"Langit sudah cerah, seperti masalahku saat ini. Aku akan pergi dan tak tahu kapan akan kembali."
~ Malven Arion ~
Malven ke ruang tamu dengan membawa beberapa makanan untuk teman-temannya yang akan segera meninggalkan Kanada.
Malven duduk di sebelah Rafael, sedangkan Meta, Kevano, dan Gerry berhadapan dengannya. Mereka membicarakan hal-hal konyol yang pernah dialaminya. Hingga pada menit setelahnya, Malven teringat akan sesuatu yang perlu ditanyakan pada Rafael.
"Gimana kabarnya? Aman kan?" bisik Malven pada Rafael saat Gerry dan Kevano sedang asik bercerita.
"Hah, siapa?" Dengan PD-nya Rafael menanggapi Malven tanpa berbisik sepertinya. Hal itu membuat teman-temannya langsung memusat pada Rafael.
"Itu, yang di sana," lirih Malven yang belum sadar dirinya juga diperhatikan oleh teman-temannya.
"Oh, aman. Tepatin janji aja, nanti gue siapin acaranya," balas Rafael yang paham maksud Malven.
Kevano yang tidak tahu apa-apa pun tak mau kalah. Ia menanggapi ucapan Rafael sesuai nalarnya sendiri.
"Vin, lo mau nikah sama Meisha? Kapan? Diem-diem udah urus acara aja sih," timpal Kevano.
Samar-samar Meisha mendengar ucapan Kevano dari kamar karena memang nada bicaranya cukup keras.
"Malven serius?" gumam Meisha sembari tersenyum sipu.
"Eh, eh ... stop! Jangan bahas itu, ok." Malven menggerakkan tangannya tanda pembahasan telah berakhir.
"Ya udah, semoga lancar aja," sahut Meta.
"Aamiin." Anehnya Malven menanggapi Meta padahal dia sendiri yang mengakhirinya.
Beberapa menit kemudian, Kevano, Meta, dan Rafael pamit terbang ke Kanada. Ralat, Rafael ke Indonesia. Malven hanya bisa mengantarkannya sampai bandara bersama Gerry dan Meisha.
Kini hidup Malven sudah lebih tenang dari sebelumnya. Ia memanfaatkan waktunya dengan baik dan mempersiapkan diri untuk kembali ke asal negaranya setelah tugas akhir kuliahnya selesai agar bisa berkumpul lagi dengan sang ayah. Sedangkan Meisha, ia diberi kebebasan untuk mencari pasangan yang ia cintai. Namun, ia berharap Malven akan membawanya pulang ke Kanada.
"Aku akan mengikutimu, Vin. Percayalah, aku tidak akan berulah lagi," gumam Meisha pada Malven.
"Tempatmu di sini, dan tempatku di sana. Jangan merepotkan dirimu sendiri," jawab Malven.
"Aku hanya punya kamu. Aku akan tetap mengikutimu." Meisha masih kukuh pada pilihannya.
"Akan kupertimbangkan lagi." Malven melepas senyum manisnya pada gadis yang terlanjur hadir dalam hidupnya.
Beberapa bulan kemudian. Akhirnya Malven memberikan keputusan terbaiknya bahwa Malven akan membawa Meisha ke Kanada. Meisha pun senang tidak karuan hingga tidak sadar ia telah memeluk erat Malven.
Dan kisah mereka pun berakhir di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mystery / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...