Meisha ingin kabur dari apartemen Malven. Dirinya sudah tidak betah berada di sini karena terabaikan oleh sang pemilik dan sahabatnya itu. Namun, sayangnya Meisha masih belum tahu password-nya hingga dengan berat hati gadis itu harus menghilangkan kejenuhannya dengan melanjutkan menonton drama korea.
Gadis itu telah banyak memakan camilan milik Malven yang baru saja ia beli tadi pagi. Tidak peduli Malven akan marah padanya, yang jelas kini Meisha sangat bosan.
Direbahkannya tubuh mungil itu santai dengan tangan kiri yang menyangga kepalanya. Meisha mengambil ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada Malven karena sudah berkali-kali Meisha teriaki, tetapi laki-laki itu tidak menampakkan batang hidungnya.
Malven tidak membalas pesan Meisha, dibaca pun tidak. Sungguh penasaran apa yang Malven lakukan di ruangan itu. Sesekali Meisha melihat pintu yang Malven masuki. Ada apa di dalamnya? batin Meisha ingin tahu.
"Telfon!" kata Meisha yang menurutnya itu adalah ide cemerlang. "Ternyata banyak akal juga, ya," katanya lagi.
Malven yang tengah sibuk memainkan jarinya pun menghentikan kegiatannya terlebih dahulu. Mengira bunyi itu adalah panggilan dari Kevano.
"Astaga, ini satu manusia lagi ngapain sih!" dercak Malven yang kesal juga khawatir terjadi apa-apa dengannya.
Malven mengangkat teleponnya sekaligus keluar dari ruangan itu untuk memastikan Meisha dalam keadaan baik-baik saja.
"MEISHA," panggil Malven keras, sebab Meisha tidak bersuara di dalam ponsel. "Meisha, kamu di mana?" panggil lagi yang masih belum ada sahutan.
Jantungnya kini memompa darah dengan cepat, perasaan khawatir pun terus meningkat lantaran Meisha yang tiba-tiba menghilang. Malven mengunci kembali pintu ruang rahasia itu lalu mencari Meisha ke seluruh ruangan.
"Meisha! Maafin gue," teriak Malven yang panik itu karena sudah meninggalkan Meisha sendirian.
Apa Meisha dibawa kabur sama Gerry? Cuma Gerry yang tahu password-nya. Nggak mungkin Meisha keluar sendiri, kata Malven dalam hati sembari melihat pintu keluar apartemennya.
"Parah lo, Ger!" ucap Malven. Tanpa berkata-kata lagi, Malven langsung menelepon Gerry.
"Gerry, lo bawa Meisha ke mana?" tanya Malven to the point. Ia yakin itu ulah Gerry.
"Maksud lo?" Gerry bingung yang langsung mendapatkan pertanyaan itu.
"Sialan lo," umpat Malven. "Lo bawa cewek itu ke mana?" ulang Malven dengan nada yang meninggi.
"Gila! Gue aja masih di rumah, mana gue tahu," jawab jujur Gerry yang ngegas dari seberang ponsel.
"Nggak usah bohong lo, cepat kasih tahu di mana Meisha sekarang. Brengsek lo!" umpat Malven lagi yang sudah emosi itu.
"Lo yang brengsek! Fitnah lo kurang elit, Bro!" sahut Gerry yang juga emosi.
"Lo seriusan nggak tahu?" Malven berubah pikiran setelah tahu jawaban Gerry yang di luar dugaan.
"Maksud lo Meisha hilang?" tanya balik Gerry yang ikut-ikutan terkejut.
"Dia nggak ada di apartemen. Cewek itu sempat telfon gue, setelah gue angkat dia nggak bersuara," jelas Malven.
"Gue cek lokasi HP-nya, lo cari dulu di apartemen," kata Gerry.
"Ke mana tuh cewek," dengkus Malven yang mengecek kembali seluruh ruangan.
Malven menuju balkon, melihat ke bawah yang jelas terlalu tinggi jika Meisha kabur lewat situ. Semua tempat sudah Malven datangi, tetapi tidak melihat keberadaan Meisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mystery / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...