LA | 27

186K 10.6K 1.5K
                                    

Sedari tadi Zee mondar-mandir seperti setrika rusak di kamarnya seraya menggigiti kukunya dengan perasaan gelisah. Tak lama Al masuk ke dalam kamar setelah kembali dari mini market membuat Zee langsung menatap Al dengan mata berkaca-kacanya.

"Hey, calm down. Everything gonna be alright, boo. Apapun hasilnya terima aja ya, gue bakal tetep ada di samping lo." ujar Al menenangkan Zee yang sedari tadi cemas.

Mungkin kalian telah menerka-nerka. Al kembali dari minimarket ke Apartment setelah membeli testpack untuk mengetes apakah Zee hamil atau tidak, karena Zee telah telat menstruasi satu minggu setelah kejadian dimana mereka berhubungan badan. Padahal mereka memakai pengaman, kala itu.

"Al, i'm so scared." ujarnya dengan pelan seraya memegang testpack kehamilan itu. "Gue takut sama hasilnya, gue takut memang hasilnya positif Al. Gue takut mommy dan daddy kecewa sama gue. Gue gak mau mereka marah—"

"No, boo. Everything gonna be okay, sekarang lo tes di kamar mandi ya? gue tungguin di depan pintu, atau gue ikut masuk temenin lo?"

"No." jawab Zee dengan cepat seraya menggelengkan kepalanya. "Gue sendiri aja, lo tunggu disini, ya." pinta Zee membuat Al mengangguk lalu mengelus pipi Zee dengan lembut.

Zee masuk ke kamar mandi dan tak lupa untuk menutupnya kembali. Sedangkan di luar kamar mandi, Al menunggu dengan harap-harap cemas. Akan ada dua kemungkinan, yaitu positif atau negatif nantinya. Jika memang hasilnya positif, dia akan tetap menyuruh Zee untuk mempertahankan janin itu dan akan langsung menemui orang tua Zee juga orang tuanya dan pastinya akan menerima kosekuensinya. Jika hasilnya negatif, ya buat lagi.

"Ck, otak gue." gumamnya seraya memukul kepalanya dua kali lalu melihat ke arah pintu dimana Zee belum juga memunculkan batang hidungnya.

Ia kembali mengingat, dimana terakhir mereka melakukan hubungan seksual itu. Dia, mengetukkan jarinya di kepala berusaha mengingat, kejadian ceroboh apa yang menimpanya kala itu. Seingatnya betul, mereka menggunakan pengaman. Bahkan sampai berganti tiga atau empat kali.

"Zee, sayang? udah belom?" teriaknya di depan pintu kamar mandi itu.

Di dalam Zee sedang mati-matian menahan air matanya lalu menghembuskan nafanya berulang kali  lalu dengan cepat membuka pintu kamar mandi dan memeluk tubuh Al membuat lelaki itu hampir saja kehilangan keseimbangannya karena gerakan Zee yang tiba-tiba itu.

Zee menangis tersedu-sedu membuat Al panik bukan main dengan reaksi Zee yang seperti ini. Al masih berusaha menenangkan Zee dengan cara mengelus punggung itu dengan selembut mungkin.

"Oke, now tell me, Zee, apa hasilnya, sayang?" tanya Al seraya menatap mata Zee dan testpack yang masih berada di genggaman Zee bergantian.

"H-hasilnya, hasilnya negative and now i'm so happy." ujar Zee dengan senang membuat Al menghembuskan nafasnya dengan dalam. "Maaf, bukannya gue gak seneng kalo ada Al junior di dalem rahim gue, but i'm not ready to be a teen mom, boo." lanjutnya membuat Al tersenyum.

"It's okay, i know what you mean boo. Dan gue paham, gue ngerti banget dan gue gak mempermasalahin itu sama sekali kok. Emang umur kita berdua juga masih sangat muda buat jadi orang tua." balas Al dengan senyum manisnya membuat hati Zee menghangat lalu memeluk tubuh Al kembali.

Love in Apartment [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang