Jangan mengaku bodoh kalau tidak pernah ke perpustakaan, karena sejatinya perpustakaan adalah tempat orang-orang bodoh yang punya rasa keingintahuan.
~Malven Arion~
Jika saya cerdas, pintar, maka saya tidak berada di sini. Seperti itulah pikiran Malven yang sesungguhnya. Walaupun teman-temannya meng-klaim dirinya mahasiswa yang cerdas, tetapi Malven sendiri justru meng-klaim dirinya bodoh karena sering ke perpustakaan untuk mencari informasi mengenai tugas akhir kuliahnya.
Berada di ruangan megah dengan rentetan buku yang tertata rapi sudah menjadi pemandangan indah sehari-hari bagi Malven, bukan hanya untuk mengerjakan tugas, melainkan untuk menenangkan pikirannya dikala stres menghampiri.
Malven tengah duduk manis di sana, dengan mata yang terfokus di layar laptop dan jari yang lincah untuk mengetik, sampai-sampai Malven mengabaikan notifikasi WA.
Suara nyaring dari HP-nya kini berbunyi kembali, tetapi Malven tidak mengangkat telponnya.
"Berhenti dulu, Vin. Itu HP lo bunyi terus," ucap Gerry yang terganggu.
"Tolong disilent atau matikan HP gue!"
"Bokap lo tuh." Gerry memberi tahu.
"Siapapun itu, gue lagi nggak mau diganggu!" Tatapan Malven masih terfokus ke layar laptop.
Gerry akhirnya menuruti Malven, tetapi Gerry berniat untuk mengangkatnya. Dia membawa HP Malven ke luar lalu menggeser tombol hijaunya
Halo
Halo, Malven. Kenapa ngangkatnya lama? Ada tugas untukmu, tetapi sebelum kuberi tahu. Kau pulang ke Kanada!
Gerry tampak bingung ingin mengatakan apa, terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat. Ngapain gue ya ngangkat telpon? Bodoh sekali aku ini, batin Gerry sembari mengetuk kepalanya ke tembok.
Halo, kau baik-baik saja kan Vin?
Baik, Om. Malven alhamdulillah baik, sekarang lagi ngerjain tugas di perpustakaan. Nanti saya sampaikan ke Malven, kalau boleh tahu ... buat apa om meminta Malven untuk pulang? Sedangkan dia sebentar lagi akan wisuda.
Heh! Kau siapa? Berani-beraninya pegang HP Malven. Serahkan HP-nya ke Malven!
Gerry menjambak rambutnya, dia tidak mungkin menganggu Malven saat ini.
Maaf, Pak. Sepertinya tidak bisa, Malven sedang sibuk-sibuknya dan saya tidak mau menganggu dia.
Tut tut tut ...
Telepon pun berhenti dan itu cukup membuat Gerry lega. Dia melangkahkan kakinya menemui Malven, lalu meminta maaf terlebih dahulu karena lancang mengangkat telfon tadi.
"Vin," panggil Gerry yang sudah dengan perasaan santai.
"Hmm."
"Maaf ya, gue angkat telpon bokap lo tadi."
"Ya, its ok. Makasih ya," singkatnya.
"Tapi ... "
"Hmm?"
"Gue nggak tau kenapa, soalnya bokap lo nggak ngasih tau. Lo disuruh pulang ke Kanada secepatnya, ada tugas katanya."
"Ngaco! Tugas? Hah, tugas apaan?!"
"Gue juga nggak tau, bokap lo bilangnya bakal dikasih tau kalo lo udah ke Kanada."
"Makasih informasinya."
"Sama-sama, jangan lupa makan bro!" Gerry mengingatkan sebelum dia meninggalkan perpustakaan.
Jiwa ambisnya akan terus kokoh, Malven tidak mungkin pulang sebelum wisuda yang sudah ditargetkan lulus bulan depan. Dia mengira ayahnya sedang bercanda, atau mungkin gangguan jiwa karena belum bisa mengikhlaskan istrinya yang telah tiada.
Halo gaess, menurut kalian Malven pulang disuruh ngapain? Ngurus ayahnya kah atau apa?
Hayo tebak😂
Jangan lupa vote yaa😉 dan follow akun ini, terima kasihh🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mystery / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...