Mau gue sembuh gak?" tanya Al dengan raut wajah dibuat seserius mungkin.

"Iyalah, biar gak nyusahin gue." kata Zee lalu membalikkan tubuhnya untuk mematikan kompor dan menaruh smoke beef dan telur yang telah di orak-ariknya untuk di taruh ke roti.

"Main yuk." bisiknya membuat tubuh, Zee. Merinding. "Merinding gue, Al." kekehnya lalu mengambil piring dan mulai menata sarapan untuk mereka berdua.

"Nih makan, yang banyak." ujarnya seraya berjalan menuju ke meja makan.

"Abis itu mandi bareng ya?" ajak Al meminta persetujuan membuat Zee memutar bola mata malas. "Otak lo, mesum banget."

"Mesuman juga lo, Zee."

"Biasa aja, nih makan cepetan, apa mau makan gue?"

"Mau banget!"

Dengan cepat Al menggendong Zee, tubuhnya yang tadi lemas, berubah dengan cepat menjadi sangat bugar seperti sekarang. Buktinya Ia bisa meggendong tubuh Zee, ala bridal style. Menuju ke kamar.

Zee tertawa dengan keras melihat kelakuan Ak saat ini. Dengan sengaja Ia tempelkan lagi tubuhnya kepada Al seraya mengalungkan tangannya ke leher pria itu, lalu mendesah di samping telinga membuat wajah Al memerah.

"Gak bisa jalan lo, gue buat. Mampus."

Setelah dari perkataan itu, hanya suara desahan yang terdengar dari kamar itu.

Dasar, anak muda.

...

Love in Apartment [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang