LA | 35

128K 9.4K 1.1K
                                    

Setelah pulang sekolah tadi sekarang mereka tengah bersantai di ruang tamu sembari menonton televisi dan memakan cemilan. Zee menyandarkan kepalanya di bahu Al lalu menatap lelaki itu dengan tatapan yang sulit di artikan oleh Al.

"Kenapa?" tanya Al lebih dulu.

Zee menyengir. "Pengen, nasi jenggo yang pernah kita makan di pinggir pantai." ujarnya membuat Al mengerutkan keningnya aneh.

"Tengah malem begini? yakali, masih ada yang jual, Zee." balas Al lalu mengarahkan kembali matanya ke televisi.

"Cari lah. Ayo, buruan. Gue bener-bener kepengen."

"Lo, aneh banget."

"Aneh apanya sih, lo tuh yang aneh."

"Ya, lo tiba-tiba pengen nasi jenggo yang di jual abang-abang keliling."

"Ya, gimana kalo gue pengennya itu, gue pengen banget, Al."

"Lu kayak ngidam, hamil ya?" ceplos Al membuat Zee melotot lalu memukul mulut Al dengan tangannya.

"Mulut lu ya, filter napa."

"Ya lagian, gak biasanya aja gitu."

"Emang harus biasa dulu apa baru boleh."

"Ya gak gitu, tapi kan ini tiba-tiba, tengah malem lagi, mana ada yang jualan."

"Baru gue minta nasi jenggo malem-malem, bukan minta dibeliin pantainya." ucapnya dengan kesal lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Zee, kenapa sih?" ujarnya melas. "AYO SAYANG CEPETAN SIAP-SIAP!" teriak Al kembali setelah lama berfikir.

Zee yang mendengarnya langsung bergegas mengganti pakaian. Al yang tak mendapat balasan langsung saja naik ke kamar sembari menenteng kunci mobil yang baru saja ia ambil kemarin malam dari rumahnya.

"Ayo!" ujar Zee terlebih dahulu saat Al yang baru saja ingin membuka pintu kamar.

Al memegang dadanya kaget melihat Zee yang tiba-tiba muncul dengan senang hatinya. "Bikin kaget aja lo, yaudah ayo." katanya lalu menggandeng tangan Zee menuju parkiran.

...

Zee dengan semangatnya keluar dari mobil membuat Al menggelengkan kepalanya. Setelah mereka berkeling mencari tempat yang menjual nasi jenggo yang masih buka.

"Gue, harus tanya sih." gumam Al. "Sayang jangan lari-lari, nanti jatoh." lanjut Al dan mengejar Zee yang telah memesan makanan terlebih dahulu.

"Udah gue pesenin, empat porsi." kata Zee membuat Al menyerngit.

"Tiganya buat siapa?"

"Buat gue lah, buat lo satu." jawab Zee dengan santai lalu berjalan mendahului Al kembali menuju tempat duduk.

"Fix aneh." Al menggeleng-gelengkan kepalanya lalu segera menyusul Zee. "Lo, ngidam ya?" tanya Al setelah duduk di hadapan Zee.

"Mulutnya ih, emang gue hamil apa?" sewot Zee.

"Lo nggak ngerasa apa kalo lo kayak orang hamil akhir-akhir ini?" tanya Al dengan raut wajah serius membuat Zee termenung dan menunduk menatap perut ratanya.

"Hamil? gue— gue gak tau.."

"Gak usah di pikirin, lo gak hamil kok."

"Kalo emang iya gimana?" tanya Zee dengan cemas.

"Kalo iya, ya kita nikah."

"Gak semudah itu, Al."

"Emang kalo gak nikah terus gimana, Zee?"

"Gue, gak yakin Daddy bisa nerima semuanya gitu aja, kalo emang iya gue hamil."

"Gue bakal tanggung jawab, gue yang bakal urus semuanya, lo tenang aja ya, yakin aja kita bisa ngelewatin ini semua." kata Al meyakinkan Zee seraya menggenggam kedua tangan perempuan itu dengan erat.

"Permisi, ini pesenannya." kata orang itu membuat mereka langsung melepaskan tangan dengan canggung lalu berterima kasih.

"Enak banget, gak berubah rasanya." ujar Zee dengan senang membuat Al tersenyum lalu mulai memakan nasi nya.

"Besok kita periksa ya?" ucap Al meminta persetujuan. "Testpack aja sayang, entar gue yang beliin." lanjut Al membuat Zee menarik nafasnya dengan berat.

"O-okay, boo."

"Good girl, love you." ungkap Al seraya mengusap kepala Zee dengan gemas lalu mencium kening itu setelahnya.

"Love you too, boo." balas Zee seraya tersenyum manis. "Abis ini gue pengen minum kopi ya, di starbucks aja." lanjut Zee lalu memakan kembali mie nya.

"Iya."

"Gue pengen asinan itu!" tunjuk Zee ke arah penjual asinan di sebrang tempat ini.

"Bukannya,lo gak suka?" tanya Al dengan mata memicing.

"Emang iya? ya gak tau deh gue kepengen aja, kayaknya seger aja gitu."

"Lo bener-bener aneh."

"Yes i'm ms. weird, as you said." balas Zee dengan acuh seraya mengedikkan bahunya membuat zal mendengus lalu menyebrang jalan menuju tempat penjual asinan itu.

Zee tersenyum senang melihatnya lalu dengan cepat memakan nasi nya kembali sebelum dingin dan tak enak di makan lagi.

"Kayaknya pengen sate, juga deh."

"Es buah enak juga ya."

"Buah durian juga enak banget pasti."

"Oke gue mau semua itu."

"Lo gak suka itu semua kecuali es buah Zee."

...

Love in Apartment [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang