LA | 21

229K 10.9K 413
                                    

Zee mencepol asal rambutnya seraya menuruni anak tangga dengan santai, lalu membuka ponselnya yang berdering tanda ada panggilan masuk. Dengan segera Ia memencet icon hijau setelah tahu ibunya yang menelpon.

"Siapa?" tanya Al setelah Zee kembali menaruh ponselnya kembali ke atas meja.

"Mommy. Gue di suruh balik ke rumah, di suruh nginep disana beberapa hari gitu, gakpapa kan?" jelas Zee lalu bertanya setelahnya.

"Oh. Ya gakpapa, kenapa emang?" Al balik bertanya.

"Lo gak usah ngawal gue selama di rumah bokap nyokap." katanya lagi membuat Al mengangguk. 

"Kangen dong." cebik Al lalu memeluk tubuh Zee dari samping membuat sang empu terkekeh.

"Iyalah, gue kan emang ngangenin banget, pake kuadrat." sombong Zee membuat Al berdecak.

"Lama?" tanyanya.

"Paling satu mingguan gitu. Lo balik ke rumah aja, jangan ke Apart lo." suruh Zee membuat Al menggeleng.

"Males."

"Lo mah gitu Al. Entar makan apa kalo sendirian disana? masa nge-junk food terus, pulang ke rumah aja lah."

"Gue bisa masak, kalo lo lupa."

"Tapi lebih banyak malesnya. kalo lo lupa."

"Males ah, gue Apart aja, kalo di rumah bunda suka ngomel."

"Gue juga suka ngomel, sekarang aja lagi ngomel. Kenapa gak males?"

"Udah cinta mati sih, gue." katanya membuat Zee menyikut perutnya dengan sebal.

"GOMBAL! DI AJARIN SIAPA IH, NGAKU." teriak Zee membuat Al tertawa.

"Gak gombal, sayang."

"Terserah deh, gak usah macem-macem tapinya."

"Satu macem doang." santainya membuat Zee memukul lengan itu kencang. "Iya, nggak sayang. Paling sama Bara, Axel, Darren." lanjutnya membuat Zee berdeham.

"Awas aja ketauan main cewek."

"Aku gak pernah gitu ya!" bantah Al cepat membuat Zee terkekeh lalu mengangguk.

"Percaya aku mah." balasnya lalu mengecup pipi Al membuat sang empu tersenyum senang.

"Bakal kangen dong, entar gak bisa peluk, cium—"

"Satu minggu doang, gak usah lebay, ya."

"Ya lama, ldr."

"Pala lo ldr, beda rumah doang, masih di satu kota kita."

"Tetep aja."

"Iyain deh, cintanya aku." gemas Zee lalu memeluk tubuh Al membuat lelaki itu tersenyum lalu mengecup leher jenjang Zee dengan lembut.

"Kapan?" tanya Al.

"Entar sore, anter ya."

"Cepet banget ih."

"Gak tau tuh Mommy sama Daddy. Kangen kali ya sama aku."

"Iya."

...

"Jangan kangen Zee ya Al. Tante sama Om dulu yang sama Zee nya satu minggu." goda Elena membuat Al menyengir seraya menggaruk tekuknya yang tak gatal.

"Pulang kerumah boy. Biar gak di marahin bunda sama Daddy kamu." ucap Aldrich membuat Al terkekeh."

"Gak janji om." balasnya pelan.

"Emang banget Dad, marahin aja Al nya, sama Zee aja gak nurut." sinis Zee membuat Al memelas.

"Gak gitu, sayang."

"Bodo, tetep aja."

"Hayo loh, gak boleh berantem!" seru Elena menengahi keduanya.

"Yaudah kalo gitu, saya pamit, om tante." ujar Al lalu menyalami keduanya bergantian.

"Iya, hati-hati ya Al. Salam buat Eliza." pesan Elena membuat Al mengangguk. "Anterin sana pacarnya ke depan." suruh Elena pada Zee membuat gadis itu mengangguk lalu mereka berjalan berdampingan.

"Jangan bete gitu dong mukanya." ucap Al membuat Zee berdeham.

"Nggak."

"Itu apa."

"Iya nggak, sayang."

"Gitu dong. Gue pulang ya?"

"Entar telfon." balas Zee seraya tersenyum membuat Al mengangguk lalu memeluk tubuh gadisnya.

"Jangan bandel." pesannya.

"Lo tuh harusnya yang gue bilangin gitu." cibir Zee seraya membalas pelukan Al membuat lelaki itu terkekeh.

"Iya, gak bandel gue." Al menjawab dengan nurut.

"Pokoknya selama gak tinggal bareng, lo gak boleh makan junk food. Pokoknya gak boleh."

"Padahal lo juga suka, tuh."

"Gak usah playing victim deh." dengus Zee membuat Al tertawa kencang.

"Bahasa lo playing victim, sama aja kita tuh." gemas Al lalu menyentil kening gadisnya membuat Zee mengaduh kesakitan.

"Ih malah sentil-sentil! gue tabok ya lo." Zee mengangkat tangannya ke udara membuat Al langsung menahannya lalu mengecupnya.

"Gak boleh kasar sayaaaang."

"Ih bisaan aja biar aku gak jadi marah." malas Zee lalu memeluk leher Al membuat lelaki itu gemas lalu mengangkat tubuh Zee ke gendongan koalanya.

"Aku pulang sekarang, nih?"

"Iya, tapi jangan lupa kabarin kalo udah sampe Apart kamu." pesan Zee membuat Al mengangguk.

"Bye, i love you." ucap Al setelah mengecup kening dan pipi Zee bergantian lalu menurunkan Zee dari gendongannya.

"Love you too. Hati-hati di jalan ya."

"Now playing, Tulus. Hati-hati di jalan." candanya membuat Zee tertawa lagi.

Al menyalakan mesin motornya, mengenakan helm lalu melayangkan fly kiss nya sebelum meninggalkan pekarangan rumah itu.

Zee terkekeh lalu tersenyum salah tingkah di buatnya, dengan cepat ia berlari masuk ke dalam rumah kembali.

...

Love in Apartment [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang