LA | 38

84.2K 6.8K 1K
                                    

Di kamarnya kini Zee sedang duduk menatap jendela dengan tatapan kosong, tak lama air matanya kembali menetes lalu menatap perutnya lalu mengelusnya pelan. Kini tangisannya mengencang di tambah lagi sesegukan membuat siapapun yang melihatnya akan ikut merasakan kesedihan dan kerapuhan yang di rasakan Zee saat ini.

"Kenapa? kenapa nasib gue harus seburuk ini sih, gue iri banget sama orang-orang di luar sana yang hidupnya kerasa sempurna."

"Sekarang gue hamil, memang ini kesalahan gue tapi apa kesalahan ini gak pantas buat bahagia, anak gue nanti bakal lahir, dia butuh sosok ayah dan Daddy sama sekali gak pernah mikirin itu."

"Gue bukan cewek kuat yang bener-bener bisa ngelewatin masa-masa hamil sendiri tanpa suami, dan bahkan akan menjadi single parents. Gue gak bisa."

tok tok tok

"Zee, kamu belum makan dari semalem, ayo sayang makan, Mommy udah masakin makanan kesukaan kamu." ucap Elena dari luar kamar membuat Zee sangat muak.

Zee menghapus air matanya dengan masih melihat ke luar jendela yang sunyi ini, tak menghiraukan ketukan pintu yang makin lama makin mengencang di tambah lagi suara Mommy nya yang terus memanggil namanya.

"Zee, gak mau makan." ujar Zee pada akhirnya. "Masih kenyang, Mommy pergi aja dari sana." katanya lagi membuat hati Elena terenyuh.

"Zee, bisa kamu buka sebentar pintunya? Mommy pengen ngomong sama kamu, kita ngobrol bentar ya."

"No need mom, aku capek dan mau istirahat." balas Zee lagi setelah itu dia berjalan menuju ranjangnya dan menutup tubuhnya menggunakan selimut tebal itu. Tak memperdulikan Elena yang masih berusaha memanggil namanya dan membujuknya.

"Ok, kalo itu mau kamu, selamat istirahat princess Mommy, i love you."

Seketika air mata Zee kembali menetes saat mendengar suara Elena yang mengecil juga panggilan 'princess' itu, rasanya dia ingin kembali ke masa kecilnya, dimana kehidupannya tidak serumit sekarang.

"I love you more, mom." ujar Zee dengan nada rendah seraya menghapus air matanya yang tak berhenti menetes sedari tadi.

"Al, i need you here, now." gumamnya pada diri sendiri. "Daddy jahat banget ya?" senyumnya begitu pedih saat ini lalu tak lama menutup matanya yang terasa sangat berat akibat tak tidur semalaman.

...

Aldebaran kini sedang berkumpul dengan teman-temannya, sedari tadi hanya diam seraya mengapit rokok di kedua jarinya, selama dia disini dia sudah hampir menghabiskan satu kotak rokok membuat temannya kebingungan.

"Lo, kalo mau mati gak gini caranya, Al." ujar Darren.

"Coba lu cerita deh Al, lu kenapa? lu udah ngabisin satu kotak rokok dalam waktu satu jam-an anjing, kita aja sampe gak kebagian." ujar Axel.

"Itu emang punya dia, gak kayak lu minta mulu." sahut Bara sinis. "Sekarang lu cerita Al, lu ada masalah? gak harus ngelampiasin ke rokok segala, kita ada buat apa kalo gak bisa dengerin lu cerita dan bantuin masalah lu, ngomong lah Al." ujar Bara panjang membuat Al menoleh lalu menghembuskan nafasnya berat.

Al mematikan rokoknya lalu mengusap wajahnya kasar. "Zee, hamil." ujarnya dengan cepat mampu membuat ketiga temannya menganga lebar.

"Wow." ujar ketiganya serempak.

"Bener-bener hebat, gue speechless bangsat." ucap Axel.

"Benih lu semanjur itu Al, sampe sekali masuk langsung jadi? gila sih, lo bener-bener buat gue kek anjiiing, ini lo lagi gak boongin kita kan?" sahut Darren benar-benar tak percaya.

"Keren sih Al, sumpah. Gila gila gila, lo mau jadi bapak Al, sumpah keren sih! apa gue ajakin Violette buat anak juga?" kata Axel lagi.

"Mana mau Violette sama lu." ucap Bara meremehkan. "Al ini beneran kan? bagi tips dong yang manjur, gue juga pengen buat sama Senja." kata Bara seraya cengar-cengir.

"Bisa serius gak sih?" kata Al dengan nada rendahnya seraya menatap ketiganya dalam membuat mereka meneguk saliva nya gugup.

"Jadi, apa yang buat lo dari tadi diem Al? gak mungkin lo gak di restuin sama bokap nyokap nya Zee kan?" tanya Bara seraya memandang Axel dan Darren bergantian.

"Iya Al, apa lo takut buat bilang?" tanya Axel.

"Kalo emang iya entar kita bantuin Al, yang penting lu mau tanggung jawab kan?" kata Darren pula.

"There's the problem, even gue udah mau tanggung jawab pun orang tuanya Zee gak mau gue nikahin Zee, dan luka-luka ini gue dapetin dari bokapnya Zee kemarin pas gue minta izin buat tanggung jawab." ujar Al seraya menunjukkan luka juga memar yang terdapat dari beberapa bagian tubuhnya. Seperti, muka juga tangannya.

"Gue udah ngakuin kesalahan gue, tapi mereka gak terima dan tetep gak ngebolehin gue buat nikahin Zee, bahkan buat ketemu Zee lagi pun gue gak di kasih izin sama mereka."

"And now it feels like I really can't think, I lost everything and I want to die." ujar Al dengan nada frustasinya, seakan sudah sangat lelah dan tak tau harus apa saat ini. "Gue bodoh banget ya, gara-gara gue semuanya jadi gini, berantakan."

"Jangan mikir kayak gitu lah, ini bukan cuma salah lo doang Al, dua-dua mau, sama-sama nikmatin, ya gak ada yang harus di salahin lah." ujar Darren.

"Yang salah orang tuanya, kenapa harus cowok sama cewe satu atap. Kita mah remaja yang baru mau dewasa, nafsu lagi naik-naik nya, gak bisa nge-kontrol." sahut Axel pula.

"Bener sih apa yang di bilang mereka Al, dan kalo pun lo berpikiran mau mati kayak gini, apa masalah nya bisa kelar? malah lu ngebuat masalah baru, gimana cara lo buat memperbaikin semuanya kalo gitu caranya? ini masih bisa di selesaiin Al, i know what you feel now, tapi pasti ada jalan keluarnya." ucap Bara.

"Kita bakal bantu lo buat nyelesaiin semuanya Al, kita pikirin solusinya bareng-bareng ya." ucapnya lagi.

"Lo tau kan kalo Zee itu anak satu-satunya yang mereka punya Al? gue rasa wajar kalo mereka marah sama lo, dan mereka kemarin marah sama lo mungkin karena terbawa suasana, mereka kaget, mereka gak abis pikir dan belum bisa mikir jernih saat itu." ucap Darren memberi pengertian kepada Al.

"Bener sih kata Darren, mereka lagi emosi aja kemarin karena kaget pas tau anak nya hamil. Dan sekarang lu harus tunggu keadaannya bener-bener membaik dan reda gitu, abis itu lu omongin baik-baik lagi sama orang tua Zee, nanti kita bantu juga ya." ucap Axel.

Al tersenyum simpul lalu memeluk singkat ketiga temannya dengan haru. "Thank you."

"Kek sama siapa aja, mau di gampar lu?"

"Gue gampar lebih kenceng."

"Yaudah gak usah worry lagi, hari ini kita have fun oke? ngopi bang."

"Yakali gak ngopi, kuy gas ngeng."

"Ngeng!"

Zee lagi apa sekarang? dia gimana ya? boo, i miss you so much, i hope you are fine.

...

Love in Apartment [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang