LA | 13

276K 14.1K 1.5K
                                    

Mereka berdua menoleh ke arah sumber suara, disana berdiri dua orang yang sangat Zee maupun Al kenali, dia Elena dan Aldrich, kedua orang tua Zee. Mata Zee terbelalak kaget lalu dengan cepat Ia berdiri dan berhambur kepelukan kedua orang tuanya.

"Oh my god, mom, dad, i miss you so bad." lirih Zee seraya memeluk mereka dengan erat. "Pulang juga ih akhirnya, Zee kangen banget tau, tapi by the way bawa oleh-oleh buat Zee gak hehe." kekeh Zee setelahnya membuat kedua orang tuanya terkekeh pula lalu mengangguk.

"I miss you too baby." ucap Elena lalu menggiring anaknya itu untuk duduk di sofa.

"Dad, do you miss me?" tanya Zee.

"Of course yes, my princess. I miss you so much." balas Aldrich lalu mencium pucuk kepala Zee dengan lembut membuat Zee tersenyum manis.

"Jawab dulu, jadi kalian udah pacaran nih?" tanya Elena pada Zee dan Al yang tengah bertatapan.

"Iya tante, om. Gakpapa kan?" tanya Al.

"Duduk dulu Al." suruh Aldrich membuat Al mengangguk. "Are you serious with my princess, hm?" tanya Aldrich membuat Al mengangguk mantap.

"Of course, i am." jawab Al tanpa ragu membuat rona di pipi Zee kembali muncul.

"Aduh Mommy jadi baper deh, inget waktu jaman kita muda ya, Dad." sahut Elena membuat Aldrich terkekeh lalu mengangguk.

"Don't hurt my daughter, son. I love her more than myself, Zee anak saya satu-satunya, jika kau berani menyakitinya maka kau akan menghilang dari bumi ini." ucap Aldrich tak main-main membuat Zee dan Elena terharu dengan Al yang sudah mengangguk tegas.

"I'm promise you. I will not hurt your daughter, because i love her, so trust me." balas Al dengan tegas membuat Aldrich tersenyum lalu menepuk punggung Al dua kali.

"I trust you, Al. So dont break my trust in you." Ucap Aldrich lagi membuat Al tersenyum seraya menganggukkan kepalanya tanpa ragu.

"Dad, i love you so much! thanks for always treat me like a princess. Zee beruntung banget bisa punya Daddy kayak Daddy Aldrich kesayangan Zee." ujar Zee seraya memeluk tubuh Aldrich dengan erat. Air matanya menetes seketika membuat Aldrich melonggarkan pelukannya.

"Karena itu tugas Daddy, sayang. Itu tugas orang tua, oke."

"Yes, Daddy."

"Mommy juga mau peluk!"

Sekarang mereka berdua tengah melihat city light dari atas sini. Zee sembari menyeruput coklat hangatnya dengan tangan Al yang merangkul bahunya dengan erat, seolah tak membiarkan angin malam membuatnya kedinginan.

"Enak banget gak sih ngeliatnya, kayak bikin tenang aja gitu." ujar Zee membuat Al mengangguk.

"Iya. Kalo anget-angetan enak gak sih?" bisik Al di telinga Zee membuat gadis itu mendelik lalu memukul pelan pipi Al membuat lelaki itu terkekeh.

"Just kidding, babe." balas Al seraya terkekeh. "Kan kemarin udah, besok lagi lah atau besoknya lagi." lanjut Al seraya menaik turunkan alisnya menggoda.

"Fuck you." balas Zee dengan sengit membuat Al tertawa keras. "Jangan ketawa ih!" ucap Zee tak suka membuat Al menghentikan tawanya.

"Kenapa?"

"Orang-orang jadi pada ngeliatan lo, gue gak mau mereka jadi suka sama lo."

"I dont like them."

"Bisa aja kan entar lu kepincut sama cewek yang lebih cantik dari gue?"

"Gak akan mungkin. Why should I look for something more? when I already have you in my heart completely, that has succeeded in changing my world." balas Al dengan santai mampu membuat Zee ingin lompat dari atas gedung ini.

"Baper nih gue, jadi tambah cinta kan." ucap Zee membuat Al terkekeh lalu memeluk tubuh Zee sepenuhnya.

"Bucin banget gue jadinya, love you, babe." ucap Al membuat Zee tertawa lalu mengangguk.

"I love you too, boo." balas Zee seraya mendongak untuk menatap mata Al.

"Gemes banget sih boo segala." kekeh Al membuat Zee ikut terkekeh.

"Iya dong harus."

"Lo tau gak sih apa yang lebih indah dari ngeliat city light ini?" tanya Al membuat Zee mendongak lalu menggelengkan kepalanya.

"Emang apa?"

"Ngeliat lo ngedesah di bawah gue." bisik Al membuat wajah Zee merona malu.

"AL ANJING!" teriak Zee lalu berlari mengejar Al yang sudah berlari terlebih dahulu untuk menghindari amukannya. "AWAS YA LO KALO KETANGKEP!" lanjut Zee seraya menambah kecepatan larinya.

Al menoleh seraya tertawa keras, rasanya sangat ingin ia kembali membuat Zee mendesah nikmat di bawahnya. "Kejar lagi Zee sampe lu capek." teriak Al membuat Zee menggeram.

"Udah ah capek. Sini Al!" rengek Zee seraya menendang krikil-krikil kecil.

"Iya-iya. Maaf ya boo." ucap Al seraya menarik telinganya sendiri membuat bibir Zee berkedut menahan senyuman. "Jangan marah ih." ucap Al lagi lalu memeluk pinggang Zee dengan erat.

"Makanya jangan resek jadi orang."

"Iya boo, maaf ya. Tapi kan emang bener."

"Diem gak! gue marah beneran ya ini." ancam Zee membuat Al langsung tertawa keras dibuatnya, ada-ada saja kelakuan pacarnya ini, sangat menggemaskan.

"Iya, maaf ya, cintaku."

"Iya baiklah, cintaku." ujar Zee lalu mereka berdua tertawa keras. "Eh, besok nonton yuk!" ajak Zee dengan semangat membuat Al menaikkan sebelah alisnya.

"Di?"

"Bioskop lah."

"Gak usah."

"Terus dimana dong kalau gak di bioskop, aneh lo."

"Apart aja, netflix, just me and you its more than enough."

"Bagus juga, yaudah besok ya! pulang sekolah kita beli cemilan dulu di minimarket."

"Oke."

...

Love in Apartment [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang