LA | 7

330K 16.5K 1.6K
                                    

Sekarang mereka berlima tengah duduk di ruang tamu Apartment Zee dengan perempuan itu yang sedang mengobati luka-luka Al dan ketiga teman Al yang sedang sibuk memakan cemilan milik Zee.

"Sakit banget kan, Al?" tanya Zee dengan perasaan kasihan.

"Nggak."

"Boong banget deh, lo."

"Udah tau nanya." balas Al dengan datar membuat Zee kesal.

"Untung aja lo lagi luka gini kalo nggak udah gue pukul!" geram Zee seraya menunjukkan kepalan tangannya, Al hanya acuh menanggapinya.

"Pulang sana." usir Al pada ketiga temannya saat Zee telah selesai mengobati lukanya yang sedang menaruh kotak obat di tempatnya kembali.

"Idih si bos, pake segala acara ngusir. Entar lah bos, gue masih laper ini." ucap Axel.

"Iya bos, jangan pelit-pelit kenapa. Ya ga bu bos? kita masih boleh disini kan?" sahut Darren lalu bertanya pada Zee yang telah kembali duduk di sebelah Al.

"Eh iya, gakpapa kok."

"Tuh bos!" sahut ketiganya cepat.

"Berisik, sana ah." sentak Al membuat mereka terkekeh.

"Aduh demi deh, gue jadi jelek banget anjir gara-gara luka-luka gini." ucap Bara seraya melihat wajah lebamnya di cermin, tak menghiraukan tatapan tajam Al.

"Emang lu udah jelek dari sananya, dih." balas Axel seraya mendelik membuat Bara menoyor kepala itu kesal.

"Enak aja lo bilang! aduh gue jadi takut entar si Senja gak klepek-klepek lagi sama gue." ucap Bara lagi membuat mereka tertawa kecuali Al.

"Cie! kak Bara udah mulai suka nih sama Senja?" goda Zee membuat Bara tersenyum malu dengan tangan yang menutup mulutnya sendiri.

"Najis muka lo kek bencong kesemsem, Bar, ngeri gua." ucap Darren lalu menendang kaki Bara membuat Bara tertawa kencang.

"Kerasukan nih bocah, asli dah." ucap Axel pula seraya menggelengkan kepalanya.

"Kapan waras?" tanya Al membuat mereka semua tertawa terpingkal-pingkal sedangkan Bara sudah cemberut.

"Ternistakan gua disini, awas ya lu pada!" ucap Bara kesal.

"Pulang sana." ujar Al sudah jengah.

"Iya, pulang sana lu!" ucap Axel seraya mendorong bahu Bara.

"Kalian semua." sahut Al membuat mereka bertiga berdecak malas lalu merengek-rengek. "Berisik."

"Udah ih Al, gakpapa tau." ucap Zee seraya menyikut lengan Al.

"Balik sana cepet!" teriak Al.

"Iya deh iya yang mau main kuda-kudaan mah emang beda banget, kita disuruh cepet-cepet pulang dah." ucap Axel seraya memungut bekas ciki nya.

"Iya nih yang mau sah-sahan, jan lupa ya bos yang menghasilkan buah hati." cengir Darren seraya menaik turunkan alisnya menggoda. "Ati-ati Zee, si bos mah sok kalem aja disini, di ranjang mah beuh buas cuy." ucap Darren lagi membuat wajah Zee merona malu sedangkan Al sudah naik pitam.

"Jangan lupa pake pengaman ya bos! entar bablas—"

"KABOOR!" teriak mereka bertiga saat Al telah berdiri duduknya.

"Al, malu banget ya ampun." ucap Zee membuat Al menoleh lalu terkekeh.

"Kita kan masih pake tangan." goda Al lagi membuat Zee memukul lengan Al dengan kencang.

"Mulutnya gak di filter banget!" kesal Zee dengan mata melotot tajam.

"Kan emang bener." acuh Al membuat Zee mendengus kesal. "Wanna play?" goda Al semakin gencar membuat Zee berteriak kencang seraya memukul tubuh Al dengan bringas.

Zee duduk di pangkuan Al yang sedang mengeringi rambutnya menggunakan hair dryer sembari mempoles wajahnya dengan skincare routine nya.

"Udah." ujar Al membuat Zee mendongak lalu mengangguk.

"Pakein baju." ucap Zee lalu membuka handuk yang tadi melilit tubuhnya.

"Gak usah pake baju lebih bagus." balas Al membuat Zee terkekeh lalu berjalan menuju wardrobe. "Nih pake lingerie yang ini aja ya." ucap Zee pada Al membuat laki-laki itu mengangguk.

Senja mengisi luasnya Cakrawala, merubah warna langit yang awalnya biru mendominasi seisinya lalu tergantikan menjadi semburat jingga dengan merah jambu, sangatlah indah kala manik mata memandangnya.

Zee tengah asik dengan pikirannya sambil menyesap kopi melihat matahari terbenam indah dari atas balkonnya ini. Derap kaki seseorang masuk ke dalam kamarnya lalu menghampirinya dengan melingkarkan tangan ke perutnya.

"Asik banget." ucapnya membuat Zee berdeham lalu menyenderkan tubuhnya ke dada Al, dengan masih membelakangi pria itu.

"Cantik banget ya, langitnya."

"Cantikan, lo."

"Bisa aja mulut buaya ngomong." Al terkekeh mendengarnya lalu mengecup singkat pipi perempuan itu.

"Jujur gue mah. Masuk yuk, gak dingin lo?"

"Gendong, maunya."

Dengan mudah Al langsung menyelipkan tangannya di atara kedua kaki itu membuat tangan Zee langsung mengalung di leher Al. "Untung udah abis minuman gue, kalo ga. Tumpah tuh di badan lo."

"Badan lo aja, gimana."

"Kok malah nawar."

Al menaruh gelas itu di atas meja setelah merebahkan tubuh Zee di atas ranjangnya. Lalu ikut naik dan memeluk tubuh gadis itu dengan erat. Menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Zee. Nafasnya berhembus teratur membuat bulu kuduk Zee naik. Nafasnya hangat, mana bernafas tepat di salah satu tempat sensitifnya. Al, sengaja?

"Al." tegur Zee membuatnya tambah mengeratkan pelukannya. "Sesak gue, gak bisa nafas."

"Lebay banget."

"Pala lo, lebay."

"Mulut lo, ya."

"Kenapa mulut gue?"

"Gue cium sampe pingsan, mampus lo."

"Itu baru lebay."

"Oh, nantangin?"

Bertaruh lah kita semua, bahwa bakal ada pertempuran yang menarik setelah ini. Dari dalam kamar itu terdengar desahan sahut-menyahut membuat orang yang mungkin mendengarkan akan ikut meremang.

Al, memasukkan kedua jarinya ke dalam lubang itu dengan memaju mundurkannya dengan cepat membuat tubuh Zee seakan terguncang, wajahnya menghadap ke atas, mulutnya terbuka menahan desahan yang sebentar lagi akan keluar darisana.

Tubuh mereka saling menempel dengan mulut Al yang tak berhenti mengulum dada Zee membuat gadis itu mencengkram bahu Al menyalurkan kenikmatan yang Ia terima.

"Al.. I wanna cum. Ah.. Al."

"Keluarin sekarang, babe." katanya membuat cairan itu menyembur keluar dengan bersamaan jarinya Ia keluarkan dari dalam sana.

"Ah.. Shit." desahnya begitu panjang membuat Al tambah tergoda. Sungguh, dengan keadaan seperti ini wajah Zee tambah terlihat begitu menawan. Sangatlah cantik.

"Give me a cum." ucap Al mengubah posisi mereka membuat seringai nakal tercetak jelas di wajah gadis itu.

"I will give you pleasure, as if you were in heaven, babe."

...

Love in Apartment [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang